Lagi. (End)

9.7K 198 23
                                    

Vote gratis okay?

.

.

Dari banyaknya cerita yang pernah mengisi menit di beberapa kehidupan hingga menjadi jam dan hari lalu di gerus desiran ombak waktu, dan terakhir menjadi sejarah.

Tiap tiap hari berlalu tapi itu tak menjadikannya bisa barang sedikitpun melupakan kamu, Zas.

Lelaki itu sedang menyeduh sedih dalam tatakan, menguraikan pekat sendu pada sendi atas cinta dan nestapa.

Rasa rapuh tak hanya ada di setiap sudut kata-katanya tetapi di setiap malam-malam gulita ini, diksinya ku paksa hingga tak bermakna. Beruntungnya, alam menawarkan milyaran cerita untuk ia tuliskan pada pangkal amigdala itupun tak liput tanpa pemeran perempuan bernama Zas di setiap lembar halaman yg ia tulis.

Saat malam telah habis di makan lalu lalang kota Bandung, aku menulis kan ini khusus untuk mu dengan perasaan yg sulit sekali aku jelaskan, mungkin karena terlampau ragu dan gelisah, terhadap sesuatu yg kelak aku sendiri tak pernah tau penyebab nya.

Semua ini tentang dirimu, tentang aku - kita.

Ingatan milik lelaki itu tergeser ke objek wanita pemimpi yg tak pernah hilang dari angannya, bayangan, senyum, tawa, marah, mulai dari ujung rambut menyusuri jemari sosok ini yg menerima kelemahan hati.
Aku cinta kamu, ini cinta kita cukup satu waktu untuk satu cinta, satu cinta ini akan tuntun jalanku rapat jiwamu tenang disisi, ku rebahkan rasa mu untuk yg di tunggu bahagia hingga ujung waktu.

Kerinduan ini makin membunuhnya kala tak ada satupun yg dapat membuat seluruh rindu ini lunas terbayar habis. Karena sungguh rindu yang paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yg sudah tiada.

Ini semua tentang rindu yang ada didalamnya, tentang diri mu yang selalu menghampiri lewat mimpi, dan tentang aku yang masih berharap. Jika di perbolehkan apakah boleh aku menjadi perindu yang tabah mencintai mu dalam lingkaran air mata di gelapnya ruang
Dan mengenang mu dalam sejuknya ingatan jangka panjang di setiap bait tulisan ku? Meski tak di perbolehkan aku tetaplah aku yg mencintai mu dan memujamu tanpa tahu malu Zas.

Kepadamu yang telah pergi telah kutitip rindu pada langit senja yang seteduh matamu, pandangilah merah, jingganya, hingga rindu yang hangat itu merasuk kedalam cakrawala hatimu.

Kisah kita telah di-aferesis terpaksa dipenggal hanya untuk menjadikannya indah namun dengan kata pisah.

Di letakkannya pena itu di atas lembaran kertas usang lalu ia melangkah keluar dari ruangan kerjanya, menuruni satu persatu tangga kayu di rumahnya hingga tiba di tangga terakhir. Di tatapnya bingkai foto besar bergambar perempuan cantik bermata coklat yg sekarang ini sangat ia rindukan.

Mungkin hanya ini yg bisa ia lakukan untuk mengurangi rasa rindunya sejak 28 tahun lalu. Rasa ini masih sama, masih begitu membuncah dan hati ini masih sama, masih terus berharap akan hirup bersamanya.

Kaca mata yg bertengger di antara hidung ia lepas dan ia masukkan kedalam saku kemejanya. Ia ingin menatap objek di depannya tanpa terhalang apapun, meneliti tiap pahatan semesta lalu kembali kagum tentang kenapa semesta dapat memahat karya seindah Zas? Dan menggoreskan cerita semenyakitkan ini?

Air mata sudah jarang menetes tidak seperti dulu yg jika ia mengingat objek di depannya selalu meneteskan air mata. Mungkin, ketika berziarah ke peristirahatan terakhir perempuan itu barulah ia menangis tanpa suara, malu jika di lihat anaknya yang sudah lajang tapi masih melajang.

"Aku masih mencintaimu sampai gila, Zas" Masih berat suaranya terdengar meskipun kerutan di wajahnya makin terlukis nyata. Rambutnya masih hitam meski waktu terus memakan habis kemudaannya, jika di perhatikan ada beberapa helai yg sudah berubah memutih tapi masih bisa di tutupi dengan rambut hitam tebalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

XAVIER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang