"Mau teh atau susu?" Tawar Zas, wanita itu baru selesai memanaskan masakannya baru juga ia menaruh masakannya di atas meja.
"Emang ada gula?" Xavier kembali bertanya, dia ingat semalam saat mau membuat teh sudah tidak ada gula jadi dia mengurungkan niatnya.
"Eh iya gak ada."
"Ya udah buat aja, gak usah pake gula." Xavier baru pulang bekerja lebih tepatnya baru kembali balapan dan untungnya dia menang, ini sudah jam tiga malam dan Zas masih setia terjaga untuk menunggu Xavier kembali.
"Apa gak pait?"
"Kan minumnya sambil liatin lo." Xavier menghampiri Zas, dia memeluk wanita itu dari belakang layaknya pasangan lainnya. Kalau boleh jujur Zas risih juga takut tapi ia mencoba setenang mungkin untuk menghargai Xavier.
"Lepas." tangan Zas mencoba melepaskan tangan Xavier yang ada di perutnya. "Ga mau" tolak Xavier. Harus dengan kata kata apa untuk mendeskripsikan Xavier? Padahal baru memeluk Zas tapi pikirannya sudah melayang terbang merencanakan gaya apa yang akan ia pakai untuk bercinta dengan Zas atau di tempat mana saja di rumah ini yang akan menjadi jejak mereka bercinta.
"Lo bau alkohol"
"Hm, tadi minum dikit, masa kerasa baunya sih?" Tanya Xavier masih ragu "Iya bau, gua mau muntah" begitu mengatakan itu Zas langsung berlari ke arah wastafel untuk memuntahkan cairan bening yang menetes dari mulutnya. Xavier memegangi rambut Zas agar tidak kotor terkena air liur, Xavier juga memijat mijat tengkuk Zas agar wanita itu mengeluarkan semua muntahannya.
Meski ini sudah bulan kedelapan Zas mengandung tapi tetap saja dia masih sering muntah, perutnya juga makin sering menendang membuatnya kaget dan langsung memberhentikan pekerjaannya seperti sekarang ini.
Habis muntah muntah Zas kembali melenguh ngilu bercampur sedikit sakit karena anaknya menendang, Xavier tahu Zas seperti itu pasti anaknya sedang menendang oleh karena itu Xavier langsung membawakan kursi untuk Zas duduki.
Xavier mengelus perut besar Zas, ia usap dengan perlahan seolah berkata pada janin di dalam untuk "tenang baby, papah disini jagain kamu sama mamah jadi tenang ya"
Zas bersandar pada kursi kayu yang Xavier bawa, ia menselonjorkan kakinya sambil mengelus perutnya, ia hirup nafas pelan pelan agar rasa sakitnya terkontrol lalu ia hembus lagi perlahan.
"Shss" Zas kembali berdesis kala janin di rahimnya kembali menendang.
Perlahan tapi pasti Xavier menuntun Zas berjalan kearah kamar, di ganjalnya belakang punggung Zas dengan bantal agar tidak pegal duduk menyandar dinding.
"Besok kita ke rumah sakit ya buat beli vitamin sama susu hamil, sekalian juga nanti ke mini market buat belanja"
"Uang dari mana?"
"Menang balapan"
"Dapet berapa? Sini duitnya" belum apa apa Zas sudah menodong semua uang Xavier.
"Dapet dua juta setengah" tanpa berfikir Xavier memberikan seluruh uang itu pada Zas.
"Sisain ya buat biaya persalinan nanti""Hm" ucap Zas sambil menghitung uang yang Xavier berikan, ia sisihkan satu juta lalu dia sisihkan lagi satu juta setengah jumlah keseluruhannya dua juta setengah. "Yang ini buat lahiran" kata Zas menyimpan uang satu juta itu kedalam laci yang ada di samping tempat tidurnya "yang ini buat di rumah" ia pegang sisa uangnya lalu menatap Xavier.
"Pinter" puji Xavier.
"Sakitnya udah ilang?"
"Kalo liat duit pasti ilang serius deh" Xavier tersenyum mendengar perkataan Zas begitu juga yang berkata, Zas tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER (END)
Ficção AdolescenteKecelakaan 7 bulan lalu membuat gadis cantik itu terbaring di kasur dengan mata tertutup sepanjang hari juga bunyi monitor sesekali menjadi alunan musik terfavorit Zaskya Tak lupa janin yang semakin hari semakin membesar didalam rahim 'putri tidur'...