Mata Ao?

133 8 0
                                    

BONUS PART YEAYYYYY
Sebenernya ini cerita udah lamaaa banget buatnya.
Karena udah gatel banget pengen up, yaudah deh hehe. Yaudah ya, segini dulu untuk hari ini dan malam ini. Gk tau deh kapan bisa up lagi hehe. Kalo bisa sih secepetnya ya.
Karena author kangen sama reader-tachi yang sangat menggemaskan iniii huaaaa// di sleding di tampol di buang
🙏🙏🙏
Douzo~
___

Araki x Readers

***

Doumo.

Malam ini, aku pergi ke konbini bersama, ya.. bisa di bilang ia adalah kekasihku. Bukan karena aku tak mengakuinya, tapi aku merasa kalau aku bukanlah kekasihnya.

Aku berjalan di belakangnya, yang hanya bisa menatap punggungnya saja. Tidakkah seharusnya ia menggandeng tanganku saat aku bersamanya?

"Ah (y/n), kau tunggu di sana saja ya, aku akan kembali lagi nanti".

Sudah terbiasa dengan ucapannya yang selalu memerintahku. Tak jarang ia juga meninggalkanku sendirian, entah itu di jalan atau manapun. Aku kesal, tapi jujur aku masih menyukainya.

Ku anggukkan kepala, dan ia pun pergi entah kemana. Yang bisa ku lakukan hanya menunduk, memainkan jariku akibat bosan yang melanda. Hingga beberapa menit, aku mengalihkan pandanganku kepada seorang pria berambut merah, berpenampilan seperti 'preman' namun wajahnya lumayan cantik juga. Ia berada di sampingku tempat aku berdiri.

"Ingin ke konbini juga?", tanyaku agak sedikit ragu padanya.

Ia melirik sekilas dan berdehem.

Aku mengangguk anggukan kepala, tak berani melihat wajahnya lagi. Suaranya terdengar dingin. Aku takut.

"Bersama kekasihmu?".

Aku terkejut saat ia bertanya kepadaku. Ku kira ia tak akan pernah bicara dengan orang asing sepertiku.

"A-ah iya, kau sendiri?".

"Ya begitulah, dia menyuruhku menunggu di sini".

"Eh.. nasib kita sama".

Ia tak menjawab lagi, dan suasana pun menjadi sunyi. Sampai kekasihku pun datang menghampiriku.

"Ayo pulang, aku sudah selesai".

Tapi untuk kesekian kalinya, ia membuatku berjalan di belakangnya. Seperti bayangannya saja. Aku menoleh ke arah pria tadi dan sedikit menundukkan kepala.

"Aku duluan ya".

Ia hanya melihatku, aku tak peduli ia menjawabnya atau tidak, setelah itu aku berjalan pergi bersama kekasihku. Tetap di belakang punggungnya.

.
.
.

Minggu berikutnya, aku berkeliling di sebuah taman hiburan bersama kekasihku itu. Aku merasa senang, kali ini ia mengajakku untuk naik di beberapa wahana permainan.

Aku tersenyum karena bahagia. Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama, ketika suara ponsel yang berdering. Ia menjawab panggilan tersebut.

Setelah panggilan selesai, ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya dan menoleh ke arahku.

"Maaf ada hal penting yang harus ku lakukan sekarang. Aku tak bisa mengantarkanmu pulang, bisakah kau pulang sendiri naik bus?".

Kekecewaan menyerang batinku lagi. Namun yang aku lakukan adalah tersenyum, ya.. tersenyum kecut.

Utaite x Readers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang