Wedding

211 17 2
                                    

Un:c x Readers

___


Hujan turun membasahi bumi. Jalanan menjadi basah dan becek. Langit yang tadinya penuh dengan bintang, kini tertutupi awan gelap.

"Tanoshii yo ne?".

Senyumnya seakan tak pernah pudar. Membuat diriku tak mampu untuk melakukan apapun.

"Doushiyou?".

Tangan kami saling bertautan. Salah satunya menikmati tetesan air hujan yang turun dari langit.

"An-kun, ikou!".

Tubuh kami terguyur oleh derasnya hujan. Berputar sambil memandang ke arah langit dengan mata tertutup.

"Chotto.. itainda yo".

Bagaimana jadinya jika tangan ini terlepas? Akankah semuanya akan berubah?

"Samui..".

Aku menarik tangannya lalu berteduh di depan sebuah toko kecil. Melihat tubuhnya yang menggigil kedinginan, aku melepaskan mantelku lalu memakaikannya ke tubuhnya.

"Arigatou".

Senyumannya membuatku merasa candu. Aku ingin terus melihatnya.

"H-hatchih!".

"Daijoubu?".

"Gomen hehe, daijoubu".

Mataku tak teralihkan dari wajahnya.

"Doushita?".

"Wakannai kedo.. ureshii..".

"Watashi mo, ureshii".

Ingin aku mengatakan sesuatu padanya, namun lidahku terasa keluh. Bahkan aku tak tau harus mulai dari mana.

"An-kun, kaerou?".

"Tapi.. sekarang masih hujan".

"Kita lari".

"Eh?"

Tanpa aba aba, tanganku di tarik olehnya dan berlari. Aku tak berkata apapun, ia begitu senang.

🍃

Begitu sampai di depan pintu rumahnya, ia menyuruhku masuk.

"Hora, baju ganti untukmu".

"Hai, arigatou".

"Aku akan membuatkan teh hangat, tunggulah sebentar".

Aku tak ingin jauh darinya. Seakan ingin terus bersamanya, di rumah ini.

"Ano saa..".

"Hm?".

Ia duduk di sofa, di sampingku sambil menikmati teh nya.

"Doushita no?".

Lidahku kembali keluh untuk mengatakannya.

"I-iie, nandemonai".

"Katakan saja. Ada apa?".

Tanganku memegang kedua pundaknya dan menatap matanya dengan intens. Cukup lama aku memandangnya seperti itu.

Dengan perlahan, wajahku mendekat ke arahnya. Semakin mendekat, dan semakin dekat.

"Hmp-?".

Aku mencium bibirnya. Rasa teh yang masih melekat di bibirnya sangatlah manis. Diriku semakin memperdalam seakan tak bisa melepaskannya. Ia sedikit terkejut, karena biasanya nafsuku tak setinggi ini.

Kemudian aku memeluknya, menenggelamkan wajahku ke lehernya sehingga wajahku tertutupi oleh rambutnya yang halus dan wangi.

"N-nande?".

Utaite x Readers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang