Melangkahkan kaki keluar mansion menuju mobil Bright terparkir. Pandangan yang ditangkap pertama adalah bright sedang bersenda gurau dengan Mew, ya Mew. Suami Gulf yang memiliki kepribadian yang sangat identik dengan Bright.
Tidak peduli dengan orang asing. Namun, mengapa mereka kali ini terlihat sangat dekat? Mereka saling kenal?.
"Haii, phi Mew" sapa win kepada seseorang yang sudah dianggap kakak.
"Loh win, sejak kapan kau disini?" Kaget mendapati keberadaan win di sana.
"Sudah dari siang phi, kau terlalu lama pulangnya"
"Kalian saling kenal?" Tanya win langsung ke pointnya
"Bright itu adik sepupuku win. Justru aku tanya mengapa kalian bisa kenal?" Mew bingung karena adik sepupunya bisa kenal dengan win.
Diceritakan alurnya kepada Mew.
"Phi win cepat naa pulang, ten nantuk" rengekan Ken menyadarkan para manusia dewasa.
Akhirnya mereka berpamitan dengan tuan rumah dan mobil hilang tertelan jarak.
Perjalanan dihiasi lampu kota. Gemerlap, syahdu membias pada cahaya. Dekapan hangat win membuat Ken merasa aman dan nyaman.
Bright dengan modusnya mengambil tangan kanan win untuk di pegang dan kecup."Ternyata Gulf itu istri sepupuku" membuka suara memecah hening
"Mengapa kau bisa tidak tahu?" Win menimpali
"Dulu phi Mew menikah dengan acara yang sangat sederhana, tidak mengundang siapapun. Hanya kedua orangtuanya saja dan beberapa keluarga. Sedangkan aku sedang memantau bisnis di luar negeri"
"Dan semenjak itu kita belum pernah bertemu lagi"
Tak ada lagi suara yang membuka. Inisiatif mengalun lagu dari mobil. Menyatu dalam atmosfer yang sedang dibangun.
Win menginginkan untuk pulang ke apartemennya, karena sudah lama ditinggal dan dia harus mengurus berkas untuk wisudanya.
"Mmm, phi aku pulang ke apartemen ya. Aku ingin melihat apartemen yang sudah lama kutinggal. Aku juga harus mengurus berbagai berkas"
"Loh mengapa mendadak, hmm?
"Cuma sehari aja, yaa"
"Taa~" aaah Bright terlihat menggemaskan bagi win
"Yaudah besok aku jemput, kalau sudah kembali ke mansion aku ingin minta banyak peluk, cium, dan yang lain"
"Haah?!!"
"Bagaimana mau tidak?" Menaik turunkan alisnya menggoda win
Ketika mengetahui jika win akan pulang ke apartemennya, Ken bersikeras untuk ikut, kalian ingat? Ken tidak bisa jauh dari win.
.
.
.
Siang hari saat makan siang.Di kantor bright sedang memiliki tamu istimewa(?).
Mereka akan menghabiskan waktu seharian. Mulai dari makan di tempat biasa, menonton film favorit, berdiskusi sembari menikmati ramainya ibukota.
Saat larut dalam sedih, manusia tidak akan melaju ke masa. Gigie akan melupakan semua kenangan asmara yang pernah dipatahkan tiba-tiba, dicinta pergi tanpa permisi.
Sekadar informasi, sebenarnya gigie juga bukan tipe orang yang setia. Dia selalu mendekati laki-laki kaya dan menguntungkan baginya.
Bright juga semakin dekat dengan gigie, sekadar menghibur kesedihan yang tak kunjung usai. Seperti itu katanya. Mengingat jika gigie adalah sahabat mendiang istrinya, berarti gigie adalah sahabatnya.
"Bright, hari ini maukah kau ke apartemenku?"
Langsung saja bright mengiyakan tanpa memberi kabar kepada win yang sedang bersama anaknya."Tentu gie" mereka hanya melakukan hal yang biasa saja.
Setelah memasuki apartemen gigie, mereka mendudukan diri ruang tengah apartment.
"Apa kau sudah lama berkencan dengan metawin, Bright?""Kau tahu dari siapa?" Bukannya menjawab, Bright malah mengajukan pertanyaan
"Ken, kemarin aku bertemu Ken di sekolahnya. Dia bercerita tentang win" alasan klasik dari mulut pembual.
"Iyaa sudah cukup lama"
Drttt drttt drttt
Dering telfon mengalihkan atensi dua manusia yang sedang asik menonton film dan bercengkrama
"Haloo phi Bright" suaranya terdengar panik
"Iyaa ta, ada apa?!"
"Kau dimana? Ini sudah sangat malam. Apakah kau lembur?"
"Aww! Maaf ta, apakah kau sudah kembali ke mansion?"
"Iyaa, aku sudah dari tadi sore disini"
"Maaf aku lupa menjemputmu" buru buru Bright merapikan pakaiannya untuk kembali karena win sudah ada di mansion.
"Iyaa tak apa, hanya memastikan saja mengapa kau pulang larut"
"Aku sebentar lagi sampai"
"Jangan ngebut, pelan-pelan aja"
"Iya sayangku"
Gigie yang menyadari akan kepergian Bright langsung mencegahnya.
"Apakah kau akan pulang sekarang bri?"
"Iyaa, ini sudah terlalu larut. Aku duluan ya gie. Bye"
Menghilang punggung Bright dibalik pintu.
"Arggh sial, bagaimana jika Bright benar-benar sudah tidak menyukaiku?"
Gigie tidak pernah menyukai Bright. Dia hanya memanfaatkan kebaikan dan kekayaan Bright.
.
.
.Langsung Bright menuju kamarnya yang biasa dia dan win tempati, tapi tak ada siapapun. Beralih ke kamar win, dibukanya pintu itu perlahan memperlihatkan win yang baru saja keluar dari kamar mandi. Bright langsung memeluk win dan sedikit memberikan ciuman di pipi dan bahu win.
Win diam. Mengendus bau tubuh bright yang berbeda. Feminim.
"Kamu langsung mandi, kembali ke kamarmu!!" Nada dingin win keluarkan untuk Bright.
"Sayang, kamu kenapa?, Kamu marah ya kalau aku ngga jemput dan pulang terlambat?" Tentu saja Bright menyadari sesuatu yang berbeda dari win.
"Tidak, aku hanya lelah"
Win tidak tahu ada apa yang terjadi, yang jelas dia takut jika Bright berpaling dari dirinya.Bright mendengarkan perkataan win, dia kembali ke kamar untuk membersihkan diri, lalu kembali ke kamar win untuk menjemput bunga tidurnya.
Dirasa nafas Bright sudah teratur sekitar satu jam yang lalu. Win membuka matanya dan menatap Bright yang sedang memeluk erat pinggangnya.
phi Bright bau parfum wanita?
Selalu terngiang di sudut kepala. Apakah Bright berkhianat. Pikiran win semakin tidak tenang. Tapi dia tampik keras-keras pikiran itu.
"Kuharap kamu selalu setia denganku phi"
Dikecup dahi bright yang dapat dijangkau bibir win. Menyalurkan rasa takut dan sayang di sana.
Kau mampu membuatku aman.
Maka,
Persilahkan aku buatmu nyaman.....
Btw aku seneng banget ada yang vote dan komen cerita aku, walaupun belum banyak tapi aku suka.
Seenggaknya ada yang lihat cerita aku, huhu.
alay. tapi emang seseneng itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metawin Is Mine - (BRIGHTWIN)
Humorbait cerah untuk pemenang// Bulan ramai benar kunikmati hawanya Bersua dengan anak Adam yang kutemui Ku amati setiap geriknya dengan senang Dia ramah dan pemilik senyum indah Tak mengelak, bahwa aku jatuh suka Hatiku perlahan di genggamannya Setiap...