BUMI 33

743 26 0
                                    

Happy reading!

•••

Kanaya keluar dari kamar nya, cewe yang sedang menggunakan baju piyama berwarna biru langit itu berjalan menuju ruang makan untuk makan malam bersama keluarga nya. Kanaya duduk di salah satu kursi yang berhadapan langsung dengan Agam dan Lovita

"Gimana dengan sekolah kamu?"

Kanaya menatap Ayah nya sekilas. "Baik kok yah, sejauh ini nggak ada masalah"

Agam menganggukkan kepala nya. "Ini terakhir kali nya kamu minta pindah sekolah, bentar lagi kamu udah mau naik kelas 12"

"Iya yah"

Di sela-sela mereka makan tiba-tiba Lovita membahas soal Bumi. "Lain kali ajak Bumi main kesini ya"

Kanaya yang mendengar penuturan bunda nya itu tiba-tiba tersedak, dengan cepat ia meminum air yang berada di samping nya

"Ngapain sih bun, ajak dia kesini" Ucap Kanaya dengan muka kesal nya

"Loh gapapa dong, bunda tuh kagum sama Bumi"

"Ayah juga kagum sama dia, dia memang anak geng motor tapi cara bicara nya sama orang tua itu sopan banget, jarang-jarang loh Nay ada laki-laki yang sopan sama orang tua" Sahut Agam memuji Bumi

Kanaya memutar mata nya jengah "Kenapa malah bahas kak Bumi sih, selera makan aku hilang tiba-tiba." Kanaya beranjak pergi meninggalkan kedua orang tua nya di meja makan

"Bilang aja kamu salting" Teriak Agam, berniat untuk menggoda anak nya itu

Kanaya memberhentikan langkah nya kemudian memutar badan nya."Aku udah punya, Megan, yang lebih ganteng daripada kakak kelas yang ngeselin kayak Kak Bumi"

****

Duduk berdua ditemani dengan hembusan angin malam menjadi kesukaan mereka berdua sejak dulu. Bumi dan Tamara sedang berada di taman tempat mereka menghabiskan waktu kecil nya

"Lo ingat nggak, Ra, waktu kecil lo sering ngikutin gue kemana aja." Bumi menatap Tamara dari samping yang sibuk menatap indah nya langit malam

Tamara membalas tatapan Bumi "Itu karena teman gue cuman lo doang, makanya gue ngikutin lo mulu"

ingatan Bumi terputar dimana ketika Tamara waktu kecil selalu mengikuti nya kemana saja, bahkan saat Bumi ingin bermain bola saja cewe itu mau ikut, Tamara kecil yang selalu merengek kepada Bumi saat permintaan cewe itu tidak di turuti. Bumi tersenyum tipis mengingat masa kecil mereka

"Gue nggak nyangka kita udah berteman selama ini, dan tumbuh sebesar ini" Ucap Bumi lalu mendongakkan kepala nya memandang langit malam

"Gue juga nggak nyangka Bum, selama 17 tahun kita berteman nggak ada yang berubah dari sifat lo." Tamara menatap wajah Bumi dari samping

"Perubahan itu pasti ada ra, dan perubahan yang ada di dalam diri gue itu gue tambah ganteng" Ucap Bumi dengan percaya diri

"Dih pede abis lo." Tamara memukul lengan Bumi pelan

Bumi menahan tangan Tamara "Nggak pede nggak hidup"

Tamara tertawa bahagia, berada di dekat Bumi membuat diri nya bahagia dan berasa aman. Hingga mata Tamara terfokus pada pelipis Bumi yang memar, cewe itu mengernyitkan dahi nya

"Pasti lo habis berantem lagi"

"Tau dari mana lo?"

"Itu di pelipis lo ada memar nya, kayak nya luka di pelipis lo belum kering." Tamara menyentuh memar di pelipis sahabat nya itu

Bumi meringis pelan. "Udah tau sakit ngapain masih lo sentuh, combro" Ujar Bumi kesal

"Lo juga sih, ngapain sih hobi nya berantem"

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang