BUMI 50

807 17 0
                                    

Happy reading!

•••

Bumi, membantu Kanaya turun dari mobil milik Benua, setelah lama berdebat di taman dengan sahabat nya, akhir nya Bumi memilih mengalah, dan mau mengantarkan Kanaya pulang ke rumah nya

"Makasih kak" Ujar Kanaya tulus

Bumi mengangguk singkat, ia melepaskan rangkulan nya di pinggang Kanaya, saat sudah sampai di depan pintu rumah gadis itu

"Gue pamit"

"Nggak mau mampir dulu kak?" Tanya Kanaya, yang penuh harap, kalau Bumi mau masuk kedalam rumah nya

"Nggak" Jawab Bumi cuek

Belum sempat melangkah pergi, pintu rumah Kanaya terbuka menampilkan seorang laki-laki paruh baya dengan secangkir kopi di tangan nya

"Ayah" Ucap Kanaya kaget

Ayah Kanaya menaikan kedua alis nya sebagai jawaban, kemudian melihat Bumi yang juga menatap nya.

"Loh, ternyata kamu Bumi, om kira siapa"

"Iya om." Bumi mengambil tangan ayah Kanaya, kemudian mencium punggung tangan laki-laki paruh baya tersebut

"Masuk dulu, kita sarapan bareng yuk" Ajak ayah Kanaya

Bumi menggeleng pelan. "Nggak usah om, bunda saya udah masak di rumah, kasian kalau masakan bunda saya nggak ada yang makan" Tolak Bumi secara halus

"Yaudah, lain kali kamu main kesini lagi ya, om mau cerita-cerita sama kamu lagi"

Bumi melirik sekilas ke arah Kanaya, ia mengangguk sekilas. "InsyAllah om, kalau gitu saya pamit dulu"

Setelah mencium punggung tangan ayah Kanaya, ia masuk kedalam mobil Benua kemudian menjalankan nya meninggalkan perkarangan rumah Kanaya

Kanaya, diam-diam menyunggingkan senyum tipis nya, ternyata Bumi benar-benar cowok yang sangat sopan terhadap orang yang lebih tua, walaupun orang-orang mengenal nya sebagai ketua geng motor yang sangat menakutkan dan brandalan.

Tapi, Kanaya, juga merasa sedih karena sikap ayah nya sangat jauh berbeda saat ia bertemu dengan Megan, padahal Megan itu pacar nya beda dengan Bumi yang bukan siapa-siapa baginya

"Kamu kok, bisa sama Bumi?" Tanya ayah Kanaya heran

Kanaya melunturkan senyuman nya, kemudian membalas pertanyaan ayah nya. "Aku tadi ketemu sama kak Bumi di taman kota, dia anterin aku pulang karena kaki aku lagi keseleo"

"Makanya hati-hati kalau mau lari pagi, ceroboh sih kamu"

"Terserah ayah, ajalah." Kanaya melangkah masuk dengan menahan sakit di kaki nya

****

Di ujung koridor terlihat jelas Bumi yang baru saja datang ke sekolah tepat pada jam 06.15, dan tampak nya koridor sudah di padati oleh murid-murid yang baru saja datang seperti dirinya.

Cowok dengan rambut berwarna kecoklatan itu, berjalan menuju kelas nya yang berada di lantai tiga, karena hari ini adalah hari senin, ia memakai almamater OSIS yang berwarna hijau army yang sangat pas di tubuh tegap nya.

"Pagi-pagi, udah ngeliat cogan aja"

"Kak Bumi, nggak capek ganteng terus apa?"

"Ya Allah senyuman nya itu loh, ngalahin gula di rumah gue"

"Bismillah, dengan izin kedua orang tua dan restu mama papa"

Bumi, tersenyum menanggapi semua bisikan-bisikan itu, ia sudah terbiasa dengan semua nya, walaupun tidak mengeluarkan kata-kata dari mulut nya dan, hanya menanggapi nya dengan senyuman saja yang membuat para perempuan berteriak histeris

"Fans lo, berisik banget sih, Bum"

Bumi menoleh ke samping kanan nya, ia tertawa pelan melihat wajah Tamara yang sangat kesal, sedari tadi Tamara menahan kesal nya saat mendengar teriakan-teriakan atau bahkan bisikan-bisikan dari fans Bumi, dia sangat risih mendengar itu semua

"Jangan kayak gitu, Ra. Nanti kalau mereka dengar pasti sakit hati" Kata Bumi yang menatap lurus ke depan lagi

Tamara berdecak kesal, ia melirik sinis ke arah Bumi. "Tapi mereka berisik banget, Bumi Lantang Dhanajaya" Geram Tamara

Lagi-lagi Bumi tertawa, ia paham betul kalau Tamara sudah menyebut nama lengkap nya berarti ia sudah sangat kesal. "Tutup aja kuping lo" Ucap nya enteng dengan kedua telapak tangan yang ia masukkan kedalam saku celana abu-abu nya

"Bodo amat lah"

"Ayo, gue antar ke kelas, bentar lagi upacara mau di mulai." Bumi menggandeng tangan Tamara, kemudian ia menatap sahabat nya itu dengan senyuman

•••

Yas, cerita Bumi sudah masuk Bab 50, walaupun cerita ini banyak kurang nya, dan agak melempem, tapi saya akan berusaha agar cerita ini peminat nya bisa banyak.

Thanks too, untuk kalian yang udah baca cerita ini dari awal publikasi.

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang