BUMI 44

700 22 0
                                    

Happy reading!

•••

Bumi memasuki rumah nya dengan mengucapkan salam, setelah mengantar Tamara pulang, ia tidak langsung ke rumah nya melainkan ia langsung menuju ke basecamp nya untuk mengadakan rapat kepungurusan geng Legion.

"Tumben kamu pulang nya lama" Ucap Riyan yang duduk di sofa seraya menonton televisi

"Biasalah anak muda." Bumi ikut duduk di sofa, lalu tangan nya mengambil cookies yang berada di atas meja

"Anak muda apaan, yang pulang nya jam 9 malam" Cibir Riyan

Bumi mendengus kesal. "Bunda mana?"

"Udah tidur, kata bunda kalau kamu lapar ke meja makan aja hangatin sendiri lauk nya" Jawab Riyan tanpa mengalihkan pandangan nya dari televisi

"Aku udah kenyang kok, aku ke atas dulu ya." Dia bangkit dari duduk nya kemudian berjalan menaiki setiap anak tangga yang menuju ke kamar nya

Bumi menghempaskan tubuh nya di atas kasur tanpa melepaskan seragam sekolah nya, Tiba-tiba saja pikiran nya tertuju kepada Kanaya ingatan nya terus berputar di otak nya saat dimana takdir membawa nya bertemu dengan perempuan itu, dan berakhir ia menyukai Kanaya, tapi takdir juga seolah-olah mempermainkan diri nya

"Ayo dong lo harus bisa move on, Bum"

"Mau bagaimanapun gue harus bisa ngelupain Kanaya, tapi gimana cara nya?" Tanya Bumi kepada diri nya sendiri seraya mengetuk dahi nya pelan

****

Tamara Menyusuri setiap lorong buku untuk mencari novel yang ingin di beli nya, ia berhenti di salah satu rak buku, mata nya menatap novel yang dia cari berada di rak paling atas

"Ini gimana gue cari ngambil nya" Gerutu Tamara

Tamara berjinjit untuk mengambil novel itu, namun belum sempat mengambil nya tangan seseorang lebih dulu mengambil novel itu, ia terkejut saat melihat Batara yang tepat berada di belakang tubuh nya

"Lo mau novel ini juga?" Tanya Batara

Tamara menganggukkan kepala nya. "Tapi lo lebih dulu yang ambil novel nya"

"Yaudah, novel ini buat lo aja." Batara memberikan novel itu ke tangan Tamara

"Tapi novel ini lo yang ngambil duluan, berarti novel ini milik lo, Sak"

"Itu emang buat lo kok, tadi gue cuman mau bantuin lo buat ngambil novel itu"

"Serius?"

Batara mengangguk.

Tamara tersenyum senang. "Makasih ya"

Mereka berdua berjalan menuju kasir untuk membayar buku yang mereka beli, setelah membayar nya mereka berdua berjalan keluar dari toko buku

"Lo pulang sama siapa?" Tanya Batara

"Sendiri, gue lagi nunggu taksi lewat"

"Pulang bareng gue aja, jalanan menuju rumah lo searah sama jalan rumah gue"

"Nggak usah gue nunggu taksi aja." Tamara menolak tawaran dari Batara

"Taksi jam segini nggak ada yang lewat, mending lo sama gue aja kalau lo takut gue apa-apain, lo bisa langsung nelpon Bumi atau polisi"

Tamara berfikir untuk tawaran yang di berikan kepada nya, namun sedetik berikut nya ia menganggukkan kepala nya setuju

"Yaudah, gue bareng lo aja"

Batara tersenyum tipis, kemudian ia mengajak Tamara untuk berjalan menuju parkiran dimana motor milik nya terparkir di situ. Saat sampai di parkiran, Sakti membalikan tubuh nya untuk menatap Tamara, ia melepaskan jaket nya kemudian menaruh jaket milik nya di pundak perempuan itu

"Udara malam nggak baik buat kesehatan lo, Ra"

****

Bumi berjalan santai di koridor kelas dengan kedua telinga nya yang memakai airpod, Tas nya sengaja ia sampirkan di bahu kanan nya.

Dari arah berlawanan, seorang perempuan yang sedang berjalan tergesa-gesa, karena sebentar lagi upacara untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia akan dimulai, tubuh nya tidak sengaja menabrak tubuh Bumi, dan membuat nya hampir jatuh, tapi untung nya Bumi berhasil menarik tangan perempuan itu, sehingga posisi mereka terlihat saling memeluk

"Kak Bumi" Batin Kanaya

Deg.

Jantung nya tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang, saat bersentuhan dengan Bumi, apalagi saat tatapan mereka berdua saling bertemu, namun tatapan lembut itu seolah tergantikan dengan tatapan tajam nya seorang Bumi

"Lain kali hati-hati." Bumi melepaskan tangan Kanaya

"Maka---" Dengan cepat Bumi memotong ucapan Kanaya

"Gue duluan." Bumi melangkah pergi meninggalkan dia yang masih berdiri di tempat yang sama, entahlah Kanaya merasa kalau cowok tadi, bukan seperti Bumi yang ia kenali saat pertama kali mereka bertemu

"Kenapa sakit banget ya?" Gumam Kanaya. Melihat Bumi yang bersikap dingin kepada nya membuat hati nya merasa sakit

Kanaya tersentak kaget saat bahu nya, di tepuk dari belakang, ia berbalik dan menatap ketiga sahabat nya itu

"Lo ngapain masih disini?" Tegur Senja saat melihat sahabat nya hanya diam termenung di tengah-tengah koridor

"Gapapa" Jawab Kanaya singkat, mereka berempat melanjutkan langkah nya menuju lapangan

"Gue tadi lihat lo sama kak Bumi pelukan." Aza membuka suara nya untuk memecah keheningan

Kanaya menoleh ke arah Aza dan menatap sahabat nya itu yang sedang menatap nya juga. "Tadi gue nggak sengaja nabrak badan nya, dan tadi gue hampir jatuh makanya kak Bumi nolongin gue, jadi posisi nya kayak pelukan gitu"

"Lo nggak baper kan, sama sikap kak Bumi tadi?"

"Ya enggak lah, Nan. Buat apa coba gue baper sama orang kayak dia" Ucap Kanaya berbohong, tapi jantung nya masih berdetak lebih kencang.

•••

Guys, makasih untuk dua ribu pembaca nya, jujur masih nggak nyangka banget karena tahun ini aku baru mulai nulis, dan udah tembus dua ribu pembaca. Aku nggak kenal sama kalian, aku juga nggak tahu siapa kalian, tapi, makasih untuk semua nya.

Makasih orang-orang baik🖤

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang