BUMI 58

680 19 0
                                    

Happy reading!

•••

Aroma indomie, dan gorengan menyeruak masuk ke dalam hidung anggota Legion, yang sedang berkumpul di warung bang Salman, berbagai seragam sekolah berkumpul di tempat ini, padahal jam pembelajaran masih di laksanakan dan, bell jam pulang juga masih lama untuk berbunyi

"Lo semua bolos?" tanya Bumi, yang baru saja datang bersama keempat inti Legion

"Iya bang, bosan di kelas" ujar salah satu dari mereka

"Jangan keseringan bolos, nanti lo tambah goblok" sahut Benua sarkas

"Siap bang, sesekali doang kok"

Bumi berjalan menuju lemari pendingin, kemudian mengambil satu botol minuman bersoda, ia berjalan menuju meja sahabat nya yang sibuk berbincang, kemudian ia mendudukkan bokong nya di samping Skala

"Besok jabatan lo sebagai ketos udah lengser 'kan?" tanya Guntur.

"Iya" jawab nya singkat

"Terus, calon ketos nya yang baru siapa?" Skala mengangkat alis nya penasaran

"Al Fikri, anak kelas sebelas jurusan Ips"

"Tumben banget ada anak Ips yang mau jadi ketos" sahut Lintar, seraya menghembuskan asap rokok nya

"Ngerokok mulu lo, Tar," dumel Skala, ia mengibaskan tangan nya ke udara untuk menghilangkan asap rokok dari Lintar

"Bacot lo, pindah sana kalau lo nggak mau kena asap rokok gue"

"Ogah, lo aja yang pindah"

"Berisik," sentak Benua, seraya menatap datar kedua sahabat nya itu

"Peace, Ben!" seru Skala, dan Lintar bersamaan di sertai dengan cengiran khas dari mereka berdua

"Gimana, nih, Bum, lo jadi apa nggak, nih nembak, Tamara?" tanya Guntur

Bumi, yang di tanya pun hanya melirik sekilas ke arah, Guntur, kemudian kembali melanjutkan kunyahan nya.

"Gue nggak tau, Gun, gue nggak mau kalau nanti nya hubungan gue sama, Tamara, retak karena cuman perasaan cinta gue ke dia," Bumi membuka botol air mineral nya, kemudian meminum nya

"Mau sampai kapan, sih, Bum, lo nyimpan perasaan lo sama, Tamara?" tanya Lintar gregetan, karena ia tau kalau sahabat nya ini sangat ingin menyatakan perasaan nya terhadap, Tamara.

"Sampai gue mati, maybe" jawab Bumi, seraya mengangkat kedua bahu nya

Skala melemparkan bungkus kuaci nya ke arah muka Bumi, saat mendengar jawaban asal cowok itu, "omongan lo anjir, kayak yang udah mau meninggal aja" kata Skala tidak suka

"Meninggal itu takdir, Skal, kita cuman harus nunggu doang kapan kita, akan, di panggil sama Tuhan"

***

"Tamara!"

Merasa nama nya di panggil, Tamara, membalikkan badan nya untuk melihat siapa orang yang memanggil nya.

"Kenapa, Batara?" tanya Tamara, saat melihat cowok yang memakai kacamata minus itu sudah sampai di hadapan nya

"Lo tadi pergi ke sekolah sama, Bumi?"

Tamara mengangguk, "iya, kenapa emang nya?"

Wajah, Batara, yang awal nya tersenyum kini senyuman cowok itu memudar, "Gapapa kok" katanya berbohong

"Pulang bareng gue ya, Ra," pinta Batara, penuh harap

"Maaf, gue udah terlanjur ngomong sama, Bumi, kalau hari ini gue pulang sama dia" ungkap Tamara, yang merasa tidak enak hati

"Oh, yaudah, gapapa kok, Ra"

"Kalau gitu gue duluan ya, Tar," Tamara menepuk pundak cowok itu, kemudian melangkah pergi

Batara, cowok itu meninju tembok di samping nya, wajah nya terlihat sangat emosi, di campur dengan kekecewaan yang sangat jelas di wajah cowok itu

"Sial!" umpat Batara, seraya berdecih pelan

"Kenapa selalu, Bumi, sih, Ra? seharusnya yang antar lo pulang sekarang itu gue, bukan sahabat lo itu,"

"Gue suka sama lo, Ra, gue sayang sama lo, kenapa lo nggak sadar juga sih, Ra?" Batara mengepalkan tangan nya kuat, lalu melangkah pergi menuju parkiran

Kenapa harus, Bumi? dan, kenapa selalu, Bumi? dirinya juga tahu kalau, Bumi, adalah sahabat kecil Tamara, tapi, tidak harus selalu Bumi, yang menjadi pemenang nya, kan?










•••

Chapter kali ini kayak nya pendek banget ya.

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang