BUMI 56

731 21 0
                                    

Happy reading!

•••

Bumi melempar badan nya di atas kasur, setelah mengantarkan Kanaya pulang ke rumah nya, Bumi memilih untuk pulang, dan membatalkan jadwal nya untuk berkumpul dengan anak-anak Legion di basecamp

"Apa... perasaan itu masih ada?" tanya Kanaya pelan

Bumi tertegun mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Kanaya, ia juga tidak berekspektasi kalau perempuan di samping nya itu, akan menanyakan perasaan nya sekarang.

"Maaf, akhirnya gue sadar kak, kalau orang yang benar-benar tulus itu cuman lo, dan orang yang benar-benar cinta ke gue cuman lo kak." Kanaya menoleh menatap wajah Bumi.

"Maaf juga, kalau gue baru sekarang nanya soal perasaan lo ke gue"

Bumi benar-benar di buat terdiam, apa Kanaya baru menyesal sekarang?

"Nay, perasaan gue ke lo udah hilang di telan oleh waktu, nggak ada perasaan suka, dan cinta buat lo lagi." Bumi menjeda kalimat nya sebentar

"Maaf kalau perkataan gue buat lo sakit hati, tapi ini memang kenyataan nya, di saat lo nyuruh gue untuk berhenti mencintai lo, di saat itu juga gue berhenti untuk mencintai lo,"

Bumi menghela nafas nya pelan. "Sekarang di hati gue cuman ada satu nama, dan selamanya cuman ada dia"

Dada Kanaya terasa sangat sesak, apa seperti ini rasa sakit nya di tolak? Apa seperti ini juga yang Bumi rasakan saat dia selalu menolak kehadiran Bumi

Bumi memegang bahu Kanaya. "Apapun itu, lo adalah perempuan yang pernah gue sukai, perempuan yang pernah mengisi pikiran gue, dan pada akhirnya kisah cinta gue buat lo cuman tinggal kenangan"

"Gue ngerti kok, kak, lo benar pada akhirnya kisah kita cuman sebuah kenangan, yang akan terus kita ingat." Kanaya menyunggingkan senyuman nya, dia harus merelakan semuanya karena cinta tidak bisa di paksakan

Bumi juga ikut menyunggingkan senyuman nya. "Kita masih bisa jadi teman, Nay"

Bumi bangkit dari rebahan nya, ia berjalan keluar menuju balkon kamar nya, dia naik ke atas pembatas pagar balkon nya, dan menatap langit malam yang hanya di isi oleh sinar rembulan

"Makasih, udah pernah jadi perempuan yang sempat gue perjuangin, Nay, dan gue mengerti gimana rasanya untuk merjuangin orang yang kita suka"

Bumi memusatkan pandangan nya ke rumah Tamara yang sudah gelap, apalagi lampu kamar sahabat nya itu sudah mati, ia tersenyum simpul

"Mungkin saat ini, Tamara, masih jadi sahabat gue, bisa aja besok atau lusa dia udah jadi pacar gue" monolog nya pelan

"Kalaupun nanti lo nggak mau nerima gue buat jadi pacar lo, gue masih bisa mengagumi lo dalam diam, Ra, bahkan sampai gue mati pun, lo adalah perempuan yang akan menjadi orang yang paling gue cinta setelah bunda." Bumi memejamkan mata nya, menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajah nya

"Karena gue selalu yakin, kalau cinta nggak akan kemana-mana"

****

Kinan berjalan dengan santai nya menyusuri koridor yang lumayan ramai, perempuan yang memakai cardigan rajut itu sesekali tersenyum saat ada yang menyapa nya. Saat ingin berbelok ke arah kelas nya, tubuh nya tidak sengaja di tabrak oleh  dua orang laki-laki yang saling kejar-kejaran

Kinan meringis pelan saat tubuh nya jatuh ke lantai, untung saja tidak ada yang melihat nya, kalau ada pasti sekarang Kinan sudah sangat malu.

"Kaki gue sakit banget anjir" gerutu Kinan, seraya memegangi pergelangan kaki nya yang sakit

"Lagian tuh, cowok dua orang kurang kerjaan banget lari-lari di Koridor sekolah"

Tiba-tiba sebuah tangan terulur di hadapan nya, Kinan menatap orang itu dari bawah lalu naik ke atas. Seorang cowok yang menggunakan gelang berwarna hitam di pergelangan tangan kiri nya

"Sini gue bantu"

"Nggak, gue bisa sendiri." Kinan berucap dengan nada yang sewot, saat melihat siapa yang mau menolong nya itu

Kinan berusaha untuk bangun sendiri, tapi kaki nya terasa sangat sakit. Saat ingin mencoba untuk kedua kali nya, ia gagal lagi untuk berdiri yang ada rasa sakit di kaki nya menambah.

Cowok yang melihat nya itu hanya menggelengkan kepala nya kecil. Tiba-tiba saja ia mengendong Kinan ala bridle style

"Kak Lintar, turunin gue" pekik Kinan, ia meronta untuk di turunkan oleh cowok blasteran Arab itu

"Lo mau diem, atau mau gue cemplungin ke danau belakang sekolah?" tanya Lintar dengan satu alis yang terangkat

Kinan terdiam mendengar ancaman yang keluar dari mulut Lintar, dalam hati ia menyumpah serapahi kelakuan cowok itu. Hingga mereka berdua menjadi pusat perhatian, rasanya Kinan ingin menghilang saja

Lintar membuka pintu UKS, dengan kaki nya, ia menaruh badan Kinan di atas brankar dengan hati-hati, kemudian ia beralih untuk melepaskan sepatu dan kaos kaki perempuan itu

Perilaku Lintar itu tidak luput dari perhatian Kinan, ia menyunggingkan senyuman kecil nya, ya walaupun kakak kelas nya itu sangat mengesalkan ternyata dia punya sisi peduli nya juga

"Udah puas lihatin gue?" tanya Lintar dengan senyuman miring nya

Senyuman Kinan meluntur saat mendengar pertanyaan Lintar, yang menurutnya sangat menyebalkan. "Nggak usah ge'er"

Lintar mengedikkan bahu nya acuh, ia beralih mengambil cream, dan menggosokkan nya di kaki Kinan yang terlihat membiru

"Kayak nya lo hobi jatuh" sindir Lintar, seraya memijit pelan pergelangan kaki, Kinan

Kinan mendelik kesal. "Gue jatuh karena gue di tabrak sama orang, lo pikir gue orang bodoh apa yang tiba-tiba jatuh sendiri"

"Yaudah sih, santai dong nggak usah sewot kayak gitu"

"Bodo amat"

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang