BUMI 48

712 23 0
                                    

Happy reading!

•••

Bumi, benar-benar membuktikan ucapan nya kepada Tamara, untuk membelikan apapun yang Tamara inginkan, dan saat ini mereka berdua sedang berada di salah satu tempat makan lesehan yang ada di alun-alun kota bandung, tempat berkumpul nya para anak remaja ataupun yang sudah berumur.

"Silahkan, mau pesan apa?" Tanya sang pemilik warung yang baru saja menghampiri mereka berdua

"Sate ayam nya dua porsi sama teh tawar hangat nya dua mas" kata Tamara dengan senyuman manis nya

Ini kali pertama nya Tamara, kesini dengan Bumi, biasanya cowok itu selalu mengajak nya makan di warung depan perumahan nya, kata Bumi sih makanan disini enak-enak apalagi jajanan nya

"Lo sering kesini, Bum?"

"Iya sering sama, anak-anak Legion" Jawab Bumi tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel

Tidak lama setelah nya pesanan mereka berdua sudah datang, dengan tidak sabaran nya Tamara mengambil dua tusuk sate dan memakan nya secara bergantian sedangkan Bumi hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku sahabat nya itu

"Pelan-pelan aja, Ra. Makan nya" Ucap Bumi seraya mengambil tissue untuk membersihkan bibir Tamara yang terkena bumbu kacang

"Makasih ya"

Setelah selesai makan dan membayar nya, Bumi mengajak Tamara, untuk mengelilingi alun-alun dengan kedua tangan yang saling bergandengan, mungkin sebagian orang yang berada disini, mengira kalau mereka berdua adalah seorang sepasang kekasih yang sedang menikmati indah nya malam kota bandung.

"Keren banget, Bum. Lain kali ajak gue kesini lagi ya"

Bumi menganggukkan kepala nya. "Pasti, Ra"

Tamara memicingkan mata nya, saat melihat seorang yang ia cukup kenal yang sedang berada di salah satu gerobak jajanan, ia menghentikan langkah nya, di ikuti oleh Bumi dengan pandangan yang bertanya-tanya

"Bum, Itu bukan nya, Kanaya. Sama pacar nya." Tunjuk Tamara

Bumi mengerutkan kening nya ia mengikuti arah tunjuk Tamara dan benar saja itu Kanaya, dan Tama. "Iya itu, Kanaya"

"Lo belum bisa ngelupain dia, Bum?" Tanya Tamara

"Udah lah, Ra. Lagian, buat apa gue pertahanin semua nya kalau dia aja nggak mau di perjuangin, itu nama nya gue cuman jalan di tempat doang nggak ada kemajuan sama sekali, dan gue udah suka sama orang lain" Ucap Bumi seraya menatap Tamara dari samping

"Suka sama siapa?"

"Ya, gue suka sama..." Bumi menggantungkan kalimat nya, ia memalingkan wajah nya dari tatapan Tamara

"Suka sama siapa, Bumi." Tamara mencoba untuk mendesak sahabat nya itu

"Nanti gue kasih tau"

"Oke, tapi nanti lo harus kasih tau gue siapa orang nya, Kita kesitu yuk." Tamara melepaskan tautan tangan mereka berdua, kemudian berlari kecil menuju tempat yang ia tunjuk tadi

Bumi menatap punggung Tamara dengan senyum nya. "Bagaimana bisa gue kasih tau lo, kalau gue suka sama lo, Ra" Gumam Bumi

****

Kanaya berjalan menuju kelas nya, dengan senyuman yang menghiasi wajah nya, tidak bisa di pungkiri kalau pagi ini ia terlihat sangat bahagia, bagaimana tidak bahagia semalam ia menghabiskan waktu nya dengan Megan di alun-alun bandung. Menikmati hembusan angin malam bersama orang yang kita sayangi akan sangat menyenangkan, apa kalian sudah mencoba nya?

"Pagi guys," Sapa Kanaya kepada ketiga sahabat nya saat sudah sampai di dalam kelas nya yang lumayan masih sepi

"Pagi juga, kayak nya lo lagi bahagia banget, Nay" Ucap Aza penasaran

"Iya lo bahagia banget, cerita dong sama kita-kita" Sahut Kinan

"Kita harus bahagia, kan. Ini masih pagi masa, pagi-pagi gini gue udah cemberut"

Mereka bertiga saling pandang, Aza mengangkat bahu nya acuh kemudian melanjutkan catatan nya yang sempat tertunda

"Gue ke kantin dulu ya, mau beli susu kotak." Kanaya membuka ransel nya dan mengambil ponsel dan dompet nya kemudian berjalan keluar dari kelas

Kanaya membuka ponsel nya saat melihat pesan masuk dari Tama, dia tersenyum kemudian membalas nya. Saking asik nya membalas chat dari Tama, ia tidak sengaja menabrak pundak seorang perempuan, untung saja ada tangan yang menahan tubuh perempuan itu kalau tidak, pasti dia akan jatuh

"Eh, maaf kak gue nggak sengaja" Ucap Kanaya meminta maaf

Perempuan itu tersenyum simpul. "Iya gapapa kok"

"Kalau jalan liat-liat" Sahut seorang cowok dengan suara nya yang dingin

Kanaya mengalihkan pandangan nya kemudian menatap cowok itu dengan sinis. "Gue juga udah minta maaf kok"

Dia mengangkat bahu nya acuh kemudian merangkul pundak perempuan yang ada di samping nya. "Ayo, Ra"

Kanaya menatap kepergian dua orang yang berbeda jenis kelamin itu. "Ternyata benar, Kak Bumi, udah lupain gue sepenuh nya"

"Lagian gue mau berharap apa sama Kak Bumi, gue udah buat dia sakit hati sama ucapan gue" Gumam Kanaya pelan

****

"Zaza, tungguin gue dong!" Panggil Skala yang berusaha menyamakan langkah nya dengan Aza

Sedangkan Aza tidak memperdulikan panggilan itu, ia terus berjalan tanpa berniat menoleh kebelakang. Dia benar-benar menyesali tidak ikut ke kantin bersama sahabat nya dan lebih memilih untuk duduk sendiri di taman, dan berakhir ia bertemu dengan sosok laki-laki yang selalu mengganggu nya setiap saat

Skala menarik lengan cewe itu. "Tunggu dulu, Za"

"Apa sih, Skal. Lo mau apa" Ucap Aza kesal

"Gue cuman mau ngasih ini doang kok." Skala memberikan bunga tulip putih itu di tangan Aza

"Gue nggak tau lo suka bunga apa, jadi gue beliin lo bunga tulip putih yang arti nya adalah murni dan cinta." Skala menggantungkan kalimat nya, ia menatap dalam mata Aza

"Bunga ini melambangkan perasaan gue ke lo, Za. Murni nya kasih sayang gue berikan ke lo, dan rasa cinta yang selalu tumbuh di saat gue ada di dekat lo" Ucap Skala tulus

Aza terdiam, ia tidak tau harus mau menjawab seperti apa ucapan yang keluar dari mulut Skala, terdengar sangat tulus di telinga nya

"Gue tau kok, mungkin saat ini lo belum bisa mau menerima kehadiran gue di hidup lo. Tapi gue yakin suatu saat nanti takdir akan menyatukan kita di waktu yang tepat." Skala menggenggam kedua tangan Aza

"Gue harus ngomong berapa kali sama lo, Skal. Mau sejauh apapun lo ngejar gue... Gue nggak akan pernah suka sama lo" Ucap Aza dengan penuh penekanan

Skala tersenyum menampilkan kedua lesung pipi nya. "Gue juga harus ngomong berapa kali sama lo, kalau gue nggak akan pernah berhenti untuk ngejar lo"

"Kenapa lo nggak berhenti aja sama kayak, Bumi?"

"Karena gue bukan, Bumi" Ucap Skala cepat

Aza melepaskan genggaman tangan Skala di tangan nya. "Terserah lo!" Aza berbalik badan, dan berjalan menjauh meninggalkan Skala sendirian di taman sekolah

"Sedikit demi sedikit, lo pasti akan luluh sama gue, Za"

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang