BUMI 68

799 18 0
                                    

Happy reading!

•••

Benua, memberhentikan motor nya di depan apotek, ia benar-benar sangat ceroboh malam ini bagaimana bisa ia tidak melihat lubang di tengah jalan, dan membuat motor nya oleng hingga terjatuh, bahkan baju lengan panjang yang ia pakai sobek di bagian sikut nya, dan membuat siku cowok itu berdarah, tidak terlalu parah tapi harus segera di obati.

Setelah membeli betadine dan kapas, ia beralih untuk duduk di salah satu kursi yang sudah di sediakan di depan apotek, kelihatan nya cowok itu sedikit kesusahan untuk mengobati luka nya.

Benua mengangkat wajah nya saat seseorang berdiri di hadapan nya, ia menatap perempuan di hadapan nya yang juga sedang menatap nya.

"Mau aku bantuin?"

"Nggak!"

Perempuan itu menghela nafas nya, Benua benar-benar sangat dingin, mau bagaimana pun cara Senja untuk mendekati cowok dingin tersebut tidak akan pernah mempan, tapi satu hal yang membuat Senja percaya bahwa, sedikit demi sedikit pasti Benua akan menerima nya.

Senja beralih untuk duduk di samping Benua. "Tapi, kayak nya, kak Benua kesusahan"

"Tapi gue nggak butuh bantuan lo" ujar Benua tajam.

Lagi-lagi Senja menghela nafas nya pelan, ia mengambil kapas, dan betadine dari tangan cowok dingin tersebut, ia menuangkan betadine tersebut di atas kapas, dan dengan teletan nya Senja membersihkan luka di tangan Benua.

Sedangkan Benua, tidak ada ringisan sama sekali yang keluar dari mulut nya, cowok itu bisa melihat wajah cantik Senja dari dekat. Benua menggelengkan kepala nya pelan, kenapa ia malah memikirkan Senja di otak nya, apa ia sudah gila?

"Udah selesai kak" ucap Senja, yang membuat lamunan milik Benua langsung buyar.

Benua menangguk singkat, ia memperbaiki posisi duduk nya, pandangan nya terfokus ke arah jalanan sesekali ia melirik Senja yang sibuk membereskan betadine, dan kapas milik Benua

"Aku duluan ya kak, udah malam," Senja pamit, kemudian bangkit dari duduk nya, belum sempat melangkah pergi pergelengan tangan milik nya di tahan oleh Benua, membuat benak nya bertanya-tanya

Benua berdehem pelan, ia ikut bangkit dari duduk nya, "pulang sama gue"

Tanpa menunggu ucapan dari Senja, ia langsung menarik tangan gadis tersebut menuju motor yang ia parkir tidak jauh dari mereka duduk. Senja memperhatikan tangan nya yang di genggam erat oleh Benua, dan membuat jantung Senja berdetak lebih cepat.

"Kak Benua"

"Apa?"

"Sebenar nya perasaan lo ke gue itu, kayak gimana sih kak?" pertanyaan ini lah yang selalu muncul di pikiran Senja, dan hari ini ia baru berani untuk mempertanyakan nya

"Jangan terlalu berharap," Benua melepaskan genggaman tangan nya

"Bagaimana gue nggak berharap kalau akhir-akhir ini lo selalu ada di samping gue, dan sekarang lo malah menjauh dari gue!" Senja menatap punggung tegap milik Benua yang membelakangi nya.

Ya, beberapa minggu yang lalu cowok itu selalu mendekati nya, dan akhir-akhir ini Benua malah menjauh seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua, apa salah Senja mempertanyakan seperti apa perasaan Benua ke diri nya? Atau hanya Senja yang terlalu berharap lebih ke Benua.

"Hapus harapan itu," Benua berbalik, dan mentap manik mata coklat milik Senja, "dari awal perasaan gue ke lo itu nggak ada Senja, gue dekat sama lo itu karena gue cuman kasihan sama lo,"

Benua terkekeh pelan, "cuman ada rasa kasihan di hati gue untuk lo, sisa nya itu cuman ilusi yang lo buat sendiri"

"Kasihan?" Senja menggeleng tidak percaya mendengar pernyataan yang keluar dari cowok di hadapan nya ini

"Kalau dari awal lo deketin gue karen kasihan, seharus nya lo nggak perlu ngelakuin itu kak!" teriak Senja dengan air mata yang mulai membasahi pipi nya.

"Gue nggak butuh rasa kasihan lo itu kak, gue rela kok nungguin lo sampai lo punya perasaan yang sama kayak gue, sampai kapanpun itu gue bakal nungguin lo kak," Senja menghapus air mata nya dengan kasar.

"Tapi pada akhir nya, lo memeng nggak bisa untuk di gapai"

***

"Dari mana aja lo, baru pulang jam segini?"

Senja memberhentihkan langkah nya saat melewati ruang keluarga, ia tidak asing dengan suara tersebut, Senja membalikan badan nya dan melihat Bumi yang sedang rebahan di atas sofa panjang.

Ia mengerenyit heran, "Kak Bumi, lo ngapain di rumah gue?"

"Orang tua lo nggak pulang malam ini, jadi gue kesini buat nemenin lo"

"Mereka sibuk banget kayak nya, sampai-sampai gue di titipin sama lo" ujar Senja dengan nada yang lirih.

Bumi mematikan televis nya, dan merubah posisi nya menjadi duduk, "udah-udah, lo darimana tadi? Kenapa baru pulang jam segini?"

"Gue harus jawab yang mana dulu nih?" Senja berjalan ke arah Bumi, kemudian duduk di samping kakak sepupu nya itu.

"Terserah"

"Hmm, gue tadi habis jalan-jalan cari angin, habis nya gue bosen di rumah," Senja menyandarkan tubuh nya di sandaran sofa, ia masih teringat  dengan percakapan nya bersama Benua tadi.

Bumi mengerutkan kening nya, mata adik nya terlihat sembab, dan lagi ia baru melihat wajah Senja sangat lesu seperti orang yang kurang makan.

"Lo kenapa?"

"Emang gue kenapa?"

"Lo habis nangis 'kan, Nja?" tanya Bumi dengan sangat yakin

Senja berdehem pelan, ia melirik ke arah Bumi yang sedang menatap nya dengan intens, "apaan sih lo kak, gue nggak nangis, orang tadi gue habis jalan-jalan"

Bumi menggeleng tidak percaya, "jangan bohong Senja, siapa yang buat lo nangis"

"Gue nggak bohong kak, emang gue nggak nangis kok," Senja takut jujur kepada Bumi, ia takut kalau penyebab ia menangis adalah Benua, kakak sepupu nya itu pasti langsung mendatangi Benua, dan akhirnya mereka berkelahi.

"Jujur sama gue. Gue ini kakak lo Senja, kalau terjadi apa-apa sama lo nanti gue yang merasa bersalah," Bumi menahan emosi nya untuk tidak meledak, "karena gue nggak bisa jagain lo dengan baik"

Senja memegang bahu kakak nya, kemudian mengelus nya, "nggak perlu merasa bersalah kak"

"Lo udah jagain gue dengan baik kok, bahkan jauh lebih baik"








•••

Gimana puasa kalian semua lancar kan? Jangan sampai ada yang bolong-bolong ya puasa nya.

See you the next chapter

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang