BUMI 55

747 20 0
                                    

Happy reading!

•••

Tamara, membuka halaman demi halaman album foto milik nya, senyuman di bibir nya tidak pernah luntur saat melihat foto-foto kecil nya bersama Bumi, wajah cowok itu masih tetap saja sama tidak ada perubahan sama sekali, paras cowok itu masih sama seperti dulu.

"Ternyata kita pernah selucu ini, ya" monolog nya.

Di saat Tamara, berada di dekat Bumi, ia merasa aman karena cowok itu selalu menjaga nya, Bumi benar-benar membuktikan janji nya saat mereka kecil dulu, kalau Bumi akan selalu menjaga, dan melindungi nya.

Tamara tertawa pelan. "Sahabat, ya"

Ia menutup kembali album foto nya, kemudian menaruh nya ke dalam laci, sejak tadi ucapan Bumi waktu di sekolah selalu terbayang-bayang di ingatan nya. Apa Bumi menyukai dirinya? Atau cowok itu hanya sekedar bercanda saja?

Ada satu hal yang Tamara sembunyikan dari sahabat nya itu, entahlah dia tidak tahu mau sampai kapan ia menyembunyikan semuanya dari Bumi.

Ting.

Bunyi notifikasi dari ponsel nya, mengalihkan atensi nya, Tamara segera mengambil ponsel nya, dan melihat pesan masuk yang di kirimkan oleh, Batara

Batara Sakti:

Besok, gue jemput ya, Ra.

Tamara hanya membaca nya saja, tanpa berniat untuk membalas pesan dari Batara, ngomong-ngomong soal Batara, cowok itu sejak beberapa bulan yang lalu, selalu mendekati dirinya, cowok itu selalu menawarkan untuk mengantar, dan menjemput nya, belum lagi perhatian-perhatian kecil yang lain nya

"Maaf, Batara." Bukan pura-pura tidak peka, tapi Tamara tahu kalau cowok itu berusaha untuk mendekati nya, karena Batara menyukai dirinya

"Gue nggak menjamin cinta lo ke gue, karena hati gue cuman milik dia"

****

"Mau pesan apa kak?"

Perempuan yang memakai hoodie berwarna pink itu, membaca menu nya sekilas. "Cappucino nya satu, sama tiramisu nya dua, take away aja mas"

Setelah melihat waiters nya pergi, dia membuka ponsel nya dan memencet galeri nya, dia tersenyum saat melihat foto nya dengan pacar nya yang berpelukan dengan sangat mesra

"Dua hari kamu nggak ada kabar, Meg, aku cuman takut kamu kenapa-napa" lirih nya pelan

Megan, dua hari hilang tanpa kabar seakan-akan pacar nya itu di telan oleh bumi.

"Permisi, ini pesanan nya kak"

Kanaya menaruh kembali ponsel nya ke dalam tas nya, kemudian mengambil pesanan nya, dan membayar nya

"Makasih mas" ucap Kanaya seraya menyunggingkan senyuman nya

Kanaya bangkit dari duduk nya, kemudian berjalan keluar dari cafe. Tapi betapa sangat terkejut nya ia saat dia melihat seorang laki-laki yang ia cemaskan sedang berjalan berdua dengan seorang perempuan, dengan tangan yang saling menggenggam.

"Naya" ucap Megan gugup, dengan cepat ia melepaskan tangan nya, yang saling bertaut dengan perempuan yang bernama, Harlea.

"Aku bisa jelasin semua nya, Nay"

"Jelasin apa? jelasin kalau kamu selingkuh sama perempuan itu!" sambar Kanaya, mata nya mulai memanas, dan sepertinya air mata nya sebentar lagi akan turun

"Nggak, aku nggak selingkuh, Nay, plis percaya sama aku." Megan memohon seraya memegang kedua tangan Kanaya

Kanaya menggelengkan kepala nya tidak percaya. "Apa yang mau di percaya lagi, Meg? Jelas-jelas aku udah ngelihat dengan mata kepala aku sendiri, kamu sama dia pegangan tangan, apa itu yang nama nya nggak selingkuh?"

"Dua hari... dua hari, aku nunggu kabar kamu, tapi kamu nggak pernah kasih kabar sekalipun ke aku." Kanaya mengangkat tangan nya saat Megan ingin berbicara

"Mungkin yang terbaik untuk hubungan kita sekarang, putus, Meg" ujar Kanaya singkat, namun terdengar sangat jelas di telinga Megan

"Plis, Nay, aku nggak mau putus sama kamu." Mohon Megan lagi, kemudian memegang pundak Kanaya

Kanaya menghempaskan tangan Megan dari pundak nya, ia beralih menatap Harlea, yang sedang menunduk takut

"Dan lo, gue mau ucapin terimakasih, karena lo gue tau bagaimana sifat asli cowok bajingan itu"

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Kanaya melenggang pergi dari hadapan kedua orang itu. Setelah merasa sudah cukup jauh dari tempat tersebut barulah, Kanaya mengeluarkan air mata nya.

"Kamu jahat, Megan, seharusnya aku percaya sama omongan kak Bumi, dari kemarin-kemarin" isak Kanaya menangis

Perempuan itu memberhentihkan langkah nya, ia duduk di salah satu halte dan untung saja tidak ada satupun orang yang berada di halte tersebut.

Ia menghapus air mata nya, Kanaya tidak mau menangisi seorang laki-laki bajingan seperti Megan, tapi semakin ia pendam dada nya terasa sangat sesak

"Jangan di pendam nanti sakit"

Kanaya mendongak saat mendengar suara berat memasuki indra pendengaran nya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Kanaya kaget

Cowok itu mengedikkan bahu nya acuh, ia turun dari motor nya kemudian ikut duduk di samping, Kanaya

"I know you feel" ucap nya dengan nada yang sendu

Kanaya menggelengkan kepala nya. "Lo nggak pernah tau seperti apa perasaan gue, kak Bumi"

"Gue tau gimana rasanya, karena lo bukan satu-satu nya di hati dia, tapi lo salah satu nya"

Mata Bumi berubah menjadi sendu, ia berada di sana, dan dia juga melihat semua kejadian yang terjadi antara Kanaya, dan Megan.

Bumi awal nya ragu untuk mengejar Kanaya, tapi saat dia melihat perempuan itu menangis, ia memilih untuk mengejar nya. Bukan karena dia masih menyukai Kanaya, tapi dia takut akan terjadi sesuatu dengan perempuan itu.

"Nggak usah sok tau." Kanaya hendak berdiri dari duduk nya, tapi tangan nya di tahan oleh Bumi

"Nangis aja, Nay, kalau menurut lo nangis bisa buat lo tenang" ucap Bumi menenangkan. "Luapin semua kesedihan yang lagi lo rasain saat ini"

Kanaya terdiam, satu bulir air mata keluar dari pelupuk matanya, dan membasahi pipi nya, Kanaya menangis untuk meluapkan semua kesedihan nya, dia fikir Megan adalah cowok yang setia bersama nya, tapi semua itu salah, dan Kanaya sudah banyak berharap kepada Megan, tapi semua harapan itu seakan sirna dalam seperkian detik

Dia menyandarkan kepala nya di bahu Bumi, tidak ada penolakan dari cowok itu, bahkan yang berada di samping nya sekarang adalah cowok yang ia tolak mati-matian demi mempertahankan Megan yang bajingan. Seharusnya dia percaya dengan omongan Bumi saat itu

Bumi menatap Kanaya dengan sangat dalam, ia mengangkat tangan nya, dan mengusap air mata perempuan itu dengan ibu jari nya

"Keluarin semua kesedihan lo, Nay,"

Kanaya mengangguk pelan. "Makasih untuk bahu nya, maaf karena gue baju lo jadi basah"

"It's okay, asalkan itu yang bisa buat lo tenang" ujar Bumi dengan suara nya yang sangat menenangkan

Kanaya merasa menjadi orang yang paling jahat di dunia ini, bagaimana tidak? Cowok yang berada di samping nya ini adalah cowok yang ia tolak dengan sangat kasar, dan sekarang cowok inilah yang juga datang untuk menenangkan nya

"Dan maaf juga, untuk perkataan kasar gue waktu itu." Kanaya menundukkan kepala nya, seharusnya Bumi menghiraukan nya saja, dan pergi begitu saja saat melihat nya menangis

Bumi mengangkat dagu Kanaya, dan memberikan nya sebuah senyuman. "Gapapa, gue ngerti kok"

Kanaya terenyuh melihat senyuman Bumi, senyuman cowok itu terlihat sangat tulus bahkan jantung nya berdetak dengan sangat cepat.

"Apa perasaan itu.... masih ada?"

•••

Tinggal menghitung hari, dan tahun akan berganti. Jadi rosulusi apa yang kalian mau untuk tahun depan?

Sampai ketemu di chapter berikut nya.

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang