BUMI 54

713 22 0
                                    

Hi guys, lagu friendzone dari Budi Doremi cocok untuk mendeskripsikan chapter kali ini, jangan lupa di dengar ya

Happy reading!

•••

"Bumi!" suara panggilan itu membuat Bumi memberhentikan langkah nya, dan langsung berbalik badan

"Apa sih, Ra?" tanya Bumi, saat ia melihat Tamara yang sudah berada di samping nya

"Lo punya uang satu juta, nggak?"

Bumi menatap perempuan yang sedang berjalan di samping nya ini, dengan dahi yang mengkerut. "Punya, uang bulanan lo udah habis, Ra?" tanya nya heran, padahal ini masih awal bulan

"Yaudah sama berarti, lo punya satu juta, gue juga punya." Tamara tertawa seraya memukul pelan lengan cowok di samping nya itu, padahal Bumi tidak tertawa sama sekali mendengar jokes sahabat nya itu

"Suka-suka lo aja" ujar Bumi kesal

"Gue suka nya lo"

Bumi sontak memberhentikan langkah nya, saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Tamara. Jantung nya berdebar tak karuan, apa artinya, Tamara juga mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya?

"Lo serius, Ra?" Tanya Bumi menatap iris hitam milik Tamara

Lagi-lagi Tamara tertawa, membuat Bumi mengerutkan kening nya. "Serius banget sih lo, Bum, gue nggak mungkin sama suka sama lo 'kan kita sahabat" ungkap Tamara.

"Lo tenang aja, Bum, kita sahabatan udah dari kecil, gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri" sambung nya lagi.

"Gimana kalau gue yang suka sama lo?" Tanya Bumi tiba-tiba, yang sukses membuat Tamara terdiam

"Hah?"

Bumi mengelus pucuk kepala Tamara, kemudian berlalu dari hadapan gadis itu yang masih berdiam diri di tempat nya

"Maksud lo apa, Bumi?" teriak Tamara, saat melihat punggung Bumi sudah menjauh

Teriakan nya berhasil membuat pasang mata sebagian murid yang berada di Koridor menatap nya. Tamara meringis pelan ketika menyadari teriakan nya yang sangat melengking.

****

Bumi berjalan masuk ke dalam kantin, dan berjalan menuju meja yang berada di pojokan dimana meja itu sudah di isi oleh beberapa anggota, dan inti Legion

"Dari mana aja lo, dari pagi baru kelihatan batang hidung nya" ujar Skala penasaran, saat melihat ketua mereka baru datang, dan langsung main duduk-duduk saja di samping Benua

"Biasa, gue habis rapat OSIS, sama anak-anak untuk bahas acara perpisahan angkatan kita"

"Masih lama kali, Bum, kita ujian akhir aja belum di tentuin sama pihak sekolah" sahut Guntur, seraya menyetel senar gitar nya

"Nggak kerasa ya bang, kalian udah mau lulus aja." Junet mengunyah kentang goreng nya

"Ya, gitu lah" sahut Benua cuek

"Nanti janji ya, kalau kalian udah lulus kalian masih main di basecamp." Ilham juga ikut menyahuti, salah satu anggota Legion yang baru saja di rekrut beberapa minggu yang lalu

"Lo santai aja kali, gue sama yang lain nggak bakal lupa dari mana kita berasal" celutuk Lintar.

"Benar kata lo, Tar, karena separuh jiwa gue itu cuman untuk Legion"

"Setengah nya untuk siapa lagi, bang?" tanya junet terhadap Skala

"Setengah nya untuk, ayang Azalea" jawab Skala dengan percaya diri yang sangat tinggi

"Anjay!" seru mereka semua, seraya tertawa bersama

"Tapi sayang lo di tolak mulu sama, Aza" ledek Guntur.

"Bajingan lo" umpat Skala, kemudian ia melempari kentang goreng milik nya kearah wajah sahabat nya itu

Bumi menggeleng pelan, ada-ada saja hal yang bisa membuat dirinya tertawa, ia menoleh kearah pintu masuk kantin, dan mata nya tidak sengaja melihat Tamara yang sedang asik mengobrol dengan cowok di samping nya.

"Batara" monolog nya pelan, ia menatap tajam kedua orang yang berbeda jenis itu. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi dilihat dari wajah Tamara, sepertinya perempuan itu sangat bahagia

Bumi membuka dua kancing atas seragam sekolah nya hingga memperlihatkan kaos hitam polos nya, entahlah dia tiba-tiba menjadi panas

"Ada yang panas nih!" seru Guntur, seraya menaik turunkan alis nya

"Siapa tuh?" sahut Lintar

"Tuh... Tuh." Guntur mengarahkan pandangan mata nya kearah Bumi

"Katanya sih, sahabat tapi kok ada yang cemburu"

"Berisik lo bangsat" umpat Bumi menatap tajam sahabat-sahabat nya

"Kenapa nggak lo tembak aja sih, Bum?" tanya Lintar serius

"Nanti kak Tamara, nya keburu di ambil sama yang lain bang"

"Gue juga tau, tapi dia cuman anggap gue sahabat nggak lebih." Bumi mengaduk-aduk minuman nya, seraya terus memperhatikan Tamara, dan Batara

Skala menepuk pelan pundak Bumi. "Kenapa nggak lo coba dulu aja, buat nyataiin perasaan lo sama, Tamara"

"Ada hal yang ngebuat gue takut untuk ungkapin perasaan gue sama, Tamara" ungkap Bumi.

Guntur berdecak kesal, saat mendengar pernyataan sahabat nya itu. "Kalau lo takut untuk di tolak itu bisa jadi urusan belakang bro, yang penting Tamara, udah tau perasaan lo yang sebenarnya"

Bumi menggeleng pelan. "Bukan soal takut di tolak atau enggak nya"

"Terus apa?" tanya Lintar penasaran

"Gue takut, kalau nanti gue dan Tamara, menjadi asing, di saat nanti gue ungkapin perasaan gue" kata Bumi, jujur saja ini adalah ketakutan terbesar nya

"Susah emang kalau udah terjebak friendzone"

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang