Happy reading!
•••
Tamara menggeser pagar rumah yang bercat hitam tersebut, hingga kedua matanya tertuju kearah Bumi yang sedang duduk di atas jok motor hitam kesayangan nya. Dengan segera Tamara berjalan ke arah Bumi.
Sedangkan Bumi, yang melihat penampilan Tamara dari balik kacamata hitam milik nya merasa terpesona dengan gadis tersebut. Aishh, Tamara memang selalu cantik setiap saat, jadi tidak heran kalau Bumi menyukainya.
"Lo udah lama nungguin gue?"
"Lumayan lah, tapi gapapa karena gue tau kalau lo dandan pasti lama" jawab Bumi santai, kemudian ia turun dari atas motor sport nya.
Tamara terkekeh pelan, "kita mau kemana sih, kok lo ngajak nya sore-sore gini, jalanan pasti macet"
"Adadeh, lo nggak perlu tau, dan gue pastiin lo pasti suka banget sama tempat nya" ujar Bumi sok misterius.
"Kenapa nggak ngasih taunya sekarang aja?"
"Kalau gue kasih tau lo sekarang, Ra, itu nama nya bukan suprise"
Tamara memutar bola matanya malas, "nggak asik banget sih lo"
Bumi terkekeh pelan, ia menaiki motor nya kembali, kemudian memberikan helm berwarna pink yang ia baru beli tadi untuk Tamara, ia menarik pelan lengan Tamara agar perempuan itu lebih mendekat ke arah nya.
"Gue bisa pake sendiri kok, Bumi," ia menahan tangan Bumi saat ingin memakaikan nya helm.
''Nurut aja sih, Ra" ujar Bumi, "lo dongak dikit susah nih ceklekin nya''
Tamara menuruti perintah Bumi, ia mendongakkan sedikit wajah nya sehingga kedua bola matanya tertuju kearah wajah Bumi yang sangat dekat dengan nya. Dengan cepat ia mengalihkan pandangan nya, kenapa sekarang Tamara menjadi gugup, apa karena ia sudah lama tidak berinteraksi dengan Bumi lagi.
''Lo kenapa, Ra?''
Tamara berdehem pelan, untuk menetralkan kegugupan nya, " gapapa kok, ayo berangkat Bum, nanti macet lagi"
Bumi mengangguk mengerti, ia menyuruh Tamara untuk segera naik ke atas motornya yang langsung dituruti oleh Tamara.
"Ayo jalan, lo nunggu apa lagi?" tanya Tamara heran karena Bumi masih belum menjalankan motornya.
Bumi berdecak pelan, ia manarik kedua tangan Tamara untuk melingkar di pinggang nya, "tumben, biasanya tanpa gue suruh lo langsung meluk pinggang gue, Ra"
"Ya, siapa tau lo udah bosan kalau gue mulu yang peluk lo," Tamara menumpukkan dagu nya di atas pundak Bumi.
Bumi menoleh kebelakang, "apapun itu tentang lo, gue nggak pernah bosan, Ra,"
***
Skala membuka pintu mini market, ia melangkahkan kaki nya masuk kedalam menuju rak dimana yang isi nya mie instan semua, ia mengusap dagu nya bingung harus memilih indomie rasa apa.
"Mie goreng ajalah, nggak usah ribet" ujar Skala, kemudian mengambil dua bungkus mie instan
Setelah membayar pesanan nya, cowok yang hanya mengenakan sendal jepit dan kaos oblong putih tersebut melangkah keluar dari mini market. Skala berhenti sejenak saat merasakan notif ponsel nya berbunyi.
"Benua? tumben tuh kutub chat gue''
Skala kembali melangkah menuju parkiran mini market yang dimana mobil milik nya terparkir disana, saking serius nya ia membalas chat dari Benua ia tidak melihat jalan, dan akhirnya cowok itu tidak sengaja menabrak bahu seseorang
Dug!
Ponsel milik Skala terjatuh dari tangan nya, dengan segera ia mengambil ponsel nya yang jatuh ke tanah, ia menghela nafas nya pelan, ponsel yang baru ia belli tiga hari yang lalu kini layar ponsel tersebut menjadi pecah.
"Sorry gue nggak sengaja"
"Ini bukan salah..." skala menggantungkan ucapan nya, saat melihat siapa orang yang ia tabrak.
"Hi, Za, akhirnya gue bisa ketemu lo disini," Skala menyunggingkan senyum nya, dua minggu lebih ia tidak pernah melihat wajah Azalea lagi, seringkali cowok itu berniat untuk mendatangi rumah Aza, tapi akhirnya ia mengurungkan niat nya tersebut.
Azalea berdehem pelan, "kayak nya gue harus pergi, maaf soal tadi"
"Tunggu dulu, Za," Skala menahan langkah Aza dengan cara menggenggam pergelangan tangan perempuan tersebut.
"Gue buru-buru Skal, nggak ada waktu buat ngobrol sama lo" ujar Azalea berbohong, gadis itu sama sekali tidak buru-buru, ia hanya berusaha menghindar dari Skala
"Lima menit Za, izinin gue untuk melihat lo, setidaknya buat mengurangi rasa rindu gue ke lo" pinta Skala memohon.
Entah dorongan dari siapa Azalea mengangguk setuju, dan membuat Skala tersenyum sumringah.
Skala memandang lekat wajah Azalea, sama seperti Bumi, Skala memutuskan untuk melanjutkan pendidikan nya di luar negri, dan ia memutuskan untuk kuliah di negri sakura. Memang berat tapi ini sudah jalan yang ia putuskan sendiri.
"Aza" panggil Skala. "Perasaan gue ke lo nggak akan pernah berubah Za, perasaan ini masih tetap sama saat pertemuan kita untuk pertama kalinya"
Azalea terdiam kaku, perasaan takut tiba-tiba menjalar di hati nya, keinginan serta ucapan Skala membuat ia berfikir kalau Skala akan pergi jauh.
"Sampai ketemu di lain waktu, Za, gue harap lo mau datang ke acara promnight angkatan gue"
"Kalau gue nggak mau datang?"
"Lo nggak akan ketemu sama gue lagi"
Azalae mengerenyitkan dahi nya, "maksud lo apa?"
Skala menepuk pelan pucuk kepala Azalea, "gue harus pulang, cacing-cacing di dalam perut gue udah meronta ronta"
°°°
Kalian baper sama Bumi-Tamara, atau Skala-Azalea?
Jawab di kolom komentar ya. Sebentar lagi cerita ini akan tamat, dan tinggal tunggu beberapa part lagi.
Happy ending or sad ending? Lihat nanti
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi
Teen Fiction[[ 𝗰𝗼𝘃𝗲𝗿 𝗯𝘆 𝗽𝗶𝗻𝘁𝗲𝗿𝗲𝘀𝘁 ]] Dia Bumi, Bumi Lantang Dhanajaya. Siapa yang tidak mengenal dirinya? Berasal dari keluarga yang terpandang, ketua geng motor, sekaligus Ketua OSIS di sekolah nya, dan soal wajah kalian semua tidak perlu mera...