BUMI 60

822 19 0
                                    

Happy reading!

•••

Kanaya berjalan sendirian di Koridor sekolah yang lumayan ramai, sesekali ia tersenyum saat ada yang menyapa nya, Kanaya sangat bersyukur berada di sekolah ini di kelilingi oleh orang-orang yang baik, ya walaupun ada juga orang yang tidak suka terhadap dirinya.

Kanaya memberhentihkan langkah nya, saat melihat orang yang ia cari-cari sedari tadi, belum sempat kembali melanjutkan langkah nya ia melihat seorang perempuan datang dan menghampiri seseorang itu, Kanaya melunturkan senyuman nya, entahlah dada nya terasa sakit.

"Ada yang cemburu, nih"

Kanaya mengangkat wajah nya, untuk melihat siapa orang itu. "Sejak kapan, kak Guntur, ada di sini"

"Sejak gue lihat lo cemburu sama, Tamara"

"Nggak, siapa juga yang cemburu" elak Kanaya, padahal di dalam hati nya ia juga sangat cemburu melihat kedekatan antara Bumi, dan Tamara.

Kanaya menghela nafas nya kasar, ia berbalik badan dan berniat untuk kembali ke kelas nya, tapi Guntur malah menahan nya.

"Gue tau lo cemburu, walaupun tadi lo bilang nggak"

"Nggak usah sok tau"

"Tapi kenyataan nya, gue tau" ucap Guntur santai

Kanaya tidak menjawab nya, ia melangkahkan kaki nya lagi, tapi Guntur menarik lengan perempuan itu agar tidak pergi

"Apa lagi si, kak?" tanya Kanaya kesal

"Bumi suka sama Tamara, tapi kalau di lihat-lihat kayak nya, Tamara juga suka sama Bumi."

Kanaya diam, pernyataan yang keluar dari mulut Guntur membuat dada nya terasa sangat sesak.

"Tanpa gue kasih tau, lo tau harus ngapain 'kan?"

"Jauhin, kak Bumi" ucap Kanaya tanpa sadar

Guntur mengangguk pelan, "Gue nggak berniat buat lo sakit hati dengan omongan gue, tapi kenyataan nya memang seperti ini"

"Bumi, udah nggak suka sama lo lagi, Nay, jangan memaksakan sesuatu yang nggak bisa lo gapai."

"Lo bisa dekat dengan, Bumi, sebagai teman, tapi jangan libatin perasaan suka lo itu," lanjut Guntur, ia melepaskan genggaman nya di tangan Kanaya

Kanaya terdiam, ia tidak mengeluarkan satu kata pun dari mulut nya, mata nya memanas ia ingin menangis, tapi ia malu karena ada Guntur yang berdiri di hadapan nya saat ini

"Makasih udah ingatin gue kak" ujar Kanaya dengan nada yang bergetar

Guntur menghela nafas nya pelan, ia menarik badan Kanaya ke dalam pelukan nya, bukan bermaksud untuk modus, tapi jujur saja ia tidak tega melihat perempuan yang ada di hadapan nya ini menahan tangis nya

"Nangis aja, Nay, kalau nangis bisa buat perasaan lo tenang"

***

Bumi berjalan keluar dari aula, sungguh hari yang sangat melelahkan baginya, hari ini Bumi resmi tidak lagi menyandang status sebagai ketua OSIS SMAJAS.

"Gimana?"

Bumi memberhentihkan langkah nya, ia menoleh ke samping, dan menyandarkan tubuh nya di tembok sama seperti apa yang di lakukan, Benua.

Bumi mengacungkan jempol nya, "Lancar seperti biasa"

Benua mengangguk sebagai jawaban, tatapan cowok itu datar seperti biasa, matanya terus memperhatikan pergerakan seorang perempuan yang sedang latihan cheerleader di lapangan bersama teman-teman satu tim nya.

"Adik gue masih berusaha buat deketin lo?" tanya Bumi.

"Nggak tau" jawab Benua cuek

Bumi menghela nafas nya pelan, "Jangan terlalu keras sama perasaan lo sendiri, Ben"

"Lo suka 'kan sama, Senja?"

"Nggak usah sok tau," Benua menatap datar ke arah sahabat nya itu

"Nyata nya gue tau, karena gue sama lo itu udah sahabatan lama" ujar Bumi, seraya memasukkan kedua tangan nya kedalam saku celana

Benua diam, karena ia juga bingung dengan perasaan nya sendiri, setiap hari Senja selalu datang dan mengganggu ketenangan nya, dan lama-kelamaan dirinya sudah terbiasa dengan kehadiran Senja di hidup nya.

"Gue nggak masalah kalau lo pacaran sama, Senja, asalkan lo nggak nyakitin dia," Bumi menghela nafas nya pelan, walaupun ada ketidak relaan di dalam dirinya kalau melihat adik kesayangan nya itu berpcaran

Benua berdecih pelan, ia melangkahkan kaki nya pergi meninggalkan sahabat nya itu, bahkan ia menghiraukan teriakan Bumi

Benua menggeleng-gelengkan kepala nya, tidak mungkin ia suka sama perempuan yang seperti Senja, tapi kenapa ucapan Bumi selalu terngiang-ngiang di otak nya.

"Nggak mungkin" monolog nya

"Nggak mungkin apa kak?"

Benua di buat kaget dengan kehadiran Senja, yang tiba-tiba ada di samping nya

"Bukan urusan lo" ujar Benua dingin

"Yaudah"

Benua memilih diam daripada menyahuti ucapan Senja. Ia pikir perempuan itu akan pergi, tapi Senja sama sekali tidak pergi dan terus mengikuti Benua

"Lo kenapa masih ngikutin gue?"

"Emang, ada larangan nya kalau aku nggak boleh ngikutin, kak Benua?" tanya Senja dengan wajah nya yang terlihat polos

Benua berdecak kesal, ia memberhentihkan langkah nya begitupun juga dengan Senja, mata elang nya menatap tajam ke arah Senja

"Berhenti ikutin gue"

"Nggak mau"

Benua mengeraskan rahang nya, kalau di hadapan nya ini bukan seorang perempuan sudah di pastikan ia akan menghajar nya habis-habisan

"Gue muak lihat lo, gue terganggu dengan kehadiran lo disini," Benua menjeda kalimat nya.

"Jangan ikutin gue lagi" ucap Benua penuh penekanan, setelah itu ia melangkah pergi meninggalkan perempuan itu sendirian

Bohong rasanya kalau, Senja, merasa tidak sakit hati dengan ucapan Benua, tapi mau bagaimana lagi? dia sudah terbiasa dengan omongan-omongan kasar yang di lontarkan Benua terhadap dirinya

Senja menepuk pelan kedua pipi nya, "Lo nggak boleh patah semangat, Senja"

"Gue harus yakin kalau nanti, kak Benua pasti akan luluh ngelihat perjuangan gue buat dapatin hati nya" ujar Senja menggebu-gebu










•••

See you the next chapter

Semoga kalian suka dengan part kali ini.

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang