BUMI 52

727 22 0
                                    

Happy reading!

•••

Tamara, berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tangan yang membawa satu botol air mineral dingin, langkah nya terhenti saat ia menoleh ke arah lapangan dan melihat sahabat nya yang sedang duduk di pinggir lapangan dengan nafas yang memburu.

Dengan cepat ia berjalan ke arah lapangan, setelah sampai di lapangan ia menempelkan air mineral dingin itu ke pipi Bumi, yang membuat cowok itu tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah nya

"Gue kira siapa" Kata Bumi.

"Duduk" Intrupsi Bumi kepada Tamara

Tamara duduk di samping Bumi, ia mengeluarkan sapu tangan dari saku rok nya, ia mendekatkan wajah nya dengan Bumi, kemudian melap wajah sahabat nya itu. Jantung Bumi tidak aman sekarang

"Lo udah kelas dua belas, Bum, kenapa lo masih ikut turnamen basket, sih?" Tanya Tamara.

Bumi terkekeh pelan, ia mengambil sapu tangan itu dari tangan Tamara, kemudian melap keringat nya sendiri.

"Ini pertandingan terakhir gue sama teman-teman gue, Ra, jadi kita harus nyumbangin mendali lagi untuk sekolah ini sebagai kenang-kenangan"

"Tapi bentar lagi kita udah mau ujian, seharusnya lo udah fokus belajar, Bumi!" Tamara berdecak malas melihat sahabat nya itu

"Seharusnya yang fokus belajar itu lo bukan gue, lo aja selalu nyuruh gue buat ngerjain tugas kimia lo"

"Itu karena gue nggak tau jawaban nya, makanya gue nyuruh lo buat ngerjain tugas gue!"

"Makanya belajar, jangan nonton drakor mulu" Cibir Bumi yang membuat Tamara kesal

Dengan cepat Tamara menyubit pinggang Bumi. "Ngeselin banget sih lo"

"Tapi lo sayang, kan?" Tanya Bumi seraya mendekatkan wajah nya dengan Tamara

"Iya gue sayang sama lo... Sayang sebagai sahabat" Cetus Tamara dengan suara nya yang pelan

Dada Bumi tiba-tiba bergemuruh saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Tamara, ia menjauhkan wajah nya dari Tamara dengan senyum tipis

"Sahabat ya?" Gumam Bumi kepada diri nya sendiri

"Hah, lo ngomong apa, Bum?"

"Nggak, bukan apa-apa kok" Jawab Bumi dengan gelengan pelan

Bumi menertawai diri nya sendiri, ternyata Sesakit ini mencintai seseorang dalam diam apa lagi orang yang dia cintai sahabat nya sendiri. Apa dirinya akan merasakan penolakan untuk kedua kali nya lagi?

****

Bumi, cowok itu berdiam diri di atas motor nya seraya terus memperhatikan dua sejoli yang sedang beradu argumen di depan gerbang sekolah, untung saja lingkungan sekolah sudah sepi

Bumi memang tidak mengetahui apa yang mereka berdua bicarakan, tapi dengan jelas cowok itu sudah membuat kekasih nya menangis, dan lebih tega nya lagi si cowok brengsek itu meninggalkan kekasih nya dengan keadaan yang menangis

Dia turun dari motor nya, kemudian berjalan menghampiri gadis itu yang sedang berjongkok dengan kedua telapak tangan yang menutup wajah nya

"Kasihan banget ya" Ucap Bumi santai dengan kedua tangan yang berada di saku hoodie nya

Gadis itu mengangkat wajah nya dengan air mata yang terus membasahi pipi nya. "Mending lo pergi aja, kalau lo cuman mau nyindir gue"

"Baperan banget lo" Cibir Bumi

Bumi mengulurkan tangan nya ke gadis itu. "Nggak semua masalah harus lo tangisi, Nay. Ayo berdiri"

Kanaya, menerima uluran tangan Bumi, ia berdiri dari jongkok nya dengan wajah yang memerah dan mata yang sembab, seketika Bumi tertawa melihat wajah Kanaya yang sangat memerah

"Apaan sih, nggak ada yang lucu ya!" Kanaya memukul lengan Bumi dengan sangat kencang, sungguh kenapa cowok di depan nya ini sangat menyebalkan

Bumi meredakan tawa nya, ia menahan kedua tangan Kanaya yang memukul lengan nya. "Apa pun masalah lo sama, Tama, gue harap lo bisa selesain masalah kalian"

"Tapi gue minta sama lo jangan terlalu percaya sama, Tama, karena pacar lo itu nggak sebaik apa yang ada di pikiran lo" Ucap Bumi seraya mengelus pucuk kepala Kanaya

"Kalaupun nanti nya gue salah, lo bisa cari gue, dan lo berhak maki-maki gue atau, lo bisa nampar gue sepuas nya." Bumi menghapus air mata di pipi Kanaya. "Cepat atau lambat lo bakal tau gimana busuk nya, Tama"

Bumi berbalik berjalan menuju di mana motor nya terparkir, entahlah melihat perilaku dan bagaimana cara Bumi menenangkan nya, membuat jantung Kanaya berdetak lebih cepat

"Sebenar nya, apa yang kak Bumi maksud tentang Tama?" Gumam Kanaya, seraya melihat motor Bumi yang sudah melaju pergi

"Apa, Tama, benar-benar selingkuh di belakang gue?"

Bumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang