Sebelumnya
Setelah sampai, Naruto langsung melepas jubahnya, menggantung Gunbai dan Sabit di tempat yang disediakan. Setelah itu duduk di kasur, beberapa menit kemudian... Dirinya merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan perlahan-lahan dirinya tertidur pulas.
Sekarang
Tepat tengah hari di rumah Naruto
Jeanne terbangun dari tidurnya, dirinya masih mengerjapkan matanya berulangkali... Kemudian melihat sekitarnya, lalu berbicara
"Bukannya aku tertidur di sofa ya ? Siapa yang memindahkan ku ke kamar ? Dan menutupi tubuhku dengan selimut..."Seketika itu, ingatan kemarin malam dia ingat... Kalau dirinya menunggu Master-nya pulang, namun dirinya tertidur. Kemudian berbicara
"Sepertinya Master yang memindahkan ku ke kamar, aku merasa seperti seorang istri menunggu suaminya pulang. Mungkin menjelang pagi dirinya baru pulang dari mengawasi sesuatu, aku akan menyiapkan makanan, membersihkan ruangan, setelah itu membangunkan dirinya."Jeanne langsung bangkit dari kasurnya, melepas selimutnya... Dan membersihkan kamarnya, dirinya membersihkan seluruh ruangan, lalu membuka jendela dan gordennya. Kemudian memasak untuk mereka berdua, setelah itu dirinya membersihkan tubuhnya.. beberapa menit kemudian, dirinya selesai membersihkan tubuh. Langsung mengenakan kimono, yang dibelikan oleh Master-nya, menatap dirinya di cermin dengan tatapan intens... Rambut panjangnya bewarna cream membuatnya semakin cantik. Setelah itu, dirinya tersenyum seperti biasa. Jeanne hanya menunjukkan senyumannya ke Master-nya saja, selain itu tidak memberikan ke siapapun.
Beralih ke kamar Naruto
Dirinya masih tertidur pulas di kasurnya, tanpa sedikitpun mengeluarkan dengkuran halus. Ia hanya menggerakkan badannya ke arah kiri dan kanan, hanya untuk mencari posisi yang membuatnya bisa tertidur dengan tenang.
Walaupun dalam kondisi tertidur dengan tenang, raut wajahnya sudah tidak seperti dulu lagi. Yang ia rasakan tetap sama, tidak pernah merasakan kebahagiaan. Bahkan ketika di dunia ini, dia tidak dapat menemukan kebahagiaan. Perlahan-lahan keluar air mata dari pelupuk matanya, dia tidak merasakan hal itu... Dirinya menangis dalam tidurnya, tidak ada yang tahu kalau dirinya mengeluarkan air mata kembali.
Di sisi lain Jeanne sedang berjalan menuju ke arah kamar Master-nya, setelah sampai di depan pintu kamarnya dia mengetuk pintunya dua kali... Lalu berbicara
"Master... Kau sudah bangun ?."Jeanne tidak mendengar adanya jawaban sedikitpun, membuatnya heran... Kemudian berbicara
"Master... Apa kau baik-baik saja ? Aku akan masuk, maafkan aku karena sudah masuk ke kamarmu, tanpa seizin dirimu."Setelah itu, memutar kenop pintu lalu mendorongnya... Dirinya melihat Master-nya sedang tertidur pulas, dengan tubuh dimiringkan ke kanan. Lalu menghampirinya, awalnya ingin mencoba membangunkannya. Karena sudah sore hari, namun dirinya terdiam seketika... Ketika melihat di pipinya ada bekas air mata mengalir, dan wajahnya sembab.
Jeanne melihat pujaan hatinya habis menangis, tersenyum sedih. Kemudian memberanikan diri mengusap air matanya, lalu berbicara dalam hati
"Aku akan selalu ada disisimu Master, meskipun kau belum membalas perasaanku... Aku tetap akan menunggumu, untuk membalas perasaanku."Kemudian Jeanne duduk di kursi dekat meja, sebelah kasur Master-nya. Ia sedang menunggu Master-nya bangun dari tidurnya.
Kurama melihat Servant milik Jinchūriki-nya sedang menunggu bangun dari tidurnya, hanya memberikan tatapan tajam, datar, dan dingin... Lalu berbicara dalam hati
"Benar-benar tulus perasaan gadis ini, aku kagum terhadap sifat mu itu. Bisa menunggumu dengan sabar Naruto, benar-benar mirip dengan Kushina. Mempunyai sifat keibuan, selalu memperhatikanmu, tetap berusaha memberikan perhatian kepadamu... Walaupun, kau tidak pernah membalas perasaannya. Hahahaha, ini semakin menarik... Kapan kau akan sadar gaki ? Ditambah gadis berambut kuning sepertimu, sewaktu melawan Caster juga mencintaimu tanpa sadar. Jika kau menikah bersama dengan mereka berdua, aku tidak bisa membayangkannya... Betapa mengerikannya anakmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shinobi God of Darkness
FanfictionKetika perang selesai, dirinya tidak dianggap sebagai pahlawan. Melainkan rivalnya yang dianggap sebagai pahlawan, disatu sisi... Rivalnya menatap sedih pada orang yang sudah menganggapnya sebagai saudara. Kemudian dirinya memutuskan untuk pergi dar...