[2] Intrigue: Limerence

1.8K 107 15
                                    

Hujan deras yang turun dari langit siang ini membuat kelas Hukum Diplomatik dan Konsuler Kevin dan kawan-kawan dibatalkan. Untung saja dosennya cukup perhatian dan tidak mau membebani kesepuluh mahasiswanya di tengah hujan demi mata kuliah 2 SKS. Berkaitan dengan itu, Kevin yang sudah tidak punya alasan lagi untuk berlama-lama di rumah Anna pamit untuk pulang. Lagi pula, dia membawa mobil sehingga dia tidak akan kehujanan di jalan. Sesampai di rumah, Kevin bisa memasak indomie dengan telur, berselimut di tempat tidurnya sambil menonton drama Korea. Nikmat, bukan?

"Eh, gue cabut sekarang, ya!"

Kevin yang sudah mengemasi semua barangnya ke dalam tasnya, bersiap-siap untuk pulang. Rafael yang ditinggal sendirian menggerutu. Sungguh, Kevin tidak adil mengingat dia punya mobil. Apa dayalah seorang Rafael Heryanto hanya menelusuri jalan raya dengan Yamaha R15 warisan abangnya jaman bujangan.

"Tungguin kek," gerutu Rafael.

"Ogah, mending tidur gue di rumah!" tolak Kevin.

×

"Aduh, dari tadi gak ada yang nge-take nih driver-nya."

Jasmine resah karena sudah mencoba memesan taksi online, tapi tidak ada satu pun yang mengambil pesanannya. Padahal Jasmine harus segera pulang karena ada urusan mendesak di rumah. Sebenarnya jika tidak hujan, Julian rela mengantar Jasmine pulang karena dialah yang menyarankan gadis itu mengerjakan skripsi di rumahnya. Namun, kondisinya saat ini sedang hujan, sayangnya tidak ada mobil di rumahnya yang bisa digunakan.

"Ya udah, kita coba tunggu di dalam aja dulu gimana?" ajak Julian agar mereka beranjak dari gazebo yang mulai basah karena terkena angin hujan.

"Iya...," gumam Jasmine.

Saat Julian meminta Jasmine menunggu di ruang keluarga—karena ruang tamu sudah diambil alih oleh Anna dan teman-temannya, Julian melihat Kevin bersiap-siap untuk pulang. Julian yang melihat mobil Kevin di depan dan juga teringat rumah Jasmine dan Kevin sama-sama berada di kawasan Setiabudi memiliki ide. Untuk itu, Julian segera menghampiri Kevin sebelum pria itu pergi meninggalkan rumahnya.

"Vin, tunggu, lo mau pulang?"

Kevin yang baru saja akan meninggalkan rumah Anna mendongak ketika mendengar Julian berbicara dengannya. Dia yang membenarkannya juga mengangguk, lalu bertanya mengapa Julian bertanya padanya. Tidak mungkin 'kan saudara kembar Anna mengobrol ringan dengannya tanpa alasan? Julian dan dia tidak terlalu dekat meskipun mereka sudah kenal selama 6 tahun karena suatu alasan.

"Iya, kenapa?" tanya balik Kevin.

"Rumah lo masih di Setiabudi, 'kan?"

Kevin mengangguk. "Masihlah. Kenapa emangnya?"

"Boleh gak kalo gue minta tolong?"

Kevin membatin, minta tolong apaan coba? Julian tidak pernah meminta bantuan kepadanya. Dia juga mengernyitkan alisnya sambil menatap Julian agar pria itu menjelaskan bantuan apa yang dia inginkan.

"Gini ... Jasmine mau pulang dan rumah dia juga di Setiabudi. Kalo emang lo mau pulang boleh bareng—"

"Boleh banget, boleh!"

Damn, habis kejatuhan durian runtuh di mana dirinya? Kevin tak pernah menyangka bahwa dia mendapatkan kesempatan seperti ini, bahkan dari Julian langsung. Tentu saja, Kevin sangat bersemangat untuk mengantarkan Jasmine pulang. Mau rumahnya di Bekasi pun akan Kevin antar agar bisa mengenal Marin Honda versi lokalnya.

"Oh? Beneran?" ulang Julian.

Respons Kevin yang antusias membuat Julian kaget. Berbeda dengan kedua temannya yang memperhatikan Kevin dari tadi hanya mencibir pelan karena Julian secara cuma-cuma memberikan kesempatan pada Kevin untuk mendekati Jasmine.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang