[8] Intrigue: Clandestine

701 66 20
                                    

"Vin, kita mau ngaku kalo kita, tuh ... pacaran."

Kevin yakin seratus persen bahwa indra pendengarannya masih berfungsi dengan baik sebelum mendengar pengakuan dua temannya. Di hadapannya sekarang, Anna dan Rafael mengaku padanya bahwa mereka telah resmi berpacaran. What?!

"Gimana? Gimana? Gue gak salah dengar, 'kan?" ulang Kevin.

Anna dan Rafael bertukar pandang karena mereka tahu Kevin kesulitan mencerna kata-kata mereka. Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa mereka resmi berpacaran, Rafael menggenggam tangan Anna di atas meja sehingga Kevin yang melihatnya melotot tajam.

"Kita pacaran, Vin." Aku Rafael.

"Bangsat...," umpat Kevin yang kehilangan kata-kata.

"Vin, jangan marahlah. Lo gak suka apa lihat temen lo bahagia?" sambung Anna.

"Lo berdua aja yang bahagia! Lah, gue? Selama ini ternyata obat nyamuk kalian, hah?!"


Oh ayolah! Siapa yang tidak kesal berada di posisi Kevin? Selama ini ia berpikir bahwa persahabatan 6 tahun mereka akan selalu seperti ini selamanya. Kevin mengira tidak akan ada benih cinta yang tumbuh dalam persahabatan ketiga orang ini, tapi nyatanya hari ini ia mendengar sebuah pengakuan terlarang. Bagaimana bisa di belakangnya Anna dan Rafael PDKT dan tiba-tiba saja jadian?

"Sorry, Vin...," gumam Anna.

"Wah ... Apa kata gue, gak ada yang namanya cewe cowo bisa temanan. Gak ada!" dumel Kevin.

Terbukti 'kan teori yang selama ini Kevin ilhami benar adanya? Tidak ada pria dan wanita yang mampu mempertahankan perasaan mereka dengan status pertemanan. Pasti salah satu dari mereka baper lalu yang lain terbawa suasana.

"Ya terus lo mau kita gimana, Anjir? Gue sama Anna saling suka, kok, jadi mau diapain lagi?" protes Rafael.

"Ah, gatau, gamau peduli. Pusing gue! Dahlah gue cabut!"

Kevin yang tertekan dengan kenyataan ini memilih untuk meninggalkan study center—tempat mereka bertiga duduk setelah menyelesaikan kelas siang ini.

×

"Tongkrongan kami, bukan tongkrongan pecundang, pecundang, pecundang!"

Entah sudah berapa puluh kali Jasmine mendengar temannya yang bernama Nichola sibuk menyanyikan lagu viral terbaru di Tiktok. Suara Nichola memang bagus, tapi karena liriknya sungguh annoying membuat Jasmine mumet dan lebih memilih untuk membaringkan kepalanya di atas meja. Julian yang duduk di sebelah Jasmine melakukan hal yang sama. Dia menoleh ke arah Jasmine sehingga keduanya bertukar pandang.

"Kenapa, Smine?" tanya Julian.

Deg!

Sejujurnya, Jasmine tidak tahan melihat Julian dari posisi ini. Apalagi dengan suara lembutnya Julian menanyakan kondisinya. Setiap gerak dan perkataan Julian, selalu membuat Jasmine cenat-cenut. Jika bukan karena apa yang dilihatnya kemarin, hati Jasmine mungkin akan menjerit sekarang karena merasa diistimewakan oleh Julian. Sayangnya, mengingat kemarin Julian pergi bersama perempuan lain, untuk mengangkat sudut bibirnya saja Jasmine tak mampu karena dia terbakar api cemburu.

"Gapapa," jawabnya singkat lalu membetulkan posisi duduknya kembali.

"Yakin? Lo dari tadi diam aja soalnya."

Julian kembali mengikuti gerak-gerik Jasmine. Dia mengoreksi postur duduknya, tetapi tubuhnya terus condong ke samping sehingga dia bisa melihat Jasmine dengan jelas.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang