[46] Intrigue: D-day

743 69 21
                                    

Mumpung shiftnya berakhir sore hari, Kevin memutuskan untuk menghampiri sebuah tempat terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Ada hal yang dipikirkannya sejak tadi dan dia rasa ini satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk Jasmine.

Kevin yang baru saja memarkirkan mobilnya di depan sebuah toko bunga bernama Fleur Teapot. Sebelumnya Kevin sudah pernah kemari saat membelikan bunga untuk seminar proposal Jasmine. Dengan tujuan yang sama, kali ini dia datang lagi untuk memesan sesuatu sebagai perayaan hari spesial Jasmine nantinya di tanggal 15 Maret.

"Welcome to Fleur Teapot. Ada yang bisa dibantu, Kak?"

Kevin yang melangkah masuk ke dalam toko bunga sekaligus kafe teh itu segera menghampiri seorang karyawan yang tengah berjaga. Ditatapnya pelayan berparas rupawan itu yang seketika membuat sudut bibir Kevin terangkat. Terakhir kali dia datang ke tempat ini, orang yang sama juga melayani pemesanannya. Kecantikan pegawai tersebutlah yang membuat Kevin ingin re-purchase lagi di tempat ini.

"Hai, Kak. Mau ambil orderan atau baru mau pesan?" tanyanya lagi.

Kevin yang memandang wajah cantik itu hanya tersenyum lebar tanpa memberikan jawaban dari pertanyaan barusan. Sampai akhirnya pelayan itu menegur Kevin kembali untuk menanyakan keperluannya di toko ini.

"Maaf, Kak. Kakak mau ambil orderan atau...."

Plak!

Ngucap, Kevin! batinnya. Sempat kalap mata untuk seperkian detik, Kevin menampar pipinya sendiri untuk menyadarkannya. Dia harus mulai menghilangkan kebiasaan mata keranjangnya ini bila ingin serius pada Jasmine. Tentunya perbuatan Kevin barusan mengejutkan si penjual karena tiba-tiba menyakiti dirinya sendiri di depan matanya.

"Uhm, maaf, is everything okay?" tanya pelayan itu.

"All good. Saya baru mau pesan, kok!" jawab Kevin yang langsung bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Mau pesan apa, Kak?"

"Hmmm, saya mau cari flower board buat sidang skripsi. Bisa, kan?"

"Tentu bisa, Kak. Ini katalognya!"

Pelayan itu menyerahkan album katalog agar Kevin bisa memilih jenis papan bunga yang dia cari. Sejauh mata memandang, Kevin bernafas lega ketika tahu papan bunga di tempat ini masih sesuai anggarannya. Berbeda dengan saat Jasmine seminar proposal, Kevin bisa membelikan bunga tanpa memusingkan harga. Kali ini, Keviansyah membelikan Jasmine papan bunga hasil dari paruh waktunya—yang tak seberapa itu. Meski bulan ini dia sudah mendapat uang saku lagi dari Hardi, Kevin ingin memberi Jasmine sesuatu yang merupakan hasil jerih payahnya sendiri.

"Oh, ini bisa fresh flower?" tunjuk Kevin pada gambar papan yang dihiasi bunga segar.

"Betul, Kak. Kita ada tiga pilihan, bisa kertas, bisa artifisial, bisa juga fresh flower," sahut penjual itu.

"Mau deh yang fresh flower!"

Pilihan Kevin pun jatuh pada papan bunga estetika dengan bunga segar di pinggirannya.

"Pesanannya untuk tanggal berapa, Kak? Sama sekalian bisa ditulis di sini note untuk penerimanya."

Pelayan itu memberi Kevin memo agar dia bisa menuliskan nama Jasmine dan apa yang ingin dia katakan di papan tulis. Selagi mencatat keterangannya, Kevin juga menginformasikan kepada penjual bahwa ia membutuhkan papan bunga ini untuk diantar ke rumah Jasmine pada tanggal 15 Maret.

"Untuk 15 Maret. Bisa diantar ke lokasi langsung, kan?" tanya Kevin.

"Bisa, Kak. Untuk pengiriman nanti kita bisa pakai mobil pick up."

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang