[26] Intrigue: Restless

669 63 7
                                    

Kevin stres melihat rentetan kalimat yang ia tulis sendiri di laptopnya. Matanya sejak tadi terfokuskan pada layar di hadapannya. Setelah jam makan malam tadi, Kevin mengunci diri di kamar lalu nonstop mengerjakan revisi proposalnya. Ini sudah minggu ketiga, sehingga tersisa satu minggu target Kevin untuk mendapatkan acc seminar proposal. Bu Nadine bilang Kevin harus memperbaiki sedikit latar belakangnya yang kurang relevan dengan judul skripsinya. Barulah setelah itu—kemungkinan besar—dia diperbolehkan untuk lanjut bimbingan dengan dosen pembimbing keduanya, yaitu Pak Rizky.

"Gini amat mau sempro," lirih Kevin yang sudah kehabisan akal.

Jujur, Kevin bingung bagaimana dirinya harus merubah latar belakangnya. Dia sulit mencari bahasan yang saling menyatu dengan paragraf sebelumnya. Belum lagi sumber hukum primernya, yaitu berupa buku hukum tak begitu lengkap. Berulang kali dia mencari di laman google mengenai referensi pendukung yang bisa dia gunakan, akan tetapi Kevin masih terkena writerblock yang membuat dirinya kini terkapar di atas kasur, lalu tanpa sadar ketiduran dengan laptopnya yang masih menyala.

×

Dinginnya hawa malam ini menusuk ke tulang Jasmine sehingga gadis itu yang tadinya telah tertidur lelap, terbangun karena kondisi selimutnya yang tak tentu arah. Karena tubuh Jasmine tak sepenuhnya tertutup selimut, kesadaran gadis itu pun terkumpul sehingga ia membuka mata untuk merapatkan kembali selimut ke tubuhnya. Namun, ketika Jasmine ingat sebelum tidur tadi dia lupa menuangkan makanan untuk Mickey, terpaksa Jasmine kembali menyibakkan selimutnya untuk mengisi persediaan makanan kucingnya.

"Mickey?"

Jasmine memanggil si kucing untuk mencari tahu keberadaannya. Biasanya Mickey itu peka jika dipanggil oleh Jasmine. Dan juga biasanya, jika Jasmine menuangkan makanan kering itu ke wadah makanannya, bunyi kerincingan kalung Mickey akan langsung terdengar—karena kucing itu berlari ke arahnya. Tetapi malam ini ada yang berbeda. Tidak ada tanda-tanda Mickey menghampirinya sehingga Jasmine dengan kondisi aram temaram, melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mencari tahu keberadaan kucingnya.

"Mickey? Tidur di mana, sih?"

Setelah berada di dapur, saat Jasmine sedang menundukkan tubuhnya untuk mencari Mickey, dia dikejutkan dengan pemandangan yang tak mengenakan. Wanita muda itu menjerit histeris saat dilihatnya sang kucing tergeletak di bawah meja makan dengan kondisi terkapar. Di mulut Mickey, keluar banyak air liur serta deru nafas kucing malang itu begitu cepat dan tak beraturan.

"Mickey! Kamu kenapa, Sayang?" isak Jasmine.

Jasmine Kamila yang panik segera menyingkirkan bangku yang menghalanginya untuk menggapai Micky. Setelah itu barulah Jasmine bisa membawa Mickey ke dalam pelukannya, meski air mata Jasmine tak dapat bisa berhenti mengalir karena kondisi kucingnya yang mengenaskan.

"Ayah lagi gak di rumah lagi. Gimana dong?" lirih Jasmine.

Seperti biasa, malam ini Bram Prasetyo sedang melakukan dinas malam. Hujan sendiri di rumah dengan kondisi kucingnya yang memilukan membuat Jasmine kehilangan akal jernihnya. Dia tak tahu harus melakukan apa. Dipeluknya erat Mickey yang malang sambil mencari jalan keluar untuk permasalahan ini. Sembari memikirkan bagaimana caranya membawa Mickey ke klinik hewan di kala kondisi hujan ini, sebuah nama tiba-tiba saja muncul di benak Jasmine.

"Kevin ...," lirih Jasmine.

Hanya satu nama itu yang ada dipikiran Jasmine saat ini. Jasmine lantas berdiri dari tempat dia bermuram durja, lalu berlari masuk ke kamarnya untuk menghubungi Keviansyah Elvano Putra.

×

Drrtttt..

"Jasmine is calling!"

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang