[9] Intrigue: Mutualism Symbiosis

1.1K 63 24
                                    

Netra Kevin yang memandang objek indah dari jarak yang sangat dekat membuat sudut bibir pria itu terus terangkat. Padahal sebelum bertemu Jasmine, mood Kevin sangat buruk akibat pengakuan kedua temannya yang berpacaran. Ah, sekarang Kevin lagi meredam amarahnya tadi untuk fokus pada Jasmine dan membantu gadis itu mengerjakan pekerjaannya.

"Mata lo bisa lihat ke depan ga?"

Jasmine yang sedari tadi fokus mengeluarkan barang-barang dari dalam tas—untuk mulai mengerjakan tugas—menyadari bahwa Kevin memandang lekat kepadanya. Jujur, Jasmine risih karena dipandang berlebihan seperti itu. Tidak ada yang pernah 'terobsesi' dengannya sampai tidak berkedip sama sekali setiap kali melihatnya. Baru Kevin-lah yang begini. Sebenarnya ini orang kenapa, sih, batin Jasmine.

"Kalo ngadep ke depan, gak ada cewe secantik lo. Lo cantik banget dah, Jas. Dikasih makan apa, sih?!"

Anak rambut Jasmine berkibar saat gadis itu menghembuskan nafas akibat gombalan Kevin barusan. Sabar! Jasmine hanya bisa sabar menghadapi Keviansyah Elvano Putra. Jika bukan karena tugas, Jasmine enggan berurusan dengan Kevin. Siapa lagi coba yang bisa membantunya jika bukan laki-laki ini? Pengetahuan Jasmine di mata kuliah ini sangat cetek sehingga dia tak yakin bisa menyelesaikan makalah minimal 25 halaman tanpa bantuan orang lain.

"Makan ginjal orang. Mau lo gue makan hidup-hidup?!" cerocos Jasmine untuk menakut-nakuti pria itu.

Gertakan Jasmine barusan tak diindahkan oleh Kevin. Malahan laki-laki itu tertawa geli dan mengikuti permainan Jasmine.

"Kalo makannya ginjal, minumnya apa dong bisa cantik gini?" kekeh Kevin.

"Darah!" Jasmine menjawab dengan ketus.

"Oh, kalo gitu gak usah pesan kopi deh kita. Lo minum darah gue aja. Nih, gue siap!"

"Sudah gila!" Jasmine membatin.

Baru saja Jasmine menengok ke samping untuk mencemooh jawaban Kevin, ia lebih dikejutkan dengan hal lain yang dilakukan pria itu. Kevin secara terbuka menonjolkan ceruk lehernya yang membuatnya kehabisan kata-kata. Apalagi saat sesuatu yang ekslusif pada laki-laki di leher itu menarik perhatian Jasmine yang membuat gadis itu segera memalingkan pandangannya.

"Lo...."

Tak habis pikir dengan aksi Kevin, Jasmine yang tadinya sudah membuka layar laptopnya kembali menutup laptop untuk berkemas. Dia merasa pilihannya datang kepada Kevin adalah kesalahan besar karena laki-laki di sebelahnya ini betul-betul gila, bahkan melebihi kegilaan Nichola!

"Stres ya lo. Pulang aja gue!" gerutu Jasmine.

"E-eh, becanda gue! Jangan dimasukin hati, dong...."

Kevin yang panik menahan gadis itu agar tidak beranjak dari tempatnya. Ia memilih untuk memperbaiki perangainya daripada kehilangan kesempatan untuk bersama gadis itu lebih lama.

"Sebelum nugas, lo mau pesan apa? Biar gue yang pesenin," tanya Kevin yang berniat untuk memesankan minuman dan makanan sebagai pendamping nugas.

"Punya duit gak lo? Nanti malu-maluin gue lagi." Jasmine bertanya sambil memicingkan matanya.

"Astaga, gue gak miskin, Jas! Mau apa lo? Gue jabanin!"

Well... Jasmine tahu bahwa Kevin itu tidak miskin karena dia seorang old money. Tapi mana tahu saja 'kan Kevin tak pernah dikasih uang jajan oleh mamanya karena tidak becus disuruh kerja?

"Spaghetti aglio olio sama matcha latte deh," jawab Jasmine memberitahukan pesanannya.

Setelah mencatat pesanan Jasmine di kepalanya, Kevin bangkit dari sofa untuk menuju kasir.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang