[41] Intrigue: Cause and the Effect pt. 1

606 53 14
                                    

"Senyummu mana, Kevin? Kamu mau buat pelanggan kabur semua?"

Sejak mulai shift, Keviansyah terus menekuk wajahnya yang membuat Mas Bagus tak sungkan menegur perilaku pegawai paruh waktu tersebut. Tentu saja kesuraman Kevin menyalahi SOP yang ada karena dia harus menjalani 5S: senyum, salam, sapa, sopan, santun.

"Maaf Mas," sesal Kevin.

Memang sejak tadi Kevin tidak bisa tersenyum. Alasannya? Itu karena dia masih dalam suasana hati yang kelabu akibat pertikaiannya dengan Jasmine beberapa saat yang lalu. Peristiwa itu terjadi beberapa hari lalu, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda Kevin dan Jasmine berdamai. Kevin masih menunggu Jasmine meminta maaf terlebih dahulu kepadanya dan nyatanya tak ada satu pun pesan masuk dari perempuan itu. Hal itulah yang membuat Kevin kesal karena sepertinya Jasmine benar-benar mengibarkan bendera perang kepadanya.

"Hm, Mas ... malahan banyak yang nanyain nomor dia karena dia jutek gitu," celetuk Angga sambil mengelap gelas.

Omongan Angga barusan membuat Mas Bagus mengalihkan perhatiannya pada barista itu. Ia bertanya melalui kode mimik dan Angga mengangguk antusias. Kevin sendiri tidak memedulikan obrolan dua orang tersebut dan lebih memilih untuk pergi ke belakang membuang tumpukan sampah yang ada di belakang konter.

×

Keviansyah kembali ke konter dan langsung menghela nafas panjang. Untung saja Bagus sudah kembali ke ruang kerjanya sehingga kelakuannya barusan tidak diciduk oleh manajer mereka. Bingung dengan apa yang terjadi pada Kevin, Angga menggeser posisinya mendekati pria itu dan bertanya.

"Lu ngapa sih?" heran Angga Vernando.

Kevin yang tak mau menjawab hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Mana tuh cewe lu? Biasanya skripsian di sini," celetuk si barista lagi.

Sorot mata Kevin jatuh pada Angga yang menanyakan keberadaan Jasmine. Dia malas membicarakan Jasmine, tetapi teman sekaligus rekannya tidak menyadari bahwa wanita itulah penyebab ia uring-uringan.

"Gak peka ya lo?!" omel Kevin.

Angga mengerjapkan matanya. Awalnya dia tidak mengerti kenapa Kevin bermuram duja, tapi kini pria berdarah sunda itu tersenyum lebar. Ia mulai paham kenapa Kevin se-bete ini. Biasanya Kevin ditemani Jasmine—yang sibuk skripsian di saat Kevin sedang bekerja. Namun beberapa hari belakangan, Kevin hanya sendirian dan juga terlihat galau.

"Haha, ngapa? Lu nembak dia, terus ditolak? Yes!!! Kalo gitu gue punya kesempatan kan buat deketin si Jasmine?" kekeh Angga.

Bogem mentah dihadiahkan Kevin ke bahu Angga yang berniat untuk menikungnya. Meski ucapan itu hanya gurauan, tapi situasinya sangat tidak tepat. Kevin sedang tidak mood diajak bercanda—apalagi topiknya menyangkut perihal Jasmine.

"Sakit, Jingan!" umpat Angga sembari mengusap bahunya yang digebuk Kevin.

Kevin memutar bola matanya kesal, "Udah tau gue lagi badmood, makin lo pancing. Sialan!" balas pria itu.

"Duh, canda gue, Vin. Ada masalah apa lu sama Jasmine?"

Kali ini Angga mencoba berempati kepada teman baiknya. Selagi tidak ada pelanggan, mereka mencuri waktu untuk bergibah. Sebenarnya Kevin enggan menceritakan masalah ini kepada orang lain. Namun lama kelamaan, dia mumet menahan kedongkolannya sendiri.

"Jadi kemarin tuh ya, Jasmine tuh salah paham gara-gara lihat gue berduaan sama Sonia," ucap Keviansyah mengungkit awal mula kejadian itu.

Angga mengangkat alisnya, "Sonia siapa, Njir?"

"Sonia Adeline, anak FEB. Masa lo gatau?" balas Kevin.

"Wait, wait, wait. Lu bilang berduaan dengan Sonia? Sonia Adeline pula?! Sonia yang famous itu, kan?!"

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang