[38] Intrigue: Concupiscent

605 59 12
                                    

Tak ada kata berhenti bagi Jasmine yang bertekad bisa mendapatkan acc dari pembimbingnya. Ia terus mengerjakan revisi demi bisa mendaftar sidang. Sama halnya siang hari ini, ditemani pocky matcha pemberian Kevin, Jasmine sedang mengedit penelitiannya. Sore ini dia ada janji untuk bimbingan dengan dosennya. Maka dari itu, Jasmine mengecek kembali isi skripsinya karena takutnya ada typo atau pun kendala lainnya. Setelah sampai ke tahap percetakan, sesuatu terjadi yang menghambatnya mencetak skripsi itu.

"Kok gak keluar warnanya, sih?"

Jasmine merutuk karena printer-nya tidak bisa diajak kompromi. Padahal baru kemarin dia mengisi tintanya, tapi alat pencetaknya tak mengeluarkan warna. Jasmine yang kurang paham urusan beginian hanya bisa menghela nafas. Sepertinya malam nanti dia harus meminta tolong ayahnya memperbaiki printer-nya. Sekarang yang bisa dipikirkan Jasmine hanya satu. Dia mau menghubungi Kevin untuk numpang print skripsinya di rumah pria itu.

"Halo, Bi?"

Tak butuh waktu lama, panggilan Jasmine diterima oleh Keviansyah. Terdengar suara riang pemuda itu dari seberang sana menyambut teleponnya.

"Halo, Princess. What's up?"

"Lo di rumah?"

Tanpa basa-basi, Jasmine menanyakan di mana keberadaan Kevin. Kalau Kevin ada di rumah, dia akan segera ke sana dengan flashdisk-nya.

"Iya, dong. Kenapa? Makan Mickey habis, ya?"

"Bukan. Gue mau numpang nge-print di rumah lo. Printer gue eror nih, gue mau nge-print skripsi buat bimbingan sore nanti."

"Oh, ayo ke sini aja! Mau gue jemput?"

Jasmine memutar bola matanya kesal. Untuk apa dia dijemput Kevin kalau pria itu juga jalan kaki ke rumahnya? Lagi pula jarak rumah mereka tak sampai 100 meter.

"Apaan dah? Dekat juga. Gue ke sana sekarang ... eh, bawa HVS sendiri gak?"

"Ya ampun, kertas HVS satu rim juga ada buat lo di sini, Jas. Udah bawa badan aja ke sini. Gue tunggu ya, Princess. See you!"

"Oke, see you."

Setelah panggilan itu berakhir, Jasmine segera menarik kardigannya yang tergantung di balik pintu dan bergegas mengunjungi rumah Keviansyah.

×

Jasmine melangkah masuk ke dalam rumah Kevin setelah disambut oleh anak si pemilik rumah. Pandangan Jasmine beredar ke seluruh penjuru ruangan karena rumah Kevin tanpa sepi. Dia yang penasaran di mana Vera pun bertanya kepada Keviansyah.

"Tante Vera mana, Vin?" tanya Jasmine.

"Mami lagi arisan," jawab Kevin sambil menutup rapat pintu rumahnya.

"Oh, kalo Kak Hardi?" tanya Jasmine kembali.

"Gak ngurus!"

Jawaban singkat Kevin membuat Jasmine mendengus kesal. Sampai saat ini Kevin masih keras kepala dan memusuhi Hardi. Sudah sebulan lebih sejak kejadian itu. Ini adalah bulan kedua Kevin tidak mendapatkan uang bulanan karena keangkuhannya yang tidak mau minta maaf.

"Gak boleh marahan terus, Vin." Jasmine menegur pria itu.

"Dih, biarin. Bang Hardi yang ngajak ribut duluan," omel Keviansyah.

Malas menanggapi celotehan Kevin yang tak akan pernah mau mengakui kesalahannya, Jasmine memilih untuk mengalah.

"Iya deh, iya, serah lo!"

×

Untuk pertama kalinya Keviansyah Elvano Putra membawa Jasmine ke dalam kamarnya. Sebelum Jasmine datang, Kevin sudah menghidupkan komputer dan printer-nya. Ia pun mengajak Jasmine menghampiri meja komputernya serta membantu Jasmine mencolokkan flashdisk miliknya ke CPU.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang