[49] Intrigue: Eventually

708 61 12
                                    

"Bimbingan lagi, Vin?"

Belakangan ini Keviansyah Elvano Putra tak pernah absen menginjakkan kaki ke kampus demi mengejar targetnya. Entah itu untuk bimbingan dengan Bu Nadine atau Pak Rizky, mencari referensi di perpustakaan kampus, atau mencari celah untuk konsultasi dengan dosen pengujinya kelak. Semua itu Kevin lakukan sampai-sampai dosen yang berkumpul di ruangan bosan melihat wujud Kevin terus menerus.

"Di kelas saya sering bolos, tapi sekarang rajin bimbingan. Salut saya sama kamu, Keviansyah."

Kevin menunjukkan deretan gigi putihnya pada Pak Edward. Entah beliau baru saja memuji atau menyindirnya, yang jelas Kevin harus bersikap ramah kepada penguji utamanya. Tak pelak sebenarnya yang Pak Edward bilang itu kenyataan. Dahulu di mata kuliah yang dosen pengampunya beliau, Kevin sering bolos demi Jasmine. Good old days!

"Iya dong, Pak. Pantang pulang sebelum acc!" seru Kevin.

"Gak mau di-acc aja Bu Nadine?" tanya Pak Edward kepada rekannya.

"Lihat dulu Pak. Dari kemarin disuruh benerin tapi gak bener-bener," jawab Bu Nadine.

Keviansyah mencebikkan bibir mendengar ucapan Bu Nadine yang pesimis kepadanya. Dia sebal, tapi berusaha menahannya demi kelancaran bimbingannya.

"Kali ini benar, Bu. Saya jamin!"

Lantas, Keviansyah membuka lembar skripsi yang sudah dia koreksi atas saran dari Bu Nadine. Bu Nadine mulai mengoreksi skripsi mahasiswa tersebut. Matanya bergerak mengikuti rentetan kalimat yang diketik Kevin. Sejauh ini tidak ada coretan pena yang beliau berikan pada kertas Kevin. Kepalanya bahkan mengangguk-angguk karena dirasa cukup dan Kevin telah memahami maksud masukannya selama ini.

"Nah ini kan bener, Vin. Kalo kemarin kamu ngawur," ucap Bu Nadine.

Tangan Kevin yang berkeringat dingin di bawah meja sejak tadi ia kepal erat-erat. Ucapan Bu Nadine barusan seakan-akan memberikannya sinyal bahwa dia bisa saja mendapat lampu hijau untuk sidang. Dua jadwal bimbingan terakhir, permasalahan Kevin hanya seputar di halaman itu saja. Jika Bu Nadine sudah menyebut itu benar, apakah dia akan mendapatkan acc?!

"Jadi, Bu ... aman, kan?" tanya Kevin gugup.

"Lanjutkan ke Pak Rizky lagi. Nanti kalo Pak Rizky sudah oke, baru saya tandatangani juga surat persetujuannya."

Deg!

Jantung Kevin seakan berhenti berdetak sesaat. Ia tak bisa berkata-kata karena langkahnya untuk sidang kian dekat.

"Be-berarti sa-saya bentar lagi bisa sidang, Bu?" tanya Kevin tak percaya.

"Ya tergantung Pak Rizky."

Sebulir air mata jatuh dari pelupuk mata Kevin. Tak bermaksud dramatis, ia hanya terharu pada perjuangannya yang sudah sampai ditahap ini. Lalu mata Kevin pun bergerak mencari seorang target di dalam ruangan ini. Dosen pembimbing keduanya yaitu Pak Rizky tengah duduk di mejanya—mengoreksi lembar ujian tengah semester para mahasiswanya.

"Pak Rizky!" seru Kevin.

"Apa, Vin?" sahut Pak Rizky.

"Kapan bisa bimbingan, Pak?" tanya Kevin menggebu-gebu.

"Sore aja ke rumah saya. Sekarang saya sibuk ngoreksi ujian," jawab dosen muda itu.

"Okay! Siap, Pak!"

×

"Princess, guess what?!"

Baru saja masuk ke dalam mobil, kening Jasmine berkerut karena Kevin yang tiba-tiba menyuruhnya bermain tebak-tebakan. Sambil memasang seatbelt ke tubuhnya, Jasmine menggelengkan kepala dan menunggu klarifikasi Kevin atas pertanyaannya.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang