[1] Intrigue: Infatuation

4K 148 19
                                    

"Pengen punya pacar, deh!"

"Kesambet genderuwo di pohon mana lu?!"

Untuk pertama kalinya dalam 3 tahun, Keviansyah Elvano Putra mengatakan omong kosong kepada kedua temannya. Hal ini berdasarkan fakta bahwa jari-jarinya sibuk menggulir Instagram dan menemukan postingan dari kenalannya yang memamerkan kemesraan dengan sang kekasih. Sebenarnya banyak sekali unggahan couple goals yang seliweran di Instagram milik pria yang akrab disapa Kevin ini. Namun, postingan dari seorang senior yang baru saja menyelesaikan ujian skripsi—ditemani kekasihnya—membuat Kevin mendadak iri. Pasti menyenangkan punya support system saat sibuk menyusun penelitian hukum, pikirnya.

"Lihat, nih, Bang Jay baru selesai sidang, ada gandengannya!" ucap Kevin menunjukkan foto kakak tingkat yang bernama Jay kepada teman-temannya.

Kedua orang itu melihat unggahan yang disuguhkan oleh Kevin. Selang beberapa detik, tatapan mereka kembali ke Kevin karena masih belum mengerti apa korelasi antara keinginan Kevin untuk punya pacar dengan unggahan seniornya.

"Ya, terus? Kalo Bang Jay punya pacar kenapa?" tanya Rafael, sohib kental Kevin sejak SMA.

Begitu juga dengan Anna, teman Kevin yang lain juga bingung kenapa Kevin tiba-tiba mau pacaran. "Kak Jay 'kan emang udah jadian sama Kak Prilly dari mereka semester bawah. Terus kenapa kalo dia punya gandengan? Baguslah kalo cewenya gak ninggalin dia, pasti Kak Jay disemangati terus sama ayangnya," cerocos gadis berambut pendek itu.

"Nah itu dia maksud gue! Gue juga mau punya support system woy," balas Kevin.

"Halah support system taik kucing. Judul lo aja belum di-acc Bu Nadine." Rafael memaki mahasiswa semester 7 yang baru memulai struggle-nya dunia perskripsian itu.

"Justru itu, Raf! Gue pusing udah 12 judul gue ditolak, makanya gue butuh support system. Tau ah!"

Memang benar Kevin sudah empat kali bolak-balik ke ketua bagian untuk mengajukan judul penelitian hukumnya, tapi semuanya ditolak mentah-mentah oleh dosennya. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari judul yang terlalu mainstream, topik yang coba diangkat Kevin terlalu sensitif, atau mahasiswa hukum dengan program kekhususan hukum internasional itu tidak begitu paham bagaimana memisahkan pembahasan hukum internasional dari konflik hukum nasional. Intinya, apa pun yang ada di pikiran Kevin tidak dianggap benar oleh dosennya, sehingga Kevin saat ini frustrasi padahal ini baru tahap awal kesengsaraan mahasiswa tingkat akhir.

"Dibilangin pake judul gue aja tapi lo gamau," dumel Anna.

Anna bersedia mendonasikan outline skripsinya kepada Kevin karena semua judul yang diajukan Anna telah disetujui oleh Ibu Nadine. Anna yang memilih salah satu isu hukum yang ada, masih memiliki dua judul bagus yang bisa diteliti orang. Dia tidak pernah menjawab ketika teman-temannya yang lain bertanya, tetapi Anna bersedia memberikannya secara cuma-cuma kepada Kevin. Hanya saja Kevin sendirilah yang menentang kemurahan hatinya.

"Gak mau, ah. Males gue bahas tentang hukum laut internasional. Pusing, pusing!" tolak Kevin.

"Vin, Vin, asal acc aja lah," sambung Rafael.

"Ogah, nanti gue kaya lo lagi. Judul udah acc sama Bu Nadine tapi waktu bimbingan sama Pak Danny kicep karena gak paham judul sendiri. Belum buat proposal 'kan lo?" sindir Kevin.

Rafael berdecak lidah saat mendengar sarkasme Kevin. Ya, Kevin tidak salah, sih. Rafael mendapat inspirasi judul skripsinya dari seorang senior, tetapi dia sendiri tidak memahami pembahasan skripsinya tentang hukum udara dan ruang angkasa. Judul Rafael berbicara tentang pertanggungjawaban atas puing-puing ruang angkasa yang jatuh di sebuah negara. Rafael saja baru mengetahui bahwa dari luar benda-benda tersebut dapat turun kembali ke bumi lagi, ia mengira akan selamanya melayang di angkasa karena tidak ada gravitasi. Karena minimnya ilmu dia pada penelitian ini, penelitian Rafael mandek sehingga ia belum mengerjakan proposal skripsinya. Jatuhnya sih, Kevin dan Rafael berada di garis start yang sama.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang