"Julian kenapa gak masuk, ya?"
Di kelas Hukum Ekonomi Internasional, Nichola berbisik kepada Jasmine mengapa Julian tidak datang ke kelas hari ini. Tentunya Jasmine juga tidak tahu alasannya karena dia dan Julian tidak berbicara satu sama lain. Jika mereka tidak berdebat kemarin, Jasmine mungkin akan berkirim pesan ke Julian. Sayangnya karena enggan menghubungi Julian terlebih dahulu, Jasmine memilih tidak peduli dan tak mau repot dengan alasan Julian Adnan Hernandez absen hari ini.
×
Sepulang kuliah, Jasmine yang biasa naik ojek atau taksi online menunggu sopir pesanannya datang menjemput di meeting point. Sambil menunggu di pinggir jalan di depan gedung fakultasnya, Jasmine yang sedang memperhatikan jalan melihat kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang. Pandangannya tak luput dari sebuah Civic putih yang familiar baru saja melewatinya. Itu mobil Kevin. Jasmine yakin sekali. Namun melihat Kevin lewat begitu saja, Jasmine mendadak mangkel. Apa Kevin tidak melihatnya atau dia berpura-pura tidak melihatnya dan melupakan kejadian semalam?
"Anjir, awas saja lo, Vin!" Jasmine menggerutu, merasa bahwa dia habis manis sepah dibuang oleh Kevin.
×
"Mi, Mami kenal Jasmine?"
Saat menemani maminya berbelanja dan menjadi asisten pribadi yang membawakan barang belanjaan, Kevin yang penasaran dengan seberapa baik Vera mengenal Jasmine, bertanya terus terang. Pertanyaan Kevin mengundang tanya dari Vera yang sedang memandang tas mahal incarannya di etalase. Kenapa anak bungsunya bertanya soal Jasmine, gadis manis yang dia kenal sebagai anak komplek sebelah, batinnya.
"Jasmine yang cantik itu, ya? Yang seumuran sama anak kesayangan Mami?" tanya balik Vera.
Kevin mengangguk cepat karena tebakan maminya tepat sasaran. Siapa lagi yang dia maksud jika bukan Jasmine cantik yang seusia dengannya?
"Yes! Mami kenal?"
"Kenal, dong. Kamu sendiri kenal sama Jasmine dari mana?" tanya Vera.
"Hm, dari teman?" gumam Kevin karena bingung bagaimana menceritakan sejarah pertemuannya dengan Jasmine. "Menurut Mami, Jasmine orangnya gimana? Jasmine mirip Marin gak, sih, Mi?"
Vera menyeringai saat menyadari kenapa Kevin menanyakan itu. Dia melingkarkan lengannya di leher Kevin dan bertanya mengapa putranya mengangkat topik tentang perempuan. Kevin belum pernah membicarakan wanita dengannya sebelumnya, ini pertama kali dalam 20 tahun membesarkan putra bungsunya.
"Hayo, apa maksud kamu nanya-nanya ini ke Mami?" kekeh Vera, "eh, kalo dipikir-pikir iya ya! Dia mirip sama si Honda!"
Tak heran setiap kali melihat Jasmine, Vera merasa familiar. Ternyata Jasmine mirip dengan atlet yang posternya Kevin pajang di kamarnya. Poster yang sangat ingin Vera ganti dengan wajahnya karena si anak lebih memilih memajang poster atlet daripada foto keluarga di kamarnya.
"Hehehe, Kevin naksir sama Jasmine, Mi, soalnya mirip sama Marin-chan. Direstui ga, nih?" cengir Kevin.
"Mami mau punya mantu kaya Jasmine, kok. Tapi Jasmine kayanya gamau punya suami kaya kamu."
Bibir Kevin mengerucut karena maminya berpikiran negatif tentang dirinya. Apa yang kurang dalam dirinya sehingga maminya sendiri tidak yakin bahwa anak bungsunya dapat memenangkan hati gadis impiannya?
"Mami ... Kevin kurang apa coba?" cibir Kevin.
"Haha, kurang dewasa kamu tuh. Gak cocok sama Jasmine," kekeh Vera.
"Kita cocok, kok!" gigih Kevin.
"Masa? Jasmine tuh dah terbiasa hidup sendirian karena gak ada Mamanya lagi. Papanya juga 'kan sering dinas jadi dia sendirian di rumah. Belum lagi dia ngurus kucingnya. Lah, kamu? Dibangunin aja susah minta ampun," cerocos Vera.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRIGUE
ChickLitGara-gara postingan Instagram seniornya yang menunjukkan kemesraan usai sidang skripsi, Keviansyah Elvano Putra atau akrab disapa Kevin mendadak iri. Sebagai mahasiswa semester 7 yang baru memulai perjuangan skripsinya, Kevin berpikir haruskah dia m...