[21] Intrigue: Faith

709 61 22
                                    

Setelah keputusan bersama yang mereka buat untuk memulai friend with benefits, Kevin dan Jasmine memutuskan untuk pulang. Kevin dengan penuh tanggung jawab membantu Jasmine masuk ke mobilnya—baru setelah itu dia menyusul. Kevin segera menyalakan mesin mobilnya setelah masuk dan memastikan AC di setel pada suhu yang diinginkannya. Tak lupa untuk menciptakan suasana nyaman, Kevin menyalakan playlist favoritnya.

"Jas?"

Jasmine yang tadinya menatap kosong ke depan, menoleh ke arah Kevin saat pria itu menyebut namanya. Jasmine masih linglung akibat keputusannya menerima Kevin sebagai partner FWB-nya. Dia membuat keputusan dengan kesadaran penuh, tapi rasanya seperti terkena gendam.

"Hm?" gumam gadis itu.

Jasmine menoleh ke samping dan matanya langsung menyala saat melihat kevin bergerak ke arahnya. Secara spontan ia melangkah mundur dan menutup mulut. Ini terlalu mendadak, dia belum siap berciuman lagi dengan Kevin!

"Lo mau nyosor?!" oceh Jasmine yang tak terima jika Kevin bertindak senonoh.

"Apa, sih? Suuzon lo!"

Tidak. Kevin tidak mau sembarangan mencium orang. Kevin menyerempet Jasmine untuk suatu alasan. Kevin ingin menyetir civicnya segera mungkin, jadi dia ingin memasang sabuk pengaman Jasmine—yang masih longgar.

"Seatbelt-nya, Princess."

Wajah Jasmine merah padam karena salah menilai. Dia menunjukkan Kevin seluruh wajahnya setelah melepaskan tangan yang menutupi bibirnya. Melihat wajah cantik Jasmine lagi dari jarak yang cukup dekat, Kevin pun mengulum senyum lalu bertanya kepadanya,"May I? Kayanya lo ngarep deh."

Sudah dia duga, batin Jasmine. Lantas, Jasmine Kamila menampar pelan pipi Kevin dan mendorong si hidung belang itu menjauh darinya.

"Gak ada. Jangan mentang-mentang gue mau jadi FWB lo, lo kira bisa cium sana sini seenak jidat lo, ya. Kita harus buat rules!" tegur Jasmine.

"Dih? Masa pake rules? Gak asik lo!" cibir Kevin.

"Orang nikah aja bisa pake perjanjian pra-nikah. Masa anak hukum gak ngerti begituan, sih?" sindir Jasmine.

Kevin menarik napas dalam-dalam sambil menyandarkan punggungnya pada jok mobil. Bisa-bisanya Jasmine Kamila membandingkan hubungan mereka dengan perkawinan. Mau sih dia kawin dengan Jasmine, tapi sekarang kan mereka cuma FWB-an.

"Ya udah, apa rulesnya?" tanyanya pasrah.

"Rulesnya ...."

×

Pertama, Jasmine ingin ciuman itu dilakukan atas dasar kesepakatan bersama. Dia tidak ingin ada insiden pemaksaan. Jika salah satu pihak menolak, maka ciuman tidak boleh dilakukan.

"Oke, setuju. Lanjut?"

Kevin yang sepakat dengan poin itu meminta Jasmine untuk menyebutkan peraturan kedua. Dia siap mendengarnya.

"Please, gak usah nyium gue kalo lo habis ngerokok, makan yang aneh-aneh, apalagi mabok! Jijik tau gak," lanjut Jasmine.

Mendengar itu, Kevin pun tertawa geli. Kalau unwritten rules itu juga Kevin juga paham dan sadar diri. Lagi pula Kevin bukan seorang perokok.

"Gue gak nyebat, Jas. Kalo makan, ya gue juga lihat sikon lah. Ya kali gue habis makan jengkol nyium lo?" gurau Kevin.

"Ya bisa aja kan?" balasnya skeptis. "Bagus kalo lo gak ngerokok, tapi minum? Sering mabora kan pasti lo?" tuding gadis itu.

Kevin yang tak pernah pesta pora seperti itu menolak tuduhan Jasmine. "Dih, fitnah. Sesekali kalo diajak aja, kalo keseringan bisa mampus gue!"

Itu sebuah jawaban jujur dari Kevin. Dia tidak mengelak kalau dia pernah mabuk rame-rame bersama teman-temannya. Namun, itu dilakukan Kevin di hari-hari tertentu, seperti ketika temannya ada yang ulang tahun atau dia lagi ada kesempatan bisa pulang dengan keadaan mabuk—bila mami dan abangnya tak ada di rumah.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang