"Jasmine, jangan lari-lari, dong!"
Kevin berusaha mengejar Jasmine yang telah berlalu lebih dulu keluar dari gedung FISIP. Dia punya firasat bahwa dirinya tak boleh meninggalkan gadis itu sendiri. Tidak mungkin Jasmine berlari menuruni anak tangga secepat itu bila sesuatu tak terjadi pada dirinya. Kevin tebak, sesuatu terjadi di antaranya dan Julian. Entah apa itu, Kevin harus mencari tahu supaya dia bisa mencari celah untuk memanfaatkan situasi ini.
Lain halnya dengan Jasmine. Ia mendengar jelas seruan Kevin yang menyuruhnya untuk berhenti, tapi Jasmine Kamila tak ingin menghentikan langkahnya. Dia tidak ada waktu untu meladeni Kevin. Perasaan Jasmine saat ini sangat kacau karena dia baru saja merelakan satu-satunya kesempatan untuknya bisa bersama Julian. Kendati harapan yang ia gantung sebenarnya belum tentu menjadi kenyataan, tapi kini Jasmine benar-benar tak memilikinya lagi.
Karena pikirannya yang kalut, saat Jasmine turun tangga beberapa langkah, dia yang terburu-buru terjungkal—menyebabkan gadis itu terjatuh ke tanah. Beberapa pasang mata memperhatikan Jasmine, termasuk Kevin yang syok melihat Jasmine terjatuh di hadapannya."Jasmine!" Kevin spontan berteriak. "Lo, sih, udah kaya Cinderella aja pake lari-larian segala sampe copot nih sepatu. Lo 'kan Princess Jasmine, bukan si Ella!"
Kepanikan Kevin dengan sigap membuatnya menghampiri Jasmine yang kini meringis—karena jatuhnya dia menyebabkan ligamen di pergelangan kakinya meregang. Tak lupa Kevin memungut sepatu Jasmine dan kemudian berjongkok untuk menolong gadis itu. Kendati gadis itu mengalami situasi yang serius, Kevin masih sempat-sempatnya berbicara omong kosong yang membuatnya Jasmine melotot tak percaya.
"Di saat kaya gini lo masih sempat bercanda, Vin?" hardik Jasmine.
Jasmine kesal setengah mati mendengar ucapan Kevin. Beruntung nyeri di pergelangan kakinya mengalihkan kemarahan Jasmine pada pria itu. Jasmine kini menggigit bibir bawahnya karena perih menahan sakit karena sepertinya kakinya benar-benar terkelis.
"Itu bukan becanda, Jas. Itu pick-up line, lo ga tau?" balas Kevin yang masih tak menyadari kekesalahan Jasmine padanya.
"Pick-up line apaan. Ngaco lo!" cibir Jasmine.
"Bukan, ya?" Kevin bergumam kemudian sepersekian detik kembali buka suara. "Jadi gimana, Jas, rasanya jatuh? Did it hurt when you fell from heaven?"
"What the fu ... Vin!!!"
Jeritan Jasmine menyebabkan orang yang tadinya berusaha tak peduli—dengan kemalangannya—menatap ke arahnya dan Keviansyah. Siapa sangka kalau Kevin akan mengucapkan gombalan basi itu di saat yang tak tepat yang membuat darah tingginya kambuh?!
"Jangan marah-marah, dong—"
"Vin, I don't give a shit sama pick-up line lo atau apa dah itu namanya. Tapi kaki gue beneran sakit, Bangsat! Lo tuh peka gak, sih?!"
"Oh?"
Kemarahan Jasmine barusan menyadarkan Kevin bahwa Jasmine saat ini sedang terluka. Ia lantas menyentuh pergelangan kaki Jasmine yang memerah dan dapat merasakan bahwa kulit gadis itu terasa sangat panas.
"Aduh, kasihan banget Princess gue. Ini sepatunya dipake dulu, nanti gue bantuin jalan."
Kevin yang tadinya sudah memungut flat shoes Jasmine memasangkan alas teplek itu ke telapak kaki Jasmine. Setelah itu barulah Kevin mencoba membantu Jasmine berdiri dan memapah gadis itu agar mereka segera pergi dari gedung ini.
×
Berhubung hari ini hanya ada satu mata kuliah dan perkuliahan itu telah dibatalkan, Kevin pun bisa pergi dari kampus tanpa perlu khawatir membuang jatah absennya. Kini di dalam mobil untuk mengantarkan Jasmine pulang, Kevin bertanya apakah di rumah gadis itu ada obat untuk menyembuhkan lukanya. Takutnya jika dia membiarkan Jasmine begitu saja, cideranya akan semakin parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRIGUE
ChickLitGara-gara postingan Instagram seniornya yang menunjukkan kemesraan usai sidang skripsi, Keviansyah Elvano Putra atau akrab disapa Kevin mendadak iri. Sebagai mahasiswa semester 7 yang baru memulai perjuangan skripsinya, Kevin berpikir haruskah dia m...