[7] Intrigue: Shaken Up

864 62 12
                                    

"Mickey, kamu mau snack, ya? Tunggu ya Kakak beli dulu di depan!"

Di sore hari yang tenang, Jasmine sedang menghabiskan waktunya bersama kucing peliharaannya yang bernama Mickey. Ketika Jasmine memangku Mickey di pahanya, kucing putih ras persia itu menjilati tangannya yang menganggur sehingga si tuan mengasumsikan peliharaan kesayangannya ingin mendapatkan treat. Mengingat dirinya belum membelikan snack untuk kucing kesayangannya, mau tak mau Jasmine harus bergerak menuju pet shop terdekat untuk membelikan Mickey jajanan. Maka dari itu Jasmine sekarang meletakkan Mickey di atas sofa lalu dirinya pun beranjak ke kamar untuk mengambil dompetnya-sebelum pergi keluar untuk membeli jajanan Mickey.


Di saat Jasmine baru memakai hoodie karena terlalu malas mengganti pakaian rapi hanya untuk pergi ke pet shop di depan komplek, Jasmine dikejutkan dengan suara teriakan dari luar.

"Heh, siapa kamu? Mau maling?!"

Suara yang terdengar keras itu sangat familiar di telinga Jasmine. Itu adalah suara ayahnya yang seorang tentara, dan ayahnya seperti sedang meneriaki orang mencurigakan di luar. Jasmine yang penasaran pun buru-buru keluar dari kamarnya untuk menghampiri ayahnya dan mencari tahu apa yang sedang terjadi.

×

Apa yang terjadi sesungguhnya di luar sana adalah seorang Kevin berjalan melewati rumah Jasmine. Kebetulan Kevin mau pergi ke rumah temannya yang ada di komplek ini dan Kevin harus melewati rumah Jasmine terlebih dahulu. Karena itu, Kevin yang penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Jasmine mencoba mengintip dari luar. Namun, bukannya menemukan Jasmine, Keviansyah Elvano Putra malah dikejutkan dengan kemunculan seorang bapak berperawakan seram menatapnya penuh curiga. Belum lagi dirinya dicurigai sebagai maling oleh bapak itu.

"Heh, siapa kamu? Mau maling?!"

Gulp!

Kevin dengan cepat menyangkal bahwa dia adalah seorang pencuri dengan melambaikan tangannya berulang kali. Kevin mencoba melarikan diri untuk menghindari tuduhan pria tua-yang dia asumsikan ayahnya Jasmine-itu, tetapi kakinya terlalu lemah untuk pergi. Bahkan sekarang ayah biologis Jasmine mencopot sandal rumahan di kakinya untuk ia gunakan sebagai senjata melawan si tertuduh. Kaki Kevin semakin gemetar dibuatnya. Gila, pantas saja Jasmine susah didekati, ayahnya saja sesangar ini!

"Bu-bukan, Om, saya bukan maling!" elak Kevin.

"Terus kalau bukan maling, kamu ngapain ngintipin rumah saya? Kamu jadi mata-mata komplotan mana?" sergap Papa Jasmine.

Komplotan apaan, gerutu Kevin dalam hatinya. Satu-satunya hal yang mau Kevin colong dari rumah ini adalah hatinya Jasmine. Tapi, kenapa papanya Jasmine menuduhnya yang bukan-bukan?


"Ada apa sih, Yah ...."

Jasmine terburu-buru keluar dari rumahnya karena takut ayahnya bertindak yang bukan-bukan. Ah, for your information, ayah Jasmine dikenal sebagai "tentara gila" di komplek ini karena beliau tak segan-segan mengarahkan senapannya kepada orang bila beliau sedang kesal. Ayah Jasmine tak pandang bulu, bahkan kepada Ketua RT sekalipun. Syukurnya sih hingga kini belum ada kejadian di mana ayah Jasmine benar-benar menembak orang lain. Usut demi usut, itu semua hanya gertakkan agar orang-orang tidak semena-mena dengannya. Lagi pula TNI mana yang gila menggunakan senjatanya di luar keperluan perdamaian dan keamanan negara bila tidak ingin ditangkap oleh polisi militer dan diadili di pengadilan militer?

×

"Kevin?"

Begitu Jasmine melihat orang yang dibentak ayahnya adalah Kevin, gadis itu langsung merangkul lengan ayahnya untuk tidak terlalu kasar kepada laki-laki itu. Apalagi dilihatnya dari teras, kaki Kevin sudah letoi karena ketakutan dengan sergapan ayahnya.

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang