Tak terasa Kevin dan Jasmine menghabiskan waktu 4 jam di kafe untuk mengerjakan skripsi mereka. Karena sudah tidak sanggup lagi untuk menguras tenaga demi berpikir jernih, mereka memutuskan untuk pulang. Oh, tentunya tidak benar-benar pulang. Ada tujuan sebelum mereka pulang ke rumah. Mumpung masih sore, Jasmine dan Kevin menyempatkan diri untuk membeli buku di sebuah toko buku yang terletak di Blok M. Dari Senopati, Kevin pun kini siap membawa mereka berdua ke Melawai menggunakan civic putihnya.
×
Di perjalanan menuju Blok M, Kevin menjalankan mobilnya dengan santai. Sesekali dia memandang ke samping bila di rasa jalanan di depannya sedang lengah. Tentu saja, dia melihat ke samping untuk melihat Jasmine. Tak hanya melirik gadis itu saja, Kevin juga memperhatikan tangan kanan gadis itu yang menganggur di atas pahanya. Tanpa ragu Keviansyah langsung menyambar tangan itu lalu menggenggamnya erat—bayaran atas penolakan Jasmine di kafe tadi.
"Tsk, bisa-bisanya ya lo! Lagi bawa mobil lo tuh, Vin!"
Jasmine melayangkan protes karena Kevin menggenggam tangannya di tengah berkendara. Hanya saja jika di kafe tadi di Jasmine menolak, kali ini tak ada penolakan dari gadis itu. Jasmine malah mengeratkan jemari mereka yang bertautan dan hal ini pun membuat Kevin senang.
"Kok gak dilepasin?" tanya Kevin memancing Jasmine.
"Janji yang tadi kan?" jawab Jasmine santai.
Ah, Kevin suka dengan orang yang tak ingkar janji! Senyumnya merekah karena hatinya berbunga-bunga berkat Jasmine. Rasanya sudah lama Kevin tak merasa sebahagia ini karena seorang wanita.
"Si paling tepat janji!" gemas Kevin.
Ia bahkan mengangkat tangan mereka lalu mencium punggung tangan Jasmine yang lembut itu. Jasmine sendiri hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Kevin dengan mata yang terfokus pada jalan raya yang ada di depannya.
×
Tak ada tanda-tanda Kevin mau melepaskan genggaman tangannya dari Jasmine selagi menyetir mobil. Sebenarnya, Jasmine sedikit ketar-ketir jika fokus Kevin terbagi. Dia masih ingat pengalaman rem mendadak di kali pertama dia pulang bersama Kevin. Sejauh ini sih, Kevin memang tidak pernah mengulanginya lagi, tapi tetap saja dia panik jika sesuatu yang buruk terjadi.
"Ini mau terus dipegang?" tanya Jasmine.
"Iya dong!" jawab Kevin.
Di persimpangan jalan, lampu lalu lintas menyala merah. Kevin otomatis mengerem mobilnya terlebih dahulu dan tak lupa memasukkan persneling. Meski begitu, Kevin tidak melepaskan tangannya dari Jasmine. Pria itu dengan santai memindahkan tuas transmisi kendaraannya dari posisi D3 ke netral. Jasmine yang memperhatikan semuanya mendecakkan lidah karena dia tidak menyangka Kevin akan sehalus itu.
"Pro player, ya, lo?" tuding perempuan itu.
"Siapa pro player? Gue?" tanya balik Kevin.
"Siapa lagi kalo bukan lo? Pasti udah sering begini," balas Jasmine sambil melirik tangan mereka yang bertautan.
Tatapan Kevin jatuh ke tangan mereka. Kevin yang tidak menganggap dirinya adalah seorang pro player, tak bisa menahan senyum geli atas tudingan Jasmine terhadap dirinya. Dia bahkan tidak memiliki banyak pengalaman, bagaimana dia bisa dituduh sebagai seorang profesional?
"Enggak ah, gue baru kali ini tau!" Kevin membela diri.
"Masa? Udah berapa cewe coba lo pacarin ... ah, bukan cuma dipacarin sih, diajak FWB juga."
"Gatau, gamau ingat berapa cewe yang udah gue pacarin, tapi yang jelas yang gue ajak FWB-an baru lo," balas Kevin.
"Ah ... Pasti mantan lo banyak," gumam Jasmine.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRIGUE
ChickLitGara-gara postingan Instagram seniornya yang menunjukkan kemesraan usai sidang skripsi, Keviansyah Elvano Putra atau akrab disapa Kevin mendadak iri. Sebagai mahasiswa semester 7 yang baru memulai perjuangan skripsinya, Kevin berpikir haruskah dia m...