[15] Intrigue: Playing With Fire

1K 62 19
                                    

Sambil mendekap bunga pemberian Kevin di tepi halte, Jasmine Kamila menitihkan air mata karena ini kali pertama ia meluapkan emosi pada Julian. Jika Julian terus terang menolaknya sejak awal, Jasmine akan menerima keputusan itu dan tidak akan menangis seperti orang bodoh. Nyatanya, laki-laki itu duluan yang memintanya menunggu. Bahkan tanpa sepengetahuan Nichola dan Yuki, ada kisah tersembunyi di balik kisah "pengakuan" Jasmine. Kisah tidak biasa antara Jasmine dan Julian yang dimulai pada saat itu.

×

Jasmine mengikuti permainan Julian yang menciumnya sepanjang jalan ke kamar pria itu. Dua insan yang dibutakan nafsu terus berciuman mesra dalam suasana kondusif rumah hingga akhirnya Jasmine ambruk di atas ranjang. Ketika tubuh Julian berada di atas Jasmine, pria itu berusaha membuka kancing blus wanita itu tanpa izinnya. Hanya saja Jasmine Kamila dengan cepat turun tangan dan menegur Julian bahwa mereka telah bertindak terlalu jauh.

"Julian, this is too much—"

"It's okay!" potong Julian.

Julian mencoba melepaskan pakaian Jasmine yang masih menempel di tubuh perempuan itu. Kendati demikian, Jasmine menahan diri. Dia tak ingin melakukan sesuatu yang terlampau jauh dengan Julian. Tentu, Jasmine sangat mencintai Julian, tapi bukan ini yang dia butuhkan dan Jasmine tidak mau mengambil risiko.

"No, it's not, Yan. Gue sama lo bahkan belum jadian. It's not right," ucap Jasmine memperingatkan.

"Gue 'kan udah bilang ke lo, gue butuh waktu untuk fokus skripsi dulu. Status bisa belakangan, 'kan?"

Sebelumnya ada pengakuan yang diutarakan Jasmine kepada Julian. Jasmine mengungkapkan rasa sayangnya kepada pria itu saat mereka sedang mengerjakan skripsi di ruang tamu. Secara gamblang Jasmine mengaku sudah terpicut pada Julian sejak pertama kali bertemu. Menanggapi pengakuan tersebut, maka Julian tak segan-segan mencium Jasmine terlebih dahulu sebagai jawaban. Awalnya Jasmine pikir ini adalah sebuah jawaban bahwa hubungan mereka bisa berganti dari teman menjadi pacar. Sayangnya, usai menciumnya, Julian berkata bahwa dia butuh waktu untuk berpikir. Alasannya karena fokus Julian saat ini adalah bisa lulus dalam waktu kurang dari 4 tahun untuk membuat orang tuanya bangga. Dia tak ingin memecah konsentrasinya untuk beberapa saat.

"Kalo gitu kita tunggu sampe semuanya selesai, Yan. Kalo lo udah bisa ngasih kepastian sampai kapan, baru saat itu gue siap buat ngelakuinnya bareng lo," ujar Jasmine.

Jasmine juga butuh pengertian dari Julian bahwa dia tidak bisa melakukan sesuatu lebih dari ciuman saat ini. Hal itu menyebabkan Julian tertegun sejenak yang membuatnya sadar bahwa dia terlalu egois menginginkan lebih. Ia sendiri tidak bisa memberikan jawaban yang Jasmine butuhkan.

"Kalo itu keputusan lo ... oke. I am sorry, Jasmine." Julian menatap sendu wanita yang ada di bawahnya.

"No need to sorry, Yan. I love you," balas Jasmine sambil mengusap bahu pria itu.

"I ... love you, too."

×

"Kayanya hape gue rusak, deh!"

Sejak pulang dari gedung FISIP, Keviansyah Elvano Putra tak melepas ponsel dari genggamannya. Sedari tadi Kevin menanti-nanti pesan dari Jasmine. Wanita itu telah berjanji untuk mengirimkan kabar kepadanya. Namun, sampai detik ini belum ada tanda-tanda Jasmine mau mengabarinya terlebih dahulu.

"Kalo rusak di servis, bukannya dilihatin mulu!" tegur Anna.

"Coba deh kalian chat atau telpon gue gitu. Masuk ga?"

INTRIGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang