Rabu yang ditakuti telah tiba, saatnya Jasmine menjalankan seminar proposalnya. Ditemani 3 orang temannya, Jasmine yang diharapkan segera masuk ke ruangan terus merengek karena detak jantungnya yang tak terkendali. Ia sangat gugup karena penguji seminarnya merupakan salah satu dosen killer yang banyak dihindari mahasiswa.
"Gimana, nih? Gue takut."
Tangan Jasmine berkeringat dingin karena dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia terus menghembuskan napas berulang kali untuk menenangkan dirinya—tapi tetap saja tidak berhasil.
"Gas aja, dah, Smine, kapan lagi lo sempro kalo gak sekarang?" cerocos Nichola.
"Lo enak ngomong gitu karena belum ngerasain deg-degan sempro," cibir Jasmine.
Nichola yang mendengar cibiran Jasmine pun menyengir. "Hehe, ya juga, sih. Tapi, Smine, Julian kemarin santai aja, kok!"
Kali ini Yuki yang mau tidak mau menghujat Nichola. Bagaimana bisa mereka menyamakan diri dengan posisi Julian, yang tidak pernah takut dengan dosen mana pun—karena dia selalu penuh persiapan untuk kuliah?
"Jangan nyamain Jasmine dengan Julian-lah," cibir Yuki.
"Gue kenapa emangnya?" omel balik Jasmine yang merasa tersinggung karena secara tidak langsung dianggap tidak kompeten oleh sahabatnya sendiri.
"Dah, jangan ribut, guys. Sttt, orang-orang juga lagi ada yang ujian!" tegur Julian.
Teguran Julian barusan membuat mereka bertiga sadar bahwa di ruangan itu ada teman lain yang sedang menjalankan seminar proposal. Akhirnya, mereka berempat tutup mulut—dan Jasmine kembali mempersiapkan diri untuk seminar nanti.
×
Di dalam mobil, Keviansyah Elvano Putra terus mengetuk-ngetuk setir dengan jarinya. Di pelataran parkir gedung FISIP, Kevin dengan cemas menunggu seseorang yang ingin ditemuinya. Siapa lagi jika bukan Jasmine Kamila yang ingin dia temui? Seperti yang Jasmine katakan padanya saat itu, hari ini gadis itu akan mengadakan seminar proposal. Demi menyemangati prestasinya yang sudah setengah jalan untuk meraih gelar S.IP (Sarjana Ilmu Politik), Kevin pun datang dengan seikat bunga untuk gebetannya.
"Udah selesai belum, ya?"
Melihat beberapa orang berbaju hitam putih mondar-mandir melewati pintu gedung utama FISIP, Kevin bertanya-tanya apakah Jasmine sudah menyelesaikan seminarnya. Pasalnya, sekarang sudah jam 12 siang—waktunya kegiatan akademik diistirahatkan. Penasaran dengan keberadaan Jasmine, Kevin pun segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menelepon Jasmine.
×
Setelah kurang lebih 1 jam di ruang dosen untuk menguji proposal skripsinya, Jasmine dinyatakan berhak melanjutkan penelitiannya. Tentu saja, kecemasan yang dirasakan Jasmine sebelumnya hilang meskipun ia mendapat beberapa catatan untuk merevisi latar belakang dan salah satu rumusan masalah. Tapi itu tidak masalah, dia bisa mengubahnya dan kemudian melanjutkan penelitiannya ke bab berikutnya. Saat Jasmine sedang menyambut beberapa teman sekelas yang datang untuk mengucapkan selamat atas seminarnya, tiba-tiba ponselnya berdering berulang kali. Penasaran siapa yang mengiriminya pesan spam, Jasmine segera mengecek gawainya. Begitu tahu siapa yang mengiriminya pesan berantai, gadis itu menggelengkan kepalanya karena Kevin bersikeras untuk menemuinya. Padahal sudah jelas kemarin dia sampaikan bahwa dia tidak ingin dijenguk Kevin—karena Jasmine Kamila hanya butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya.
Keviansyah Elvano Putra
Jas lo gimana?
Udah selesai kan?
Ruangan apa?
Jas gue ke situ ya
JasmineJasmine
Gak usah.
Nanti aja gue yang nemuin lo.
Bukan Kevin namanya jika dia mengindahkan perkataan Jasmine. Meski mendapat balasan dari Jasmine yang mengatakan bahwa gadis itu sendiri yang akan datang menemuinya, Kevin enggan menuruti pesan gadis itu. Dengan sebuket bunga di tangannya, Kevin lantas berjalan santai di sepanjang koridor. Kemudian, ketika Kevin bingung mau melangkah, barulah dia bertanya kepada dua orang wanita yang berdiri di pinggir koridor. Kebetulan ada yang bisa ditanya tentang denah tempat biasanya ruang seminar diadakan—agar dirinya tidak tersesat di fakultas orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTRIGUE
ChickLitGara-gara postingan Instagram seniornya yang menunjukkan kemesraan usai sidang skripsi, Keviansyah Elvano Putra atau akrab disapa Kevin mendadak iri. Sebagai mahasiswa semester 7 yang baru memulai perjuangan skripsinya, Kevin berpikir haruskah dia m...