Senyum Ival mengembang setelah salah satu temen geng— selama tiga hari, akhirnya berhasil mendapat informasi tentang hadiah yang Aeri berikan untuk Yura. Ya, laki-laki itu harus tahu dulu apa hadiahnya, sebelum ia juga membelikan hadiah kepada gadis paling populer di sekolahnya. Jangan sampai hadiah yang ia berikan nanti, nilainya jauh lebih rendah.
"Bagus," ucap Ival menatap bangga pada Fadil "Makasih ya. Yaudah, gue, Fadil, sama Tian cabut dulu. Takut telat." Beranjak dari duduknya laki-laki itu kemudian berjalan meninggalkan markas— tempat dimana ia dan anggota gengnya sering menghabiskan waktu disana.
Bersama Fadil dan Tian— temen geng yang masih satu sekolah dengannya, Ival berjalan ke arah mobil Ferrari miliknya. Sedangkan lima temen geng lainya tetap berada di tempat itu.
Sekedar informasi, lima anggota geng— King Dewa— nama geng milik Ival, mereka adalah anak jalanan yang siap melakukan apa pun untuk Ival. Sikapnya yang supel dan pandai bergaul pada Ival membuat laki-laki itu bisa dengan mudah memiliki banyak teman. Hanya saja Ival membatasi teman-teman yang ingin masuk dan bergabung menjadi anggota geng King Dewa. Baginya delapan personil itu sudah lebih dari cukup.
"Heran gue sama Ival," celetuk salah satu anggota geng yang masih berada di markas, setelah Ival meluncur dengan Ferrari nya. "Tawuran berani, berantem apa lagi, masa telat sekolah aja takut."
"Itu hebatnya dia," sahut yang lainnya. "Pendidikan itu nomor satu. Cuma orang-orang pintar yang punya pola pikir seperti itu."
Teman yang lain terkekeh saat teringat kelautan Ival beberapa waktu lalu yang menurutnya unik. "Inget nggak kalian?"
"Apa?" Tanya yang lain.
"Dia pernah kan, bawa buku pelajaran ke diskotik gara-gara katanya besok ada ulangan?"
Gelak tawa lima laki-laki itu seketika meledak saat memori memori otaknya mengingat kejadian itu.
***
Setelah meletakkan helm full face di stang motor, Aeri memutar kepalanya ke belakang, mengintip dbagian bokong. Cowok itu menghela napas, merasa lega setelah tidak melihat ada bercak darah menempel di celana abu-abunya. Akhirnya datang menstruasinya di bulan ini selesai dalam waktu tiga hari saja. Karena itu ia tidak perlu lagi memakai pembalut berbentuk Pampers untuk agar datang bulannya tidak tembus.
Merasa sudah tidak perlu lagi ada yang dikhawatirkan, Aeri kemudian berjalan menuju ke kelasnya. Seperti biasa, satu batang rokok tidak pernah lupa ia isap.
"Ri!"
Di tengah perjalanan melalui koridor sekolah, cowok itu menghentikan langkah, lantas menoleh ke arah sumber suara yang sudah meneriaki namanya.
"Gimana, pulang sekolah jadi, ketemu di Cafe?" tutur Udil— salah satu anggota geng Hard Boy, setelah cowok itu berada di samping Aeri.
"Jadi dong." Aeri melanjutkan langkah, diikuti oleh Udil sampingnya. "Anak kayak dia itu harus dikasih paham, biar ngerti."
"Yaudah, kalau gitu biar gue aja nanti yang kasih tahu ke anak-anak," ucap Udil. Kebetulan beberapa anggota geng Hard Boy berada satu kelas dengan cowok itu.
Berbeda dengan Ival yang anggota personilnya didominasi oleh anak-anak jalanan, lain halnya dengan Aeri yang hanya memilih teman satu sekolah untuk bergabung di dalam geng nya. Namun berbeda kelas.
Ngomong-ngomong teman-teman satu kelas Aeri dan Ival tidak ada yang ingin bergabung menjadi anggota geng keduanya. Mereka— teman sekelas Aeri dan Ival hanya ingin netral, tetap ingin berteman dengan keduanya dan tidak ingin berpihak.
Ditengah perjalanan menuju ke kelas langkah kaki Aeri terhenti saat lewat di depan pintu kelas Yura. Hal itu membuat Udil juga refleks mengikuti cowok itu.