Yura mengulas senyum menatap Aeri baru saja membuka pintu mobil untuknya.
"Yuk," ajak Aeri kemudian.
"Makasih."
Mengambil handbag yang di taruh di atas dasbor Yura beranjak dari duduknya untuk kemudian keluar dari dalam mobil.
Aeri mengulas senyum menatap wajah Yura. Gadis itu terlihat cantik meski hanya memakai riasan yang tipis. Rambut panjang sampai ke punggung dibiarkan terurai begitu saja- membuat gadis bermata bulat itu semakin terlihat anggun. Mini dress yang panjangnya menutupi lutut menyempurnakan penampilan Yura malam itu. Meski tampilannya terlihat sederhana, namun gadis itu tetap terlihat berkelas.
Kening Yura berkerut melihat mata Aeri tidak berkedip memandanginya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. "Kenapa?"
Aeri tersentak kaget. Malam ini cowok itu benar-benar terhipnotis oleh gadis lembut yang berdiri tepat di hadapannya. "Eh, enggak apa-apa."
Lagi, Aeri mengulas senyum, "lu cantik banget malam ini. Beda dari biasanya, istimewa."
"Bisa aja lu. Gue nggak nyangka lu pinter ngerayu." Sebenarnya pujian dari Aeri sukses membuat hati Yura berbunga-bunga. Namun sebisa mungkin ia menyembunyikan wajah meronanya.
Telapak tangan Aeri terangkat, cowok itu kemudian membentuk huruf V menggunakan jari tengah dan telunjuk. "Suer, gue nggak lagi ngerayu. Lu beda banget malam ini. Walaupun pakaian tertutup, tapi lu keliatan seksi di mata laki-laki."
"Karena malam ini gue jalan sama cowok yang sepesial, makanya gue pengen kelihatan beda."
Kedua ujung bibir Aeri tertarik, membentuk sebuah senyuman. Kalimat Yura barusan sukses membuat hati cowok itu berbunga-bunga.
"Pinter ngerayu juga," balas Aeri.
Yura mengkopi apa yang dilakukan Aeri tadi- membentuk huruf V menggunakan telunjuk dan jari tengah. "Suer, gue juga nggak lagi ngerayu."
Aeri terkekeh pelan. "Bisa aja lu." Cowok itu kemudian menutup pintu mobil, sebelum akhirnya berjalan menunju gedung bioskop bersama Yura di sebelahnya.
"Oh iya, gue emang lebih nyaman make baju yang tertutup gini," kata Yura ditengah langkah kaki mereka. "Baju-baju gue di rumah nggak ada yang pendek."
Senyum Aeri terasa hambar. Apa yang dikatakan Yura barusan sangat tidak sinkron dengan apa yang pernah ia lihat dan Udil ceritakan.
"Itu salah satu dari sekian banyak yang gue suka dari lu," ucap Aeri meski tidak sepenuhnya yakin.
Yura mengulas senyum.
***
Ival menghentikan langkah, cowok itu kemudian melipat kedua tangannya di perut menatap mobil BMW dengan nomor polisi B 1 ALD terparkir dibarisan mobil-mobil lainnya di sebuah basement gedung bioskop.
Langkah kaki Ival tentu membuat Fadil dan Tian ikut menghentikan langkah. Dua cowok yang berdiri di sayap kiri dan kanan nya itu mengerutkan kening menatap Ival.
"Kenapa, Val?" Fadil bertanya.
Menggunakan wajah Ival menunjuk mobil yang tidak sengaja ia lihat itu, berada di depannya. "Itu bukannya mobil yang sering dibawa Yura ke sekolah," beritahu laki-laki itu.
Sorot mata Fadil dan Tian mengikuti arah pandang Ival. Kedua cowok itu lantas mengerutkan kening menatap sedan BMW tersebut.
"Iya bener," ucap Tian kemudian. "Tapi mobil dia ganti kan sekarang. Gue nggak nggak pernah liat dia bawa mobil itu lagi."
Menarik sebelah ujung bibirnya Ival mendesis. Melihat mobil milik Yura terparkir di sana membuat otak laki-laki itu menyimpulkan. "Mungkin dia mau nonton juga, terus bawa mobil yang ini."