Suasana di kantin sekolah sudah terlihat sepi. Para siswa di SMA Tunas Bangsa sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu. Kini di tempat itu hanya ada tiga pelajar yaitu; Aeri, Ival, dan juga Yura. Ada juga beberapa penjual kantin sedang sibuk merapikan etalasenya masing-masing.Karena akan membicarakan hal yang sensitif, jadi supaya lebih aman, Aeri dan Ival memutuskan untuk bertemu di kantin setelah pulang sekolah.
Ival mendengkus, laki-laki itu menatap sinis cenderung iri pada Aeri yang sedang duduk berdampingan dengan Yura di hadapannya— terhalang meja berbentuk persegi panjang. Yang membuat laki-laki itu merasa iri adalah; sejak tadi Yura belum selesai mengobati beberapa luka di bagian tubuh Aeri.
Sebenarnya luka Aeri sudah dibersihkan, bahkan dipasang perban. Tapi Yura tetap ngeyel, ingin mengobati lagi luka Aeri dan menggantinya dengan perban baru yang ia ambil di UKS.
“Aduh,” ringis Aeri saat kapas yang sudah dibasahi alkohol menyentuh lukanya. “Pelan-pelan, Yura.”
“Eh, sori, tapi ini udah pelan banget.”
“Ck.” Ival berdecak kesal. Tingkah Aeri seperti sengaja membuat hatinya panas. “Manja.” Laki-laki itu mencibir sambil menatap kesal pada tangan Yura yang begitu lembut menyentuh wajah Aeri.
“Bukan manja Val, tapi ini lukanya emang parah,” sahut Yura tanpa mengalihkan perhatiannya dari luka-luka yang sedang ia olesi menggunakan kapas yang ia tetesi cairan alkohol.
Ival memutar bola matanya melihat Aeri sedang tersenyum sinis padanya— senyum yang seolah sedang mengejek dirinya.
“Lagian lu kenapa enggak istirahat aja dulu, di rumah,” lanjut Yura sambil menempelkan perban di kening Aeri.“Sok keras,” Ival menyahut.
Mengabaikan cibiran Ival, Aeri kemudian menjawab. “Kan udah gue bilang, ada yang mau gue omong in sama lu.”
Yura hanya tersenyum, namun hambar. Dengan perasaan yang mulai tidak nyaman cewek itu melanjutkan kegiatannya mengobati beberapa luka di wajah Aeri.
Ival menghela napas. Laki-laki itu kemudian mengambil segelas jus jeruk di hadapannya lantas menyeruputnya menggunakan sedotan. Meletakan kembali gelas di atas meja, Ival mengambil HP di saku celana abu-abu nya. Sekedar menghilangkan bosan jempol laki-laki itu menyentuh menu Whatsapp dan membuka grup yang anggotanya diisi oleh cewek-cewek yang berstatus pacarnya.
Menarik sebelah ujung bibirnya Ival tersenyum nyengir membaca chat yang hampir tidak pernah ia buka sama sekali.
Layar HP Ival.
Grup Whatsapp Koleksi pacar Ival.
Tiga puluh lima anggota.Amara; jahat nggak si kalau gue berharap supaya Yura nanti milih Aeri? Kalau Yura pilih pacar kita, nanti grup ini akan bubar, kita semua bakal diputusin ama Ival.
Fanya; jujur gue takut banget. Gue rela Ival bagi-bagi ama kalian, dari pada kita di putus in ama dia.
Anggi; beruntung banget si Yura. Iri gue ama dia.
Siska; eh gue dapet info skincare yang dipakai ama dia. Gila harganya selangit.
Andini; apaan kasih bocoran, gue mau beli. Sapa tahu gue bisa cantik juga kaya dia.
Gesti; eh Ival nyimak...
Amara; eh iya... Duh tumben banget cowok kita ikutan nimbrung.
Lagi, Ival tersenyum nyengir. Laki-laki itu tidak menyangka berita tentang Yura yang sedang melakukan pendekatan dengannya dan juga Aeri, sudah sampai ke telinga mereka.