Pelayan pria dan beberapa wanita yang berdiri depan Ival menoleh kepala kebelakang, mengikuti arah pandang laki-laki itu. Mereka mengerutkan kening melihat Yura bersama beberapa pria.
Seorang wanita yang usianya lebih dewasa kembali memutar kepala lantas menemukan Ival tidak berkedip menatap Yura. "Kamu, kenal sama dia?" Tanya wanita itu. "Atau jangan-jangan, kamu pernah booking dia?"
Seluruh pasang kini fokus menatap Ival dan menatapnya penuh tanya.
"Nggak nyangka, kirain masih polos," lanjut wanita tadi.
"Berati, duit dia banyak dong sanggup bayar sang primadona," cetus seorang wanita.
Ival menelan ludah. "Maksudnya primadona?"
"Dia itu bintang di sini," sahut pelayan pria. "Bayarnya paling mahal. Tapi kalau kamu mau sama dia, harus nunggu sampai kontrak dia sama bos besar itu selesai. Itu pun kalau belum ada yang ngantri."
"Kontrak?"
Napas Ival memburu, apa yang ia dengar dari pelayan dan beberapa wanita juga membuat tubuhnya mendadak lemas.
"Iya, dia lagi dikontrak," jawab pelayan. "Laki-laki yang jalan di samping dia itu suka banget sama Yura. Makanya, biar nggak ada yang booking, orang itu rela ngeluarin banyak duit ngiket Yura pake kontrak. Kalau sampai Yura ketahuan jalan sama laki-laki lain, bukan Yura yang kena masalah, tapi laki-lakinya."
Pelayan laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke kuping Ival. "Laki-laki itu bos besar, bandar narkoba, terus punya pabrik minuman keras."
Lagi, Ival menelan ludah, tapi bukan karena takut dengan pria itu, melainkan karena terkejut setelah mengetahui fakta siapa Yura yang sebenarnya.
"Tapi aku ada perlu sama dia." Menghela napas panjang sebelum akhirnya Ival melangkah, berjalan ke arah Yura, meninggalkan pelayan dan beberapa wanita penghibur itu.
"Jangan cari masalah dek!" Teriak pelayan itu. Namun sayang, Ival mengabaikannya.
Bersamaan dengan itu Aeri memperlambat langkah, lantas berhenti di tempat. Cowok itu mengurungkan niatnya yang akan mendekati Yura lantaran melihat Ival sedang berjalan cepat mendekati gadis itu. Ia mematung, dan ingin melihat lebih dulu apa yang akan dilakukan oleh Ival kepada gadis yang sedang mereka perebutkan.
"Yura!"
Itu suara Ival setelah menerobos beberapa pria yang berjalan di belakang Yura dan seorang pria yang disebut bos. Laki-laki itu langsung mengulurkan tangan, meraih pergelangan Yura lantas memutar tubuh gadis itu secara kasar.
Aura kesal tergambar di raut wajah Yura. Namun setelah ia melihat siapa orang yang sudah menarik tubuhnya, wajah gadis itu mendadak tegang, sekujur tubuhnya lemas seketika.
Mulut dan bola mata Yura membulat menatap tidak percaya laki-laki di depan matanya. Lantas dengan nada gugup dan gemetar Yura membuka suara. "I-ival?" Yura menelan ludah. "Lu, ngapain di sini?"
"Gue yang seharusnya tanya!" Sahut Ival dengan nada membentak. "Ngapain lu di sini? Bukanya lu bilang lagi ada Paris?" Napas Ival memburu, aura marah tergambar jelas di raut mukanya.
"Heh bocah!" Bentak pria berjas yang berdiri disamping Yura. "Apa-apan kamu ini?"
Wajah sangar pria yang berdiri di samping Yura sama sekali tidak membuat Ival gentar. Laki-laki itu hanya melirik sekilas kepada pria itu lantas kembali menatap marah kepada Yura.
"Lu bohongin gue," ucap Ival. "Kecewa gue sama elu. Ternyata lu itu busuk. Terus apa tujuan lu bikin rencana gue sama Aeri jalan kalau sebenarnya lu kayak gini? Mau permainin kita?"