DUA SATU

8.5K 826 26
                                    

Sory ya Ri, gue nggak bisa lanjutin nonton, terus buru-buru balik. Nyokap gue telfon, mendadak bokap gue sakit. Sory banget gue nggak nungguin lu dulu. Besok kita ngobrol di sekolah.

Aeri mendengkus membaca pesan yang dikirim oleh Yura ke nomor WhatsApp nya.

"Ck." Dengan raut wajah kecewa cowok itu berdecak. Ibu jarinya menari-nari lincah di atas layar HP— menulis balasan untuk gadis itu. Setelah kalimat 'Yaudah gue pulang juga, kita ketemu besok di sekolah' selesai ia ketik kemudian ibu jari Aeri menyentuh tombol kirim. Tanpa menunggu balasan lagi, Aeri menekan tombol power dan memasukan HP miliknya ke saku celana jeans.

Akhirnya, kencan pertama yang sudah ia atur rapih harus gagal, bahkan sebelum kencan itu dimulai.

Malam ini Aeri merasa sangat kesal. Ada saja kejadian yang membuat mood cowok itu hancur berantakan. Dimulai dari kemunculan Ival yang secara tiba-tiba, kemudian bertemu dengan seorang wanita yang sudah berbicara buruk tentang Yura, dan yang terkahir Yura pergi begitu saja tanpa bertemu terlebih dahulu dengannya.

Menghela napas kasar kemudian Aeri berjalan meninggalkan area bioskop dengan membawa rasa kecewanya.

"Bajingan lu, Val."

Di tengah perjalanan Aeri mengumpat. Meski apa yang ia dengar tentang Yura dari wanita itu terlalu ekstrim, tapi ia belum melihatnya secara langsung. Sehingga, di otaknya muncul lah Ival menjadi faktor yang paling mendominasi memicu segala kekesalannya. Kalau bukan karena kemunculan laki-laki itu mungkin acara kencannya dengan Yura tidak akan gagal seperti ini.

"Yura kenapa, kok pulang?"

Sambil menatap punggung Aeri, Ival bertanya kepada Fadil dan Tian yang masih duduk kursi tunggu. Saat akan ke toilet tadi ia masi melihat Yura duduk dan mengobrol dengan dua sahabatnya itu.

"Nggak tau gue," sahut Fadil. "Dia nggak ngomong apa-apa."

"Tapi dia keliatan panik," tambah Tian. "Kayak ada masalah gitu."

"Masa si?"

Secara bersamaan Fadil dan Tian mengangguk, membuat Ival terdiam dan berpikir; ApaYura juga melihat wanita yang mengobrol dengan Aeri? Lalu karena takut semua rahasianya terbongkar, makanya Yura buru-buru pulang tanpa berpamitan dengan Aeri? Lalu apa cewek yang pernah ia lihat di diskotik itu benar-benar Yura?

Mohon perhatian Anda... Pintu teater lima telah dibuka. Bagi Anda yang telah memiliki karcis dipersilahkan untuk memasuki ruangan teater lima.

Suara merdu seorang wanita yang baru saja berkumandang memenuhi loby Bioskop, membuat Ival tersentak dari lamunannya. Cowok itu menghela dan menata Fadil dan Tian sudah berdiri dari duduknya.

"Yuk, udah mau mulai tuh filmnya."

Ival mengangguk malas merespon ajakan Tian. Dengan wajah yang lesu tidak bersemangat laki-laki itu berjalan mengekor di belakang dua sahabatnya bersama sekumpulan orang-orang menuju pintu teater yang sudah dibuka dan dijaga oleh petugas wanita. Namun tiba-tiba saja laki-laki itu menghentikan langkah.

"Eh, gue nggak ikut nonton ya."

Tian dan Fadil memutar tubuh menatap heran kepada Ival.

"Lho, kenapa?" Fadil bertanya.

"Nggak apa-apa, males gue," jawab Ival.

"Karena nggak ada Yura?" Tebak Tian.

Ival menghela napas. Apa yang ia dengar dari wanita tadi tentang Yura, dan gadis itu yang mendadak pulang tanpa alasan menghilangkan semangat dan selera menonton Ival. "Nggak juga si, tiba-tiba mood nonton gue ilang."

Saingan {Mpreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang