Empat satu

8.1K 669 26
                                    

Jangan salahkan Ival kalau harus merasa kesal, jengkel dan juga gemas. Laki-laki itu sedang mengalami hal paling menyebalkan dalam hidupnya. Pasalnya, malam ini Aeri memaksa ia agar tidur di kamar yang sudah disiapkan oleh ibu Ines. Padahal sudah jelas, awalnya Aeri sendiri yang menyuruh ia supaya tetap tidur di kamarnya. Tapi tiba-tiba saja cowok itu berubah pikiran. Yang membuat Ival merasa geram, Aeri tidak memberitahu alasan kenapa ia harus pindah kamar malam ini.

Setelah menutup pintu kamar Iva berjalan ke arah ranjang, lantas membanting tubuhnya ke kasur— tidur telentang menatap langit-langit. Ia terdiam keningnya berkerut memikirkan dan mencari kesalahan apa yang sudah ia perbuat hingga membuat Aeri menjadi marah, lantas mengusirnya begitu saja dari kamarnya.

“Egh, sial!”

Ival mengumpat setelah susah payah mengingat, tapi ia tidak menemukan kesalahan apa pun. Bahkan, laki-laki itu merasa tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Semua terjadi begitu saja, Aeri mendadak mengusirnya dari kamar dan tidak memberi alasan apa-apa. Yang paling membuat laki-laki itu heran; Aeri malah semakin marah pada saat ia akan memindahkan pakaian dan perlengkapan sekolah ke kamar yang ia tempati sekarang.

“Aneh,” Ival bergumam. Tangan laki-laki kemudian terulur mengambil guling di sebelahnya untuk kemudian ia gunakan untuk menutupi wajah. Sepertinya Ival akan memilih tidur lebih cepat dari pada harus pusing memikirkan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu.

***

Padahal Aeri baru saja meminum lagi jamu kunyit untuk meredakan nyeri datang bulan. Tapi sepertinya malam ini jamu itu tidak bisa diajak kerja sama. Rasa melilit di perutnya semakin menjadi.

“Aduh... perih banget anjing.”

Di atas kasur Aeri sedang menungging, merintih sambil memegangi perutnya. Rasa nyeri seperti kram pada perut bagian bawah juga membuat  wajahnya terlihat pucat. Untung saja cowok itu buru-buru menyuruh Ival agar keluar dari kamar. Karena kalau tidak, laki-laki itu pasti akan curiga jika sakit perut yang ia rasakan bukanlah sekedar mules biasa.

Sepertinya selama beberapa hari ke depan Aeri harus menyuruh Ival tidur di kamar barunya sampai menstruasinya itu selesai. Untuk sementara ia lebih baik menahan tidak mendapatkan ciuman dan pelukan dari Ival, daripada harus diinterogasi oleh laki-laki itu. Selain itu Aeri merasa darah kotor yang keluar di bawah sana seperti sedang santer-santernya. Cowok itu khawatir, nantinya Pampers yang ia pakai tidak mampu menahan dan berujung tembus ke celana kolor nya.

Tidak. Aeri tidak akan membiarkan Ival melihat ada bercak darah di bagian bokongnya. Sambil memegangi perutnya Aeri mencoba untuk duduk. Cowok itu kemudian beringsut di atas kasur lantas turun dari ranjang dan berjalan ke arah lemari. Ia akan mengambil jamu yang masih tersisa dan meminumnya lagi demi menghilangkan nyeri haid yang semakin menjadi-jadi. Aeri menghela napas setelah ia meneguk sampai habis jamu dalam kemasan botol berukuran 150 ml itu. Pelan-pelan cowok itu kembali berjalan ke arah tempat tidur sambil merasakan reaksi dari jamu tersebut. Syukurlah, lambat-laun rasa perih di perut bagian bawah berangsur mereda.

Lagi, Aeri menghela napas sebelum akhirnya ia naik ke atas ranjang, dan tidur telentang menghadap langit-langit. Di dalam hati cowok itu mencatat, datang bulan kali ini adalah datang bulan yang paling menyiksa. Sebab bukan hanya sakit dan kram di perut saja yang ia rasakan. Gara-gara datang bulan itu, Aeri juga harus tersiksa tidur sendiri, tidak mendapat jatah ciuman dan pelukan hangat dari Ival. Pacarnya.

***

Fadil mengurungkan niatnya yang akan memakai helm full face. Secara tidak sengaja ia melihat dua orang siswa seperti sedang bersitegang, di ujung lokasi parkir. Yang membuat ia tertarik untuk fokus memperhatikan dua siswa itu adalah, karena satu orang siswa seperti ditarik paksa supaya mengikuti siswa yang menariknya.

Saingan {Mpreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang