TUJUH

10.7K 1K 21
                                    

Menikmati alunan musik yang mainkan DJ, Ival menggeleng-gelengkan kepala. Namun sorot matanya tetap fokus menatap buku pelajaran di tangannya. Kerasnya suara musik diskotik, ingar-bingar orang berlalu lalang, dan sorot lampu aneka warna yang berputar-putar tidak mampu mengurangi konsentrasi Ival dalam membaca buku pelajaran. Bahkan meski hanya dengan pencahayaan temaram, laki-laki mampu membaca tulisan pada buku cetak yang ia bawa masuk ke ruangan diskotik.

Laki-laki itu sudah berjanji, semester ini nilainya harus di atas Aeri. Dengan begitu peluang untuk bisa mendapatkan Yura, akan lebih besar.

"Ival, lu nggak minum?" Tegur Tori— salah satu gelandangan yang menjadi anggota geng King Dewa. Pria berusia sekitar dua puluh tahun itu kemudian menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas kecil, lantas ia berikan kepada Ival.

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku pelajaran yang ia baca, Ival mengulurkan tangan meraih di tangan Tori, lantas meneguk minuman itu hingga tandas. Bahakan pada saat meminum pun, mata Ival tetap fokus menatap tulisan-tulisan yang ia baca.

"Gue heran sama lu." Tori harus berteriak melwan kerasnya musik yang menggema di ruangan itu. "Di tempat kayak gini, lu masih bisa belajar. Emang ada yang masuk ke otak lu?"

Menarik sebelah ujung bibirnya Ival tersenyum nyengir. Lantas tanpa menatap Tori yang duduk di sebelahnya, laki-laki itu menjawab. "Apa pun yang gue lakuin, kalau ada sesuatu yang berkesan, itu akan gampang gue inget."

Kening Tori berkerut, "maksud lu?"

Menghela napas panjang Ival menutup buku pelajaran yang ia baca lantas meletakkan buku itu di atas meja. Laki-laki itu fokus menatap wajah Tori sebelum akhirnya menjelaskan. "Gue kasih contoh yang simpel aja deh. Gue kan lagi baca ni, gue jadi gampang nginget apa yang gue baca barusan kalau pas ada momen yang nggak biasa."

Tori menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Masih nggak nggak ngerti gue."

Ival berdecak. "Gini lho maksud gue. Jadi kalau nanti misal ada soal yang sulit dari pelajaran yang gue baca, gue lebih jadi gampang jawabnya soalnya gue inget. Oh iya soal ini pernah gue baca pas gue lagi di diskotik, oh iya gue inget gue ini gue baca pas gue lagi minum alkohol, oh iya jawaban ini pernah gue baca pas lagi ditanya sama temen gue yang bego—"

Tori tersenyum nyengir— merasa tersendiri oleh kalimat terkahir Ival. "Sialan lu."

"Paham nggak lu maksud gue?" Tegas Ival.

"Iya paham," sahut Tori.

"Diskotik, minuman, elu, itu momen yang bakal ngedukung gue jadi gampang inget apa yang gue pelajari," Ival menambahkan.

"Iya-iya paham gue." Beranjak dari duduknya pria itu kemudian berlalu meninggalkan Ival di kursi yang sudah mereka sewa sebelumnya. "Yaudah, lanjutin belajarnya gue mau turun sama anak-anak, malam ini ceweknya cakep-cakep."

Ival menggeleng-gelengkan kepala melihat Tori berjalan sambil menari mengikuti musik DJ. Ia menyandar pada sandaran kursi setelah melihat Tori bergabung bersama teman-temannya dan para pengunjung diskotik yang sedang hanyut oleh alunan musik dan terpengaruh minuman keras.

Menghela napas panjang Ival mengulurkan tangan, mengambil buku yang ia taruh di atas meja. Namun seorang gadis cantik yang ia lihat sekilas mengurungkan niat cowok itu. Kening Ival berkerut, sorot matanya fokus menatap gadis itu sedang berjalan ditengah-tengah kerumunan banyak orang. Ia harus menajamkan tatapannya untuk memastikan jika gadis cantik yang benar-benar Yura.

"Nggak mungkin dia dateng ke tempat kayak gini." Ival bermonolog.

Detik berikutnya cowok itu menelan ludah. Keraguannya seketika sirna saat cahaya lampu sekilas menyoroti wajah gadis cantik itu. Hal itu memaksa Ival eranjak dari duduknya, lantas tanpa berpikir panjang cowok itu berjalan tergesa menghampiri gadis itu. Ia ingin melihat lebih dekat untuk memastikan keyakinannya itu.

Saingan {Mpreg}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang