"Mau ga mau, ikhlas ga ikhlas, siap ga siap
kehilangan pasti terjadi."
-Aurelia Chalista Nuraini-------------------------------------------------------------------------
Happy Reading!!!
Suasana duka menyelimuti kediaman almarhum Anantha dan Almarhumah Adinda. Kepergian mereka diiringi oleh isak tangis keluarga, kerabat, dan orang-orang terdekat mereka.
Banyak orang tidak percaya bahwa Anantha dan Adinda yang dikenal sangat baik, ramah, suka menolong, sederhana, dan selalu membantu warga yang membutuhkan itu dipanggil secepat ini.
Apalagi kepergian mereka yang bisa dibilang cukup tragis, itu menyisakan banyak tanda tanya. Kronologi kecelakaan yang mereka alami cukup janggal. Banyak opini yang mengatakan bahwa musibah ini bukan murni kecelakaan. Melainkan ada pihak yang terkait dengan kejadian ini atau dengan kata lain 'ada unsur kesengajaan'.
Dugaan sementara, kejadian ini ada sangkut pautnya dengan urusan bisnis. Atau mungkin ada seseorang yang menyimpan dendam pada keluarga Michel. Tapi tidak menutup kemungkinan juga, bahwa ada hal lain yang memicu adanya kecelakaan ini.
Tapi jika memang benar ada unsur kesengajaan, sungguh tega orang yang telah merencanakan pembunuhan itu. Mereka harus menerima hukuman yang setimpal atas kejahatan yang telah mereka lakukan. Terlebih, hal ini telah merenggut dua nyawa sekaligus. Dan menyebabkan seorang anak harus kehilangan kedua orangtuanya. Kini Michel dituntut untuk bisa hidup mandiri. Tidak bergantung pada siapapun, termasuk Devano sekalipun.
Para pelayat, rekan bisnis, tetangga, guru, dan beberapa perwakilan dari SMA Antariksa mulai berdatangan untuk sekedar mengucapkan bela sungkawa sebagai bentuk empati dan penghormatan terakhir pada korban dan memberi kekuatan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kedua jenazah telah selesai dimandikan. Sebentar lagi jenazah Anantha dan Adinda akan dikafani dan segera dimakamkan. Tapi sebelum itu, para pemandi jenazah mempersilahkan Michel melihat kedua orangtuanya untuk yang terakhir kalinya.
"Nak Michel, jenazah ayah dan bunda kamu akan segera kami kafani. Tapi sebelum kami tutup, silahkan nak Michel cium kedua orangtuanya untuk yang terakhir kali. Sebisa mungkin, jangan sampai air mata kamu jatuh ke tubuh jenazah, karena bisa membebani jalan orangtua kamu disana." Ucap salah seorang pemandi jenazah yang menangani kedua orangtua Michel.
Michel pun mengangguk patuh dan berjalan mendekati jenazah kedua orangtuanya yang telah terbujur kaku. Michel mati-matian menahan air matanya agar tidak menetes.
Perlahan tapi pasti, Michel menguatkan hati agar dapat melepas kepergian ayah-bundanya. Bagaimanapun juga ini berat untuk Michel jalani seorang diri.
"Ayah-bunda, Michel tau ini berat. Tapi, Michel akan berusaha untuk ikhlas melepas kepergian kalian." Bisik Michel ditelinga Anantha dan Adinda. Setelah itu Michel mengecup hangat kening keduanya secara bergantian.
"Bunda sekarang udah ga sakit lagi kan? Bunda udah ga perlu cape-cape ngurus Michel. Bunda ga perlu lagi nahan sakit dan pura-pura tegar didepan Michel."
"Michel tau kok kalau bunda suka nangis sendirian dikamar. Bunda kenapa selalu nyimpen masalah bunda sendiri? Kenapa ga mau berbagi sama Michel? Michel udah dewasa bun, Michel bisa kok jadi pendengar yang baik untuk bunda."
"Sebenernya bunda punya dua pilihan. Bertahan dan berjuang untuk sembuh atau menyerah tapi tenang. Michel berharap bunda pilih opsi pertama. Tapi percuma juga, sekarang bunda udah tentuin jalan bunda sendiri. Dan dialinea ini bunda pilih buat menyerah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl Michella (END)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] { Harap tinggalkan jejak dengan cara memberi vote dan komen disetiap part} Bagaimana jadinya jika kamu terjebak dalam situasi yang rumit. Terpaksa menikah dengan seorang the most wanted. Dan menahan luka disetiap harinya. ...