"Daripada memetikmu lalu membiarkanmu mati. Aku lebih memilih memperhatikanmu tumbuh subur disudut taman itu. Aku belum punya cukup waktu untuk menjaga serta merawat bunga seindah kamu."
-Jonathan Smith-------------------------------------------------------------------------
Happy Reading!!!
Disebuah bangunan mewah yang berdiri disalah satu komplek terelite di Jakarta. Rumah bertingkat tiga dengan segudang fasilitas terlengkap yang memadai. Mulai dari kolam renang, taman, area gym, home theater, ruang SPA dan sauna, lapangan golf, fitur kitchen set dan mini bar.
Bangunan dengan nuansa putih yang lebih pantas disebut sebagai istana dengan segudang fasilitasnya. Tempat dimana Devano lahir dan dibesarkan, hingga sekarang.
Nathan, Daniel, dan Farrel, ketiga sahabat dari putra seorang pengusaha ternama itu tengah berkumpul diruang tamu. Mereka sengaja menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah Marchel. Ralat, mungkin lebih tepatnya meminta bantuan kepada pria paruh baya itu.
"Jadi gitu, Om ceritanya. Kedatangan kita bertiga kesini, kami ingin minta bantuan Om untuk menyelesaikan masalah ini. Itupun jika Om Marchel berkenan membantu kami. Tapi kalau Om ga bisa juga gapapa, kita ga maksa. Kita tau Om pasti lagi sibuk sekarang." Ujar Nathan sesopan mungkin.
Kini, lelaki yang selalu menjadi garda terdepan untuk Michel. Tengah berhadapan dengan mertua dari gadis yang memiliki nasib kurang beruntung itu. Berniat untuk meminta bantuan pada pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Devano. Nathan yakin, tidak sulit bagi seorang Marchel untuk memecahkan kasus ini.
"Om benar-benar tidak menyangka, ternyata Devano. Putra yang Om percaya untuk menjaga Michel. Malah dia yang jadi penyebab penderitaan yang dialami Michel selama ini." Marchel sangat terkejut setelah mendengar cerita tentang kejadian yang menimpa Michel akhir-akhir ini.
"Sama Om, saya juga ga nyangka kalau Vano punya bakat untuk jadi psikopat." Daniel reflek menyikut Farrel yang main asal ceplas-ceplos. Benar-benar tidak sopan!
"Jangan didengerin ya, Om? Temen Daniel emang gitu. Kalau ngomong suka ga dipikir dulu. Maklum Om, pas lahir otaknya ketinggalan dirahim. Emaknya mager ngambil." Kata Daniel menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia merasa tak enak hati pada Marchel.
Marchel hanya terkekeh kecil menanggapi ocehan itu. Dasar anak muda jaman sekarang. Ada-ada saja tingkahnya.
"Justru Om yang harusnya minta maaf. Om terlalu sibuk mencari tau, siapa pelaku yang telah mengsabotase kecelakaan orangtua Michel."
"Saking sibuknya, Om sampai lupa sama anak dan menantu Om sendiri," Lanjutnya.
Nathan berdehem pelan. "Jadi, apa yang harus kita lakukan Om?"
"Mendengar cerita kalian, Om yakin otak dibalik peneroran itu ga sendirian dalam menjalankan aksinya. Pasti ada orang lain yang membantunya." Ketiganya kompak mengangguk setuju.
"Kita cuma punya waktu satu Minggu untuk membuktikan bahwa Michel tidak bersalah. Apa mungkin, kita bisa memecahkan kasus ini dalam waktu sesingkat itu?" Tanya Daniel kurang yakin.
"Kalian tenang aja, Om akan atur semuanya. Pelaku yang sudah meneror keluarga Om akan segera tertangkap. Untuk saat ini, Om hanya ingin kita bekerjasama." Tutur pria berjas rapi itu.
"Nathan, kamu akan Om beri tugas untuk mencari bukti kekerasan fisik yang dilakukan Devano pada Michel. Om mau anak itu bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya."
"Daniel, Om mau kamu menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dirumah pohon itu. Cari informasi sebanyak mungkin."
"Dan kamu Farrel, kata Nathan kamu sempat melihat plat nomor kendaraan yang telah menabrak Lia kan??" Farrel mengangguk mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl Michella (END)
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] { Harap tinggalkan jejak dengan cara memberi vote dan komen disetiap part} Bagaimana jadinya jika kamu terjebak dalam situasi yang rumit. Terpaksa menikah dengan seorang the most wanted. Dan menahan luka disetiap harinya. ...