61.Putus

2.3K 118 87
                                    

"Kesalahan terbesarku adalah mencintainya dengan tulus. Namun akhirnya, ketulusan itu dipatahkan oleh pengkhianatan."
-Michella Queenby Lavanya-

------------------------------------------------------------------------

Happy Reading!!

Hari ini, Devano bangun lebih awal dari biasanya. Rencananya, ia ingin menjemput Aurel untuk diajak berangkat bersama.

Sudah seminggu sejak kejadian itu. Aurel terlihat menjaga jarak dari Devano. Setiap kali ingin diajak keluar, ada saja alasan untuk gadis itu menolaknya. Bahkan chat dan telepon dari Devano pun tak pernah mendapat jawaban dari gadis itu.

Hal itu pula yang mengganjal dihati Devano. Ia tidak bisa tenang memikirkan bagaimana nasib hubungannya dengan Aurel kedepannya. Devano terlalu takut dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya.

Devano menatap pantulan dirinya di depan cermin. Seragam abu-abu yang dimasukan, ikat pinggang yang melingkar rapi di pinggangnya, juga beberapa atribut lainnya.

Setelah dirasa lengkap, Devano meraih kunci motor, dompet, dan juga tas yang terletak diatas kasur. Ia menyampirkan tas yang dikenakannya dibahu sebelah kiri.

Devano berjalan menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa-gesa. Ia tidak mau telat untuk menjemput Aurel.

"Dev, sarapan dulu yuk?" Michel menyambut  Devano dengan senyuman manis yang terukir dikedua sudut bibirnya.

Devano hanya meliriknya sekilas. Ia sama sekali tak berniat untuk sarapan, terlebih lagi harus makan satu meja dengan gadis dihadapannya itu. Selera makannya langsung hilang jika berhadapan dengan Michel.

Melihat Devano yang hanya bergeming, membuat Michel berinisiatif untuk menuntunnya agar duduk anteng dimeja makan. Setelah itu, Michel membuka tudung saji dan memperlihatkan beberapa menu makanan yang telah ia siapkan. Semua ini adalah makanan kesukaan Devano. Ia mendapat info tentang itu dari Marchel-mertuanya.

"Lu mau makan apa? Gue udah bikinin lu roti bakar rasa coklat-keju, nasi goreng seafood, telur mata sapi, nuggets, sama ayam goreng. Lu mau yang mana? Biar gue ambilin,"

"Gue ga laper," Singkat, padat, dan jelas. Itulah jawaban yang keluar dari mulut pedas Devano.

"Lu harus makan, Dev. Gue tau, lu belum makan kan dari kemarin. Lu pasti masih kepikiran soal Aurel, makannya nafsu makan lu jadi berkurang."

"Gausah sok tau! Lu gatau apa-apa soal gue," Ketusnya.

Michel menghela nafas panjang. Jika ia terus menjawab, bisa dipastikan perdebatan ini tidak akan selesai dan berujung mereka telat untuk berangkat sekolah.

  "Gue ambilin nasi goreng seafood, nugget, sama ayam goreng aja, ya? Buat lu sarapan," Michel meraih sebuah piring yang ada di hadapan Devano. Ia menyendokkan satu entong nasi dan meraih beberapa lauk untuk sang suami.

Michel menyodorkan piring yang sudah terisi dengan nasi goreng dan lauk pauk kesukaan Devano. Tak lupa, Michel juga menuangkan segelas susu untuk sang suami.

"Dev, kenapa ga dimakan? Masakan gue ga enak? Atau lu pengen makan yang lain? Biar gue masakin, deh. Lu mau makan apa?" Tanya Michel masih berusaha untuk sabar. Devano sama sekali tak menyentuh makanannya.

Strong Girl Michella (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang