29.Why?

1.4K 78 15
                                    

"Tidak ada yang perlu aku ungkapkan. Karena, sejuta aksara tidak akan pernah mampu menyiratkan bagaimana rasanya."

-Amalia Fahira Salsabila-

------------------------------------------------------------------------

Happy Reading!!!

SMA Antariksa sedang digemparkan oleh kabar yang beredar tentang kedekatan sang ketua OSIS dengan seorang siswi yang cukup berprestasi.

Meski berita itu masih terdengar simpang siur, tapi mereka sangat yakin jika hal itu memang benar adanya. Ditambah lagi mereka kerap kali memergoki kedua sejoli itu berduaan.

Ya, semenjak kejadian beberapa waktu yang lalu. Devano dan Aurel memang dikabarkan tengah dekat atau dengan kata lain sedang berada di fase PDKT.

"Kak, ini gue bawain bekal yang lu minta kemarin. Maaf ya kalau masakan gue ga enak atau keasinan." Ucap Aurel menyodorkan sekotak bekal untuk Devano.

Kini mereka tengah berada di taman belakang sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.30 WIB. Yang artinya masih banyak waktu untuk bersantai sebelum jam pelajaran pertama dimulai.

"Thanks ya, sorry kalau gue ngerepotin lu." Devano menerima bekal pemberian Aurel dengan senang hati.

Ngomong-ngomong soal bekal, Devano memang meminta pada Aurel untuk membawakannya bekal beberapa hari ini. Entah karena alasan apa, Aurel pun tidak keberatan dengan permintaan Devano. Hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih, katanya.

"Kok cuma diliatin doang, kak. Kenapa? Kakak ga suka sama menunya ya? Atau mau gue beliin makanan dikantin?" Tanya Aurel saat melihat Devano hanya diam menatap bekal pemberiannya.

"Bukan gitu. Gue suka kok, tapi...." Devano menggantungkan ucapannya.

Aurel menyernyit heran. "Tapi kenapa, kak?"

"Tangan gue masih sakit."

Devano tidak berbohong, tangannya memang masih terasa nyeri akibat sayatan beberapa waktu lalu.

"Mau gue suapin?" Tawar Aurel. Devano hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aaaa... Buka mulutnya coba." Aurel membuka mulutnya dan menyodorkan sesuap nasi pada Devano. Persis seperti seorang ibu yang menyuapi anaknya.

Devano menurut dan menerima suapan Aurel dengan senang hati. Kini suapan terakhir sudah mendarat sempurna kedalam mulut Devano.

Melihat makanannya sudah tandas dimakan habis oleh Devano membuat senyum Aurel terbit. Ia senang karena Devano menyukai masakannya.

***

"Kak, itu perban lu belum diganti ya?" Aurel menunjuk lengan Devano yang masih terbalut perban.

Devano menatap perban yang membalut lengannya, kemudian ia menepuk jidatnya pelan. Karena terburu-buru ia jadi lupa untuk mengganti perban. Ini semua gara-gara Michel!

"Ahh, iya tadi gue buru-buru. Sampe lupa kalau belum ganti perban." Devano menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

Aurel menghela nafas panjang. Ia menarik tangan Devano dan membawanya ke UKS untuk mengganti perban nya. Bagaimanapun juga ini sudah menjadi tanggungjawab nya.

"Duduk dulu, kak. Biar gue bantu gantiin perban lu." Kata Aurel.

Devano tidak menolak, ia mendudukan bokongnya di brankar UKS. Menatap Aurel yang sibuk menyiapkan peralatan untuk mengganti perban nya.

Strong Girl Michella (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang