4. A Plan.

640 46 0
                                    

***

Davina berjalan bolak-balik sedari tadi di teras. Kedua tangannya bertaut di depan perutnya, matanya menatap ke arah gerbang dengan wajah gelisah. Liberty tak kunjung pulang, sedangkan ini sudah hampir tengah malam. Dan karena suasana saat makan malam tadi membuat Davina merasa bersalah. Sepertinya Liberty benar-benar marah pada Greg.

Greg muncul dari dalam, dia menghela nafas melihat Davina tampak cemas sedari tadi. Seperti yang dikatakan Elena, Liberty biasanya pulang terlambat, atau ijin menginap di rumah temannya. Itu bisa dipastikan dari GPS yang diam-diam dipasang oleh Greg selama ini untuk memantau kegiatan putrinya itu.

Hanya saja kali ini, Liberty mungkin terlalu marah padanya sehingga tak memberitahukan kemana ia pergi. Dan ponselnya pun mati.

"Dia baik-baik saja, Sayang! Jangan terlalu khawatir!" kata Greg merangkul bahu Davina. Wanita itu langsung merebahkan kepalanya di bahu Greg.

"Aku merasa bersalah," sahut Davina memeluk pinggang Greg. Pria itu membalas membelai rambutnya.

"Dia memang selalu begitu, aku mengawasi kegiatannya selama ini. Jadi ini bukan pertama kalinya dia pulang terlambat," tutur Greg menenangkan Davina.

Davina tak menjawab lagi.

Mereka pun sama-sama diam. Saling berpelukan kesunyian. Hingga kemudian Davina tersenyum ketika dirasakannya langkah mereka mulai berirama.

Greg mengajaknya berdansa.

"Apa?" ujar Greg menahan senyumnya ketika Davina mendongak padanya.

"Sudah terlalu malam, sebaiknya kita masuk saja," kata Davina mengurai pelukan mereka. Namun Greg menahannya, meraih pinggang Davina merapat kembali padanya.

"Sebentar lagi," tahan Greg pelan.

Davina menurut, meletakkan kedua tangannya di dada Greg. Menahan tawa ketika dilihatnya Greg mengerutkan keningnya ketika hendak menunduk namun tertahan oleh Davina.

"Jangan!"

"Kenapa?" ujar Greg tertawa, "satu ciuman saja!" gelaknya.

Davina menggeleng, "tidak! Kita tahu satu hal itu berlanjut ke tahap selanjutnya!" tukasnya.

Membuat Greg terbahak, namun segera saja ia menutup mulutnya menyadari malam sudah terlalu larut dan suasana sudah sangat sepi. Davina menarik sudut bibirnya dengan gemas melihat tingkah pria itu.

"Baiklah, ayo masuk sekarang! Kau sudah dingin sekali!" kata Greg kemudian seraya mengusap lengan Davina yang memang terasa dingin. Wanita itu mengangguk mengiyakan.

Mereka pun berjalan masuk bergandengan.

***

Keesokan harinya, Liberty pulang. Dengan Claire yang ikut menemaninya.

"Dimana ibu tirimu?" tanya Claire celingukan saat berjalan mengikuti Liberty menyusuri foyer.

"Belum!" sahut Liberty cepat dengan nada tidak suka, "mereka baru akan menikah bulan depan." tambahnya lagi dengan sebal.

Claire terkikik mendengarnya. Ekspresi Liberty saat marah malah terlihat lucu. Mereka langsung menuju tangga untuk ke kamar Liberty. Saat mereka sampai di atas, saat itulah Greg muncul bersama Davina hendak turun untuk sarapan.

"Masih ingat jalan pulang, Nona?!" sindir Greg menahan marah.

"Hentikan!" kata Davina pelan dengan menyentuh lengan Greg. Membuat pria itu merapatkan bibirnya dengan kesal.

"Mandilah dulu, lalu kita sarapan bersama," Davina tersenyum ke arah Claire, "ajak temanmu juga!" tambahnya.

Claire tersenyum dengan gugup membalasnya. Sampai Greg dan Davina berlalu menuruni tangga, Claire tampak terpukau menatap Davina, jika saja Liberty tak menarik lengannya untuk melanjutkan langkah mereka menuju kamar.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang