***
Sebuah pesta sangat sederhana digelar di halaman depan mansion. Hanya dihadiri beberapa orang teman terdekat Greg dan tak lupa seorang pendeta. Sementara Davina, ia menghubungi kerabatnya satu-satunya, pamannya, yang ada di Indonesia melalui sambungan panggilan video. Meminta restu dan mengucapkan permohonan maaf karena melangsungkan pernikahan secara tiba-tiba.
Para pelayan dan pegawai mansion turut menghadiri pesta. Elena yang membantu mengatur pestanya, dengan dekorasi sederhana namun elegan.
Davina mengenakan gaun pengantin dengan potongan sederhana, dengan aksen tile berbunga di lengannya. Rambutnya disanggul rendah di tengkuknya, dengan beberapa helaiannya dibiarkan menjuntai dengan cantik. Bibirnya tersenyum manis menyambut ucapan selamat dari para tamu, wajahnya yang dirias natural namun menampilkan aura cantiknya. Di sampingnya, Greg merangkul pinggang wanita yang sudah berstatus sebagai istrinya dengan wajah berbinar bahagia. Sesekali tertawa ketika menyambut ucapan selamat dari teman-temannya. Lalu kembali tangannya meraih pinggang Davina sembari tersenyum lebar memuji istrinya itu di hadapan semuanya. Membuat Davina hanya mampu tersenyum malu dengan rona merah di pipinya.
"Dimana Liberty?" tanya Will Sommerby, salah satu teman Greg, kepalanya menoleh kesana-kemari mencari sosok Liberty, "aku tidak melihatnya sedari tadi."
Senyum kedua mempelai itu pun meredup lalu saling pandang dengan gamang, seraya tetap berusaha mempertahankan senyum mereka.
"Dia masih marah," hembus Greg tanpa berniat menyembunyikan apa yang sedang terjadi.
Will mengangguk-angguk mengerti, lalu tersenyum seraya menepuk bahu Greg. "Jangan khawatir! Dia pasti bisa melalui semuanya," Will menoleh pada Davina, "kau mendapatkan wanita yang luar biasa, Greg! Liberty hanya belum membuka mata hatinya!" lanjutnya melempar senyum.
Davina mengangguk seraya mengucapkan terimakasih dengan tulus. Meski baru bertemu, namun Will mengerti dengan keadaan mereka saat ini. Dan juga, sepertinya dia memahami Liberty dengan baik.
Greg tersenyum semampunya, namun matanya tetap menyiratkan kekhawatiran. Davina mengelus lengannya dengan lembut. Membuat pria itu menoleh.
"Setelah ini kita akan mencarinya," kata Davina tersenyum lembut.
Greg pun tersenyum, "Terimakasih!" ucapnya sambil mencium tangan Davina dengan manis.
Ketika itu, Greg menoleh ke arah gerbang mansion dimana sebuah mobil melaju memasuki halaman. Sorot matanya berubah tajam begitu melihat siapa yang baru saja turun dari mobil.
Axel William Brighton.
Davina pun terkejut melihat Axel datang. Hatinya sontak dilanda gelisah.
"Greg ..."
"Aku mengundangnya datang!" potong Greg cepat tanpa menoleh. Membuat Davina seketika melebarkan matanya, semakin terkejut.
"Dia harus tahu jika sekarang kau sudah jadi milikku sepenuhnya!"
Davina sedikit tercengang tak percaya mendengar kalimat itu dari mulut Greg, ada nada sombong dan penuh dendam di dalamnya. Ia lalu menoleh ke arah Axel yang berjalan tenang ke arah mereka, sesekali pria itu mengangguk membalas sapaan orang yang mengenalnya. Wajahnya seperti pertama kali dilihatnya saat wawancara kerja.
Dingin. Meski saat menoleh ke arah Davina, mata itu menyorot lemah di balik aura angkuhnya.
"Selamat atas pernikahan kalian," ucapnya tersenyum saat langkahnya sampai di hadapan Davina dan Greg, sedikit mengambang saat beradu pandang dengan Davina.
"Terimakasih sudah datang!" ucap Greg menerima uluran tangan Axel, menginterupsi tatapannya pada Davina, "aku tak mengira kau bisa menyempatkan waktu!" lanjutnya mengumbar senyum lebar penuh sindiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...