***
Greg menutup pintu mobil dengan kasar. Sementara Liberty duduk di dalamnya dengan wajah marah dan mata merah berkaca-kaca. Dia melempar pandangan keluar jendela ketika Greg masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi di sebelahnya. Ayahnya itu meliriknya sebentar sebelum menyalakan mesin mobil dan kemudian menjalankan mobilnya keluar dari halaman parkir sekolah.
Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam membisu. Namun dengan ketegangan menyelimuti mereka berdua. Berkali-kali Greg menghela nafas dan membuangnya kasar, untuk meredam emosi di dada.
Liberty dihukum skorsing selama 2 minggu, karena pihak sekolah menemukan ganja dan rokok di tasnya saat diadakan razia rutin. Gadis itu bersikeras jika itu bukan miliknya. Dia merasa ada seseorang yang sengaja menaruh benda terlarang itu untuk menjatuhkan reputasinya. Meski ia dan Claire suka pergi berpesta, mereka berdua tidak pernah dan tidak berani menyentuh rokok atau obat-obatan terlarang.
Pihak sekolah memberi saran untuk Liberty, melakukan tes urin untuk membuktikan jika memang dirinya sama sekali tidak mengkonsumsi barang-barang itu.
"Sebaiknya kau melakukan tes urin," kata Greg memecah keheningan.
Liberty menelan saliva sebentar, ada bagian dari hatinya yang retak. Ayahnya bahkan tidak mempercayainya.
"Aku tidak perlu membuktikan apa-apa pada kalian!" tolak Liberty tegas, meski suaranya terdengar sedikit bergetar.
Greg menoleh, menarik nafas dalam-dalam lalu berkata, "Setidaknya kau harus menunjukkan jika dirimu bersih, Sayang." ucapnya sedikit mengeluh.
Liberty membuang muka, "Jika kau bahkan tidak percaya padaku, aku tidak perlu melakukannya," sergahnya dengan suara tercekat.
Greg membuka mulut hendak bicara lagi, namun melihat Liberty yang tampak menahan tangis, saat itu juga ia kembali merapatkan bibirnya.
Greg juga tidak percaya jika Liberty mengkonsumsi barang-barang terlarang itu, hati kecilnya ikut mengatakan jika putrinya itu dijebak oleh seseorang. Namun, untuk meyakinkan pihak sekolah dan membersihkan nama baiknya, Liberty harus melakukannya.
Mobil meluncur tenang di jalanan aspal. Suasana siang hari yang panas membuat orang-orang ingin segera mencari naungan untuk mendinginkan diri. Termasuk kedua orang ayah dan anak itu.
***
Begitu sampai di mansion, Liberty melompat keluar dan berjalan cepat menuju teras. Setengah berlari masuk dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.
Greg menarik nafas dalam-dalam entah untuk ke berapa kali. Saat ia masuk ke dalam rumah, Elena yang muncul dari arah dapur tampak tengah terheran-heran menatap ke lantai atas. Dimana terdengar suara gebrakan daun pintu yang ditutup dengan keras.
"Apa yang terjadi?" tanya Elena saat mendapati Greg berjalan masuk dari arah pintu.
Greg menggeleng, "Bukan sesuatu yang harus dibicarakan dengan tenang." keluhnya lelah sambil berlalu. Melewati Elena yang tertegun mendengarnya.
Saat itu tampak Davina berjalan menuruni tangga, dan saat melihat Greg, justru pria itu yang terlebih dahulu merentangkan tangan meminta pelukan.
"Hei, ada apa?" tanya Davina tersenyum, namun melihat ekspresi lelah di wajah Greg membuat senyumannya pun memudar. Membiarkan pria itu memeluknya, merebahkan kepalanya di bahu Davina.
"Aku ingin mandi!" bisik Greg menghirup aroma rambut Davina yang tergerai setengah di bahunya.
Davina mengangkat alis mendengarnya. Namun sebelum mulutnya kembali bertanya, Greg menggiringnya melangkah kembali menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...