***
Liberty melangkah mundur setiap kali Derek maju mendekat. Sudah bukan waktunya untuk tenang saat ini. Dia terkurung di ruangan anggur yang jauh dari keramaian, bersama pemuda brengsek yang tempo hari ditamparnya. Ini jelas sudah direncanakan.
"Berhenti, Derek! Jangan mendekat!" kata Liberty tak bisa menahan suaranya yang mulai bergetar karena takut.
Derek tertawa, tampak menikmati pemandangan di hadapannya. Gadis yang dengan lancang berani menamparnya di depan semua orang, kini tampak pucat karena ketakutan. Tinggal menunggu waktu saja, sedikit bermain terlebih dahulu sebelum ia benar-benar menggagahi Liberty tanpa ada gangguan. Toh, siapa yang akan menebak jika ada orang di dalam gudang anggur, sementara pestanya sendiri ada di luar sana.
Liberty terpojok di depan tumpukan barel anggur. Membuatnya semakin pucat dan mulai menangis, membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya. Bayangan Claire yang diperkosa oleh Yoda waktu itu semakin menambah ketakutannya.
Derek melangkah semakin dekat, tertawa merasa terhibur melihat air mata Liberty meleleh di pipi gadis itu.
"Sshh ... jangan menangis!" bisik Derek dengan raut wajah sedih, tangannya terulur mengusap pipi Liberty.
"Kita akan bersenang-senang!"
Liberty berpaling, memejamkan mata dengan tubuh gemetar saat Derek mendekatkan wajahnya. Mengendus leher Liberty dengan nafas mulai memburu.
Tepat saat Derek ingin mendorongnya, Liberty menghantam kemaluan Derek dengan lututnya dengan sekuat tenaga. Membuat pemuda itu sontak ternganga tanpa suara, menahan sakit yang tak bisa digambarkan. Wajahnya memerah dengan nafas tertahan, seraya memegangi selangkangannya dengan kedua tangannya. Memaksanya untuk berlutut di bawah kaki Liberty.
"Kau ... ja-lang ...!" umpatnya dengan suara tercekat.
Liberty menatap Derek dengan wajah penuh kemenangan, ia lalu menghapus air matanya dengan kasar.
"Tunggu sampai kau benar-benar tidak bisa menggunakan alat kebanggaanmu itu, Brengsek!" caci Liberty dengan gigi gemeretuk menahan marah.
Derek hanya melotot dengan nafas tersengal, sakit di selangkangannya tak juga mereda. Liberty tersenyum puas, namun tak sampai cukup sampai disitu. Kepalanya menoleh mencari sesuatu, namun karena tidak ada barang lain, maka botol anggur-lah yang kemudian diraihnya dari salah satu rak.
Mata Derek membeliak marah, "Jalang Sialan!" teriaknya hendak berdiri meraih leher Liberty, namun dengan sigap gadis itu menghindar dan tanpa ragu menghantam kepala Derek dengan botol anggur di tangannya.
PRAK!
Botol berhasil pecah dan isinya pun tumpah membasahi kepala Derek, sementara pemuda itu melotot dengan sorot mata nanar lalu ambruk di lantai dengan kepala bocor. Pingsan.
Liberty menginjak punggung Derek dengan puas. Ia menghela nafas lega. Kembali menangis menyadari apa yang baru saja hampir menimpanya. Kedua tangannya bahkan masih gemetar. Setelah itu ia pun segera keluar dari ruangan itu.
Melewati orang-orang, Liberty berjalan lurus tanpa menoleh. Annabelle yang tengah bercumbu di salah satu sofa, terperangah begitu melihat Liberty mendatanginya.
"Libb! Kau baik-baik saja?!" serunya tanpa bisa menahan diri. Boyd sendiri sampai memutar bola matanya karena kecerobohan pacarnya.
Liberty tersenyum miring, "Jika yang kau maksud aku berhasil lolos dari Derek yang hendak memperkosaku," sindirnya memberi jeda, membuat semua orang terkejut mendengarnya.
"Ya! Aku selamat!" tegas Liberty, menatap benci pada Annabelle. Lalu berbalik hendak melangkah pergi.
Namun Annabelle berdiri mengejarnya, "Tunggu! Ini bukan rencanaku! Derek yang memaksaku untuk mengajakmu ke sini!" serunya mencoba berkilah, tangannya memegang lengan Liberty.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being Your Mama
General FictionBlurb singkat : Davina yang harus berhadapan dengan anak remaja putri, dari Gregory Smith, tunangannya. Yang menolak kehadirannya sebagai calon istri ayahnya. Juga menghindari cinta segitiga yang menjebaknya bersama atasannya, Axel William Brighton...