15. Misty Eyes.

369 22 0
                                    

***

Liberty melambai seiring dengan mobil Mori melaju mengitari taman, kemudian keluar dari gerbang pagar mansion. Dan baru saja ia hendak masuk, sebuah mobil Audi datang memasuki halaman. Itu mobil Greg. Maka ia pun mengurungkan langkahnya, dan berdiri bersedekap tangan di sisi pagar, menunggu. Seperti seorang ibu yang melihat anaknya datang dengan dan bersiap memberi ceramah pedas.

Mobil itu masuk ke garasi terbuka yang ada di seberang mansion. Dan Liberty mendengus gusar saat melihat Davina juga keluar dari mobil, dan berjalan bergandengan dengan Greg.

Liberty mengakui jika ayahnya itu memang sangat lembut dalam memperlakukan wanita. Ia pun sangat suka melihat bagaimana kemesraan ayah dan ibunya saat ia kecil dulu. Tapi pemandangan saat ini selalu membuat hatinya sakit, karena yang ada dalam genggamannya ayahnya kini adalah tangan orang asing.

"Kau di rumah, Sayang?" sapa Greg tersenyum, terlihat masih kaku sejak terakhir kali mereka saling menyapa.

Liberty mengangguk, matanya melirik sekilas pada Davina.

"Apa Papa sudah mendapatkan sekolah baru untukku?" tanyanya seraya menarik Greg, membuatnya mau tidak mau melepaskan tautan tangannya dengan Davina.

"Ah, ya, itu juga yang ingin Papa bicarakan denganmu," kata Greg, menatap Davina merasa bersalah, namun wanita itu mengangguk tersenyum tipis.

"Kalian bicara saja berdua, aku akan ke kamarku untuk mandi sebelum makan malam," ucapnya tanggap, lalu berjalan masuk ke dalam.

Liberty tersenyum sinis seraya melingkarkan tangannya di lengan Greg, yang hanya mampu menghela nafas menahan diri agar tidak terpancing emosi.

"Baiklah," Greg mengajak Liberty untuk berjalan menuju halaman belakang, "Papa berpikir untuk memasukkanmu ke Beacon High School, bagaimana?" tanya Greg menumpukkan tangannya di atas tangan Liberty di sikunya.

Liberty tak langsung menjawab, ia tampak berpikir sejenak.

"Apa menurutmu aku bisa diterima di sana?" tanyanya balik.

Greg menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya menghadapi Liberty. Dipegangnya kedua bahu putrinya itu dengan lembut.

"Kau anak baik, Sayang! Papa harap kau bisa menyesuaikan diri di sana nanti," ungkap Greg penuh harap.

Liberty menghela nafas panjang, "Maaf kau harus melakukan semua ini buatku, Pa!" ucapnya sendu.

Greg menariknya ke pelukannya, mengusap kepala Liberty dengan penuh kasih sayang. "Kau mulai dewasa, Nak! Sudah saatnya kau belajar bertanggung jawab terhadap apapun yang menjadi keputusanmu," ungkap Greg lirih, "Papa sangat menyayangimu." lanjutnya berbisik.

Liberty terdiam, ia pun lalu membalas memeluk Greg. "Aku juga sayang Papa." bisiknya hampir tak terdengar.

***

Liberty berniat untuk pergi ke paviliun belakang, ketika melewati ruang kerja, ia melihat Greg dan Davina berada di dalam. Ia menghentikan langkahnya, mengendap untuk mengintip dari celah pintu yang terbuka.

Kedua orang dewasa itu tampak serius seraya memperhatikan ke arah meja. Davina yang tampak khawatir, dan Greg dengan sabar berusaha meyakinkan wanita itu. Hingga kemudian, mereka tersenyum satu sama lain dan berciuman.

Pemandangan itu membuat Liberty memutar bola matanya dengan malas. Ketika ia kembali hendak melihat ke dalam, Greg dan Davina terlihat berjalan ke arahnya. Liberty pun buru-buru pergi dari ambang pintu, dan menyelinap ke balik gorden tebal di dekat vas bunga raksasa. Bertahan di sana hingga memastikan keduanya pergi dan memasuki kamar Davina.

Being Your MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang